App herunterladen
2.02% Malaikat Dan Iblis Yang Mencintaiku / Chapter 8: Berharap Alicia Hidup.

Kapitel 8: Berharap Alicia Hidup.

Kecelakaan itu membawa duka para keluarga korban yang di tinggalkan. Mobil polisi dan ambulan mulai berdatangan ke tempat kejadian, begitu juga dengan para reporter berita. Mereka, para pemburu berita tidak mau ketinggalan. Tidak peduli daerah kecelakaan itu tempat terpencil, daerah yang terjal, di dalam jurang maupun di bawah lautan semua akan mereka datangi dan akan dijadikan berita untuk menguntungkan perusahaan-perusahaan tempat mereka bernaung.

Reporter sibuk memberitakan informasi terkini seputar kecelakaan tragis yang membuat seluruh penumpang bis itu meninggal, kecuali Alicia. Polisi dan petugas pemadam kebakaran berusaha mengangkut mayat-mayat yang hampir tidak dikenali lagi. Tubuh hangus dengan warna hitam legam. Dengan bau hangus yang menyengat. Polisi dan petugas keberakaran memasukan satu persatu mayat ke kantung mayat. Masyarakat setempat pun antusias melihat kecelakaan itu. Kecelakaan tragis masyarakat bergidik melihat korban-korban dengan keadaan yang mengenaskan.

Di kantor polisi, para orang tua serta keluarga korban mulai berdatangan meminta jawaban tentang anak-anak mereka yang menjadi korban kecelakaan tragis itu.

"Pak, di mana mayat anak-anak kami, Pak?" tanya salah satu keluarga yang menanyakan anaknya. Silih berganti pertanyaan demi pertanyaan datang dengan kalimat yang masih sama.

"Tenang Ibu-bapak, kami informasikan bahwa mayat-mayat korban kecelakaan bus menuju perkemahan tahunan musim dingin Cronwall sudah dibawa ke rumah sakit Royal Cronwall. Dan saat ini mereka sedang di otopsi, lebih baik ibu dan bapak sekalin mendatangi rumah sakit tersebut" ujar kepala kepolisian Devon dan Cronwall, Mr. White menjelaskan.

Seluruh orang tua korban bergegas mendatangi rumah sakit yang disebutkan oleh pihak kepolisian.

Lalu Dean dan Istrinya, Saphira. Mereka baru saja pulang dari perjalanan bisnisnya ke Turki selama beberapa hari sebelum keberangkatan Alicia. Dean dan Saphira sendiri adalah kedua orang tua dari Alicia, ia mendapatkan kabar dari pembantunya bahwa anaknya, Alicia kecelakaan bis.

Dean dan Saphira buru-buru datang ke kepolisian Devon dan Cronwall yang menghubungi pembantunya itu. Namun, ia hanya mendapatkan informasi yang sama seperti yang didapat para orang tua korban lainnya.

Kedua orang tua Alicia bergegas ke rumah sakit Royal Cronwall, kekuatiran dan rasa cemas terlihat di wajah Saphira, begitu juga dengan Dean. Namun kecemasan Saphira terlihat sangat jelas, sepanjang jalan ia terus berdoa, dan sebagai seorang ibu, ia pasti sangat takut kehilangan anak satu-satunya itu.

Sesampainya di Rumah Sakit Royal Cornwall Dean dan Saphira bergegas turun menuju lobby.

"Maaf, untuk korban kecelakaan mobil di sekitar perkemahan Cornwall ada di mana?" tanya Dean pada resepsionis.

"Oh, sebelah sana." Tunjuk resepsionis itu kearah ujung jalan lobby. "Nanti tuan dan nyonya belok kiri menuju kamar mayat!" Lanjut resepsionis itu.

Dean dan Saphira melanjutkan langkahnya setelah bilang terima kasih pada petugas resepsionis itu. "Apa benar anak kita udah mati, Pah?" tanya Saphira sangat takut bayangannya menjadi kenyataan. Dean menguatkan Saphira dengan menggenggam tangannya. Sepanjang jalan, walau jari-jarinya saling terpaut satu sama lain dengan jari-jari Dean, tetap saja ia sangat takut. Ia tidak bisa membayangkan bila ia harus kehilangan puteri satu-satunya itu.

Sesampainya di depan kamar jenazah, Saphira menarik tangan Dean agar berhenti sejenak. Ia masih belum yakin akan kuat melihat jenazah anaknya itu. "Tunggu sebentar, Pah!" pintanya. Ia menarik napas beberapa kali agar jantungnya siap menerima kenyataan terburuk sekalipun bila benar-benar terjadi pada Alicia. Dean melihat istrinya, ia tau seberapa besar ia kuatir dengan kabar terburuk Alicia di dalam nanti.

