App herunterladen
6.84% When Love Knocks The Billionaire's Heart / Chapter 28: The Mortal Arrow 10

Kapitel 28: The Mortal Arrow 10

"Kau sudah selesai? Kau tidak menghabiskannya?" tanya William ketika melihat Esmee memasukkan sisa sandwich ke dalam tas bekalnya.

Esmee mengalihkan perhatiannya pada William sambil menghela nafas panjang. "Jangan paksa aku untuk menghabiskan sandwich ini. Aku sudah kenyang."

"Setidaknya kau sudah makan lebih banyak daripada tadi," sahut William. Ia kemudian menuangkan wine ke dalam gelas milik Esmee dan langsung memberikannya pada Esmee.

"Terima kasih," ujar Esmee sambil menerima gelas berisi wine yang diberikan William.

"Apa ada tempat yang mau kau kunjungi sebelum kita kembali ke restoran?" William kembali bertanya pada Esmee.

Esmee terdiam sejenak setelah ia selesai meneguk wine-nya. Ia menatap ke arah Chateau sambil bergumam pelan. Setelah beberapa saat, Esmee kembali mengalihkan perhatiannya pada William dan menggelengkan kepalanya.

"Kau mau ke mana setelah ini?" Esmee balik bertanya pada William.

William mengangkat bahunya. "Aku tidak tahu. Karena itu aku bertanya padamu. Mungkin ada tempat lain yang biasa kau kunjungi selain di sini. Aku bahkan tidak tahu kalau kau sering ke sini."

"Entahlah, aku bukan tipe orang yang senang berkeliling. Kau tahu sendiri, aku lebih banyak menghabiskan waktuku di restoran," ujar Esmee.

William menganggukkan-anggukkan kepalanya. Ia tiba-tiba tertawa.

"Kenapa kau tertawa?" tanya Esmee.

"Ada kotoran di wajahmu," jawab William.

Esmee buru-buru mengambil lap untuk mengelap wajahnya.

"Sudah hilang?" tanya Esmee pada William setelah ia selesai mengelap area di sekitar mulutnya.

William menganggukkan kepalanya.

"Kenapa kau tidak mengatakannya lebih awal?"

"Aku pikir kau akan menyadarinya sendiri tanpa perlu kuberitahu. Tapi ternyata kau benar-benar tidak menyadarinya. Harusnya aku membiarkannya sampai kita kembali ke restoran," jawab William.

Esmee langsung memukul lengan William sambil mendesis kesal.

William tertawa pelan melihat Esmee yang kesal padanya. Ia membiarkan Esmee memukul lengannya sementara ia tertawa sambil melihat wajah kesal Esmee. Setelah beberapa saat, Esmee akhirnya menghentikan pukulannya. Ia kemudian menatap William dengan wajah merajuk.

William tertawa pelan sambil mencubit pipi Esmee. "Ternyata kau bisa merajuk juga."

Esmee menghela nafas panjang. Ia melirik William sambil mendesis pelan. "Hari ini kau nampaknya puas sekali menggodaku. Aku akan membalasmu besok di dapur."

"Ohhh, aku takut," sahut William sembari pura-pura bergidik ngeri.

William kembali menggoda Esmee dengan merubah suaranya seperti suara karakter kartun bebek yang popular di kalangan anak-anak. "Maafkan aku, Esmee. Aku tidak akan mengulanginya. Ampuni aku."

Esmee mengulum tawanya. Namun lama kelamaan ia akhirnya terbahak melihat tingkah konyol yang ditunjukkan oleh William. Mereka berdua akhirnya tertawa bersama dan kembali menikmati waktu bersama sambil memandangi keindahan Chateau de Saint-Ulrich.

----

Menjelang malam, William dan Esmee akhirnya sudah tiba kembali di restoran D'Amelie. William memarkirkan motornya di depan restoran. Setelah itu, ia masuk ke dalam restoran dengan membawakan tas bekal milik Esmee.

"Aku senang sekali hari ini," ujar Esmee ketika ia dan William sudah berada di dalam restoran.

William meletakkan tas bekal milik Esmee di salah satu meja restoran. "Apa kau akan bekerja malam ini?"

Esmee tersenyum simpul. "Kalau aku bilang aku akan bekerja, kau pasti akan melarangku. Benar, kan?"

William tertawa pelan menanggapi ucapan Esmee. "Aku akan membawa kunci restoranmu agar kau tidak bisa pergi kemana-mana."

"Aku punya kunci cadangan," sahut Esmee.

"Aku akan mengambilnya juga," timpal William.

Esmee tertawa pelan. "Aku sudah izin dua hari pada Pierre. Meskipun resikonya aku harus menerima kalau dia mau memotong gajiku."

"Itu lebih baik daripada kau memaksakan dirimu terus menerus," ujar William.

Esmee mengangguk-anggukkan kepalanya. "Sekali lagi terima kasih untuk hari ini. Aku sangat bersenang-senang hari ini."

William tersenyum simpul sambil menganggukkan kepalanya. "Katakan saja padaku kalau kau mau pergi untuk bersenang-senang. Aku dengan senang hati akan menemanimu."

Esmee mengerling pada William. Keduanya saling menatap dan tersenyum bersamaan. William kemudian berjalan menghampiri Esmee. Ia sedikit merapikan rambut Esmee yang berantakan setelah memakai helm lalu tersenyum padanya.

"Kalau begitu, kita bertemu lagi besok. Ingat, kau tidak boleh pergi bekerja malam ini," ujar William.

Esmee menghela nafas panjang sambil menganggukkan kepalanya. "Oui Monsieur."

William membelai kepala Esmee sebentar. Setelah itu ia segera berjalan pergi meninggalkan restoran D'Amelie. Esmee tersenyum menatap William yang berjalan melewati pintu restorannya. Ia tiba-tiba memegang pipinya yang terasa hangat sambil tertawa pelan. Setelah menutup pintu restorannya, Esmee segera membawa tas bekal miliknya dan naik ke lantai atas restoran.

----

"Puji Tuhan, akhirnya kau datang!" seru Charles ketika melihat William masuk ke dalam rumah mereka. Ia pun segera menghampiri William dan langsung menariknya untuk kembali ke luar dari rumah.

"Apa yang kau lakukan?" tanya William sambil melepaskan tangannya dari pegangan Charles.

"Kau tahu, kau hampir membuatku terbunuh," ujar Charles.

William mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu?"

Charles menatap William sambil membelalakkan matanya. "Alexander Hunter baru saja ke sini. Dan kau—"

Charles maju beberapa langkah sampai membuat William tersudut di dinding rumah tinggal mereka. "Kau kemana saja? Aku mencoba menghubungimu tapi kau seolah hilang di telan bumi. Untung saja ayahmu tidak langsung menelpon pasukan khusus untuk mencarimu."

"Tunggu dulu, handphone-ku sama sekali tidak berdering hari ini," sahut William.

"Coba kau periksa handphone-mu," sahut Charles sambil merapikan rambutnya setelah ia berteriak pada William.

William segera mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Ia kemudian mencoba untuk menyalakan layar ponselnya. Kening William berkerut ketika ponselnya tidak kunjung menyala. William kemudian menatap Charles sambil terkekeh.

"Sepertinya aku lupa mengisi baterai handphone-ku," ujar William.

Charles mendengus sambil menatap kesal ke arah William. "Kalau begitu, kau harus ikut denganku sekarang."

"Kau mau membawaku ke mana?"

"Ke mana lagi? Tentu saja aku harus membawamu menemui ayahmu. Aku berjanji padanya untuk langsung membawamu begitu kau sampai di rumah," jawab Charles.

William tertawa pelan. "Kau yang berjanji padanya. Bukan aku."

Charles langsung menarik lengan William ketika William hendak berjalan menuju kamarnya. "Kau tidak akan kembali ke kamarmu, Tuan Muda. Aku bersumpah, aku akan menghantuimu jika aku sampai terbunuh oleh Alexander Hunter."

Charles kemudian menarik tangan William untuk segera pergi meninggalkan rumah mereka. Sambil menyeret William dengan seluruh tenaganya, Charles menghubungi Naomi.

"Aku sudah mendapatkan William. Suruh mobilnya untuk segera menjemput kami, sebelum William berubah pikiran," ujar Charles pada Naomi.

Tidak lama setelah Charles mematikan sambungan telponnya dengan Naomi, sebuah mobil Bentley Flying Spur berwarna hitam muncul dari belokan yang mengarah ke rumah tinggal sementara William dan Charles. Mobil itu kemudian berhenti tepat di depan rumah tersebut.

Charles segera membukakan pintu penumpang belakang dan menyuruh William untuk segera masuk ke dalam mobil tersebut. "Cepat masuk!"

William mendengus kesal. Dengan terpaksa ia masuk ke dalam mobil tersebut. Setelah William masuk ke dalam mobil, Charles ikut masuk bersama William. Tanpa menunggu lama, Supir yang menjemput William segera mengendarai mobil tersebut untuk menuju hotel tempat Alexander Hunter berada.

****

Thank you for reading my work. I hope you guys enjoy it. I was hoping you could share your thought in the comment section and let me know about them. Don't forget to give your support through votes, reviews, and comments. Thank you ^^

Original stories are only available at Webnovel.


AUTORENGEDANKEN
pearl_amethys pearl_amethys

Keep in touch with me by following my Instagram Account or Discord pearl_amethys ^^

Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C28
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen