Mereka berkendara dalam suasana hening dan tegang. Pak Yadi, Riana, dan Bharada Edwin dari Kepolisian Alpan berada di mobil sedan milik polisi dilengkapi dengan sirine sehingga bisa melaju dengan kecepatan tinggi. Sedangkan Enji, Pak Johan, Ray, Adella, Bu Genti dan si Kembar Vino dan Vicko berada pada mobil kedua yang dikendarai oleh Pak Johan. Karena pihak kepolisian bersedia membantu untuk mengantarkan Pak Yadi segera, akhirnya Pak Johan batal menggunakan mobil sewaan untuk mengangkut rombongan mereka.
Sepanjang jalan pikiran Riana berkecamuk. Bayangan ibunya menahan sakitnya tubuh yang terbakar api membuat Riana menangis sedih. Namun sebisa mungkin Riana menangis tanpa suara, supaya tidak membuat ayahnya semakin tertekan.