"Kamu sudah siap?"

Saphira tetap menggeleng, "Bagaimanapun dia puteriku satu-satunya, dan aku belum siap untuk kehilangan dia. Bagaimana aku bisa hidup tanpa Alicia di sisiku, Pah?"

Dean memeluknya, mengerti perasaan istrinya saat ini. Walau ia sudah menahan rasa takutnya, tetap saja raut wajah Saphira tidak bisa disembunyikan di hadapannya. "Papah mengerti perasaan mamah. Papah juga takut kehilangan Alicia, puteri yang kita rawat dengan susah payah, pasti akan sulit melepaskannya," ujar Dean menguatkan kesedihan istrinya.

"Sekarang, kita harus menjemput anak kita!" Saphira mengangguk ragu. Dan Dean tidak melepaskan sama sekali tangan istrinya.

Di dalam kamar jenazah petugas menyambut kedua orang tua Alicia dengan seulas senyuman. "Ada yang bisa saya bantu Bapak dan Ibu?"

"Saya kedua orang tua seorang anak perempuan bernama Alicia, apakah ada ciri-ciri anak saya di antara korban kecelakaan itu?" tanya Dean.

"Ooh, untuk itu saya tidak tau mana puteri bapak di antara para korban. Tapi sebaiknya kita cek sama-sama, sebab keadaan para korban sangat parah," kata petugas rumah sakit penjelaskan. "Mari, ikuti saya!"

Dean dan Saphira mengangguk. Mengikuti langkah petugas itu ke dalam. Loker-loker penyimpanan mayat tersusun rapi dan sangat banyak jumlahnya, mayat-mayat di simpan di loker-loker itu untuk menghindari dekomposisi atau pembusukan yang menimbulkan bau menyengat.

Petugas kamar jenazah itu mulai membuka satu persatu loker berisi jenazah kecelakaan bis yang membawa 80 anak untuk menuju perkemahan di Bukit Cornwall. Sebagian jasad korban sudah di bawa pihak keluarganya.

Namun, bukan Alicia yang mereka cari. Tidak ada Alicia di antara ciri-ciri korban atau benda-benda yang di kenakan korban-korban itu. Dean dan Saphira saling menatap tak mengerti, menurut kabar,  kecelakaan itu membuat seluruh penumpang tidak ada yang selamat. Mereka hangus terbakar api.

"Apa tidak ada lagi korban lainnya?" tanya Dean masih penasaran.

"Ooh ... masih, sebelah sini sisa para korban kecelakaan itu!" tunjuk petugas rumah sakit. Sekali lagi, Dean dan Saphira mengikuti petugas kamar jenazah itu.

Perasaan Saphira semakin takut. Ia takut justru mayat anaknya belum di temukan petugas pemadam kebakaran dan polisi, dan ia akan benar-benar kehilangan puterinya tanpa bisa melihat jasad Alicia untuk terakhir kalinya.

Di buka satu persatu kantong jenazah, Dean dan Saphira belum menemukan jenazah yang sesuai dengan ciri-ciri anaknya itu. "Apakah tidak ada jenazah yang lainnya?" tanya Dean semakin penasaran. Ia berpikir, bagaimana bisa jenazah anaknya tidak ada kalau memang semua penumpang bis itu tidak ada yang selamat.

"Sudah tidak ada Pak, ini yang terakhir. Dan sebagian jenazah sudah di bawa pulang oleh beberapa pihak keluarga korban."

"Ini mustahil! Kalau memang semua tidak ada yang selamat, mana mungkin jenazah anak saya tidak ada di antara mereka?" kata Dean berintuisi.

"Maaf Pak, Bu, saya hanya menerima jenazah yang akan dititipkan di sini sampai keluarga mereka datang menjemput. Mungkin jenazah puteri bapak dan ibu belum ditemukan pihak kepolisian dan pemadam kebakaran yang bertugas mengangkut para korban," kata petugas itu menjelaskan.

"Baik, kalau begitu kami permisi dulu. Terima kasih atas bantuannya, dan ...." Dean mengambil kartu namanya di dompet. "Ini kartu nama saya, bila ada kabar tentang puteri saya, mohon infokan pada saya."

Petugas itu mengangguk ramah. Dean dan Saphira keluar dari ruang itu. "Berarti ada kemungkinan puteri kita masih hidup, pah?"

"Ya, tapi kita tidak tau. Masih lima puluh persen untuk itu," sahut Dean, berharap keajaiban itu benar-benar ada untuk anaknya.

****

Bersambung.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C8
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen