App herunterladen
11.89% Kepergian Tak Akan Menghalangi Cinta / Chapter 27: Salah Paham

Kapitel 27: Salah Paham

Biasanya di jam istirahat, banyak makanan dari siswi kelas 10 yang sengaja di berikan untuk mereka. Dan mereka selalu menerimanya, padahal Dara dan Aluna sudah melarang Alan dan Gibran untuk berdekatan dengan siswi kelas 10 yang mencoba mendekati mereka.

"Langsung ke kantin aja nanti malah kita keduluan sama cewek alay itu." ada benarnya kata Laura. Karena siswi kelas 10 selalu gerak cepat.

Setelah mereka sampai di kantin, ternyata mereka terlambat.

Diana, Seira dan Tasya sudah duduk bersama Alan dan kawan-kawan. Diana memang sudah mengidolakan Alan dan selalu berusaha mendekati Alan. Namun Alan hanya diam dan tidak memperdulikan Diana.

"Kita terlambat!" Ujar Aluna, ia langsung bergegas menuju meja Alan untuk mengingatkan Diana agar berhenti mendekati Alan.

Bruk.

Telapak tangan Aluna berhasil mendarat di

meja tepat di depan Diana. Ia sudah sangat

emosi dengan perlakuan Diana yang kini

sedang bergelayut manja.

"Lo apa-apaan sih!" ujar Diana yang terkejut. Semua yang berada di meja itu pun ikut terkejut.

Laura dan Dara yang berdiri di samping Diana terus menatap tajam Diana, Seira dan Tasya.

"Sama kakak kelas itu yang sopan!" tegas Aluna, ia menatap tajam Diana. Aluna sudah sangat muak dengan perlakuan Diana.

"Gue akan sopan kalo lo juga sopan sama gue!" ucap Diana santai. Ia terus memanasi Aluna dengan menyenderkan kepalanya di pundak Alan.

Alan kemudian menepisnya. Ia terlihat sangat risih.

"Dasar cewek murahan!" ketus Aluna.

"Lo bilang gue murahan? Yang murahan siapa? Katanya lo pacar kak Alan tapi gue nggak pernah tuh liat lo di boncengin sama kak Alan." Alan memang jarang mengantarkan Aluna apa lagi jika Alan membawa motor. Alan melarang Aluna berboncengan dengannya karena rok Aluna yang terlalu pendek.

"Diana mending lo pergi deh!" perintah Rai.

"Kak, tapikan aku nggak salah."

"Lo salah. Alan udah punya Aluna jadi lo nggak usah deketin Alan lagi." Lio bersuara.

"Ta..tapikan.."

"Udah deh lo pergi aja. Alan emang orangnya cuek sama sekitar jadi kalo Alan diem pas lo deketin itu bukan berarti dia suka sama lo." jelas Rai. Diana terlihat sedih sekaligus marah. Ia marah dengan

Aluna yang sudah berhasil mendapatkan Alan.

"PERGI!" bentak Alan. Dalam hatinya sebenarnya ia sudah muak dengan Diana tapi ia tidak ingin nantinya menjadi masalah panjang.

Diana mengusap air matanya kasar. Ia benar-benar tidak terima di perlakukan seperti itu. Ia sudah terobsesi dengan Alan. Ia sangat benci dengan Aluna.

Kemudian Diana, Seira dan Tasya pergi meninggalkan mereka. Aluna tersenyum puas karena ia merasa dirinya sudah menyingkirkan cewek itu.

***

Tepat hari ini jagoan kecil Devan lahir dengan selamat. Devan merasa sangat bahagia dan tidak menyangka jika dirinya sudah menjadi seorang Ayah. Kini ia duduk di samping keranjang bayi

laki-laki yang baru lahir beberapa jam yang lalu.

Keadaan Jenny sudah membaik setelah ia pingsan tadi. Jenny juga sudah menyusui bayinya.

"Dev." panggil jenny yang masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

"Kamu butuhin apa? Pengen minum?" Devan kini menjadi sosok suami yang siap siaga walaupun usianya masih tergolong remaja.

"Enggak, sebaiknya kamu pergi ke sekolah aja. Aku nggak apa-apa kan ada suster di sini." Jenny tersenyum manis walaupun keadaannya masih terlihat lemas. Ia tidak mau jika Devan rugi tidak masuk sekolah karena menunggu dirinya.

"Udah jam delapan pasti udah masuk." Devan kini terlihat sangat bahagia. Ia terus memandangi jagoannya yang baru lahir sekitar pukul empat pagi.

***

Pagi ini Alan belum juga pergi berangkat sekolah. Padahal ayu sudah membangunkan putranya itu namun sedari tadi Alan masih terlelap dalam tidur

nyenyaknya. Kini ia sudah bersiap untuk pergi sekolah. Ia sebenarnya ingin cepat-cepat lulus sekolah karena harus bangun terlalu pagi.

"Alan kamu nggak sarapan dulu?" tawar Ayu.

"Enggak Mah, udah siang." Alan langsung bergegas keluar.

Namun langkahnya terhenti ketika laki-laki paruh baya dengan jas hitam itu berdiri menghalangi langkah Alan.

"Pagi Lan." Sapa Adam.

Alan memutar bola matanya malas. Ia sungguh tidak suka jika Adam muncul di hadapannya.

"Ini udah siang kenapa baru berangkat

Lan?" Tanya Adam. Alan mengalihkan perhatian.

Adam menghela nafas panjang. Ia harus bersabar untuk mengahadapi putranya ini.

"Nanti siang papah mau ajak kamu makan siang bersama yah? Kamu mau kan?"

"Sejak kapan papah mau makan bareng sama Alan?" tanya Alan santai. Ia tidak habis pikir dengan Adam. Dulu Alan dan ayu sangat merindukan makan bersama tapi Adam selalu mementingkan pekerjaannya di banding keluarga.

"Lan, papah mohon sama kamu. Buat kenangan indah di hidup kamu biar kamu selalu ingat sama papah. Jangan kamu ingat kejadian buruk yang dulu, itu semua udah berlalu. Dan sekarang kamu

coba buka hati kamu biar papah bisa membahagiakan kamu nak." kalimat

yang di ucapkan Adam membuat Alan menjatuhkan air matanya.

Ia langsung bergegas pergi dari hadapan Adam yang masih tertunduk diam. Di balik helm full face Alan terus meneteskan air matanya. Mengingat

kejadian dulu yang ingin sekali mempunyai waktu bersama Adam.

Sekarang ia sudah sangat membenci Adam. Adam sudah keterlaluan. Di tambah lagi kelakuan Adam yang diam-diam selingkuh selama 16 tahun dan Adam berhasil menyembunyikannya dari Ayu dan Alan. Sekretaris Adam, Revina putri. Yang

sekarang menjadi nyonya Fidelvo.

Kebohongan Adam tidak sampai di situ. Ia bahkan rela tidak pulang dengan alasan kerja keluar kota. Padahal Adam berada di kediaman Revina hingga Revina melahirkan Ayla Fidelyo dari buah cinta Adam dan Revina.

Sampai di depan gerbang SMA Cendrawasih, Alan menghentikan motornya dan turun untuk membujuk satpam agar gerbang di buka.

"Pak tolong bukain." Alan memegang besi gerbang sambil berteriak agar pak satpam bisa mendengar ucapannya.

"Kamu itu yah selalu saja terlambat."

"Pak tolong dong. Saya itu udah kelas dua belas kalo saya nggak di ijinin masuk nanti saya ketinggalan pelajaran bisa-bisa saya nggak lulus karena nggak di bolehin masuk sama bapak." Alan masih berusaha membujuk satpam itu. Sepertinya pak satpam termakan oleh rayuan Alan.

Alan memarkirkan motornya dan berjalan santai menuju kelas. Lapangan basket terlihat ramai karena kelas 10 sedang olahraga.

Tiba-tiba Diana langsung berdiri di depan

Alan membuat langkah Alan berhenti. Ia

memutar bola matanya malas.

"Kak baru berangkat ya?" tanya Diana dengan nada manjanya.

"Kak nanti kita makan di kantin bareng

yah?" Lagi-lagi Alan hanya diam dan kini Alan mulai melangkahkan kakinya meninggalkan Diana.

"Kak Alan! Kok gue di tinggal sih!" Diana kesal.

"Udah Na, Kak Alan kan emang gitu orangnya. Nanti kalo lo terus deketin dia pasti kak Alan bakal luluh sama lo." ucapan Tasya membuat Diana tersenyum dan sangat bersemangat untuk

mendapatkan Alan.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C27
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen