Kapitel 144: [Epilog] Dalam Dekapmu, Aku Pulang

"Sialan!" Reygan ingin mengumpat sekaligus menonjok Kiki sampai babak belur. Tapi lebih dulu harus menenangkan debar jantungnya. Belum lagi dengan keterkejutan yang harus dia tangani. Bulu kuduknya meremang. Tangannya berkeringat dingin. Menelan ludah dengan susah payah. Bahkan ketika mendorong pintu terbuka, tangannya gemetar.

Dia ingin menyumpah-nyumpahi Kiki yang tega melakukan ini. Tapi dia harus menahan diri. Dia akan memberinya pelajaran ketika bertemu nanti. Biar Kiki tahu seberapa paniknya dia ketika perjalanan ke sini. Beberapa kali melanggar lampu merah, beruntung tidak ada polisi yang mengejarnya.

Turun dari mobil, dia sempat mengedarkan pandangan. Mantap vila milik maminya Kiki dengan teliti. Sepi. Tidak ada siapa pun. Bahkan Kiki pun tidak terlihat di sana. Pandangannya beralih ke calon rumahnya yang semingguan ini berhenti dikerjakan. Ada masalah internal yang membuat Reygan memutuskan untuk menghentikan pembangunan.