Reygan melangkah ke deretan taksi biru yang ada di halaman bandara. Kiki sedang melipir mencari air mineral. Baru juga ingin memanggil sang sopir, sepasang tangan sudah melingkar di perutnya. Pelukan yang tiba-tiba dari belakang. Awalnya Reygan terkejut tapi setelah mengenali tangan yang memeluknya, dia tersenyum kemudian berbalik.
Dibalasnya pelukan itu erat-erat. Dia mengecup puncak kepala perempuan yang ada dalam pelukannya.
Hingga suara botol yang jatuh membuat keduanya sontak menoleh.
Kiki menganga, nyaris copot jantungnya melihat adegan di depan matanya. Apa dia berhalusinasi? Kiki menampar pipinya sendiri. Sakit. Aoa dia perlu membenturkan kepalanya ke pilar bandara? Tidak. Tidak perlu. Dia sudah sadar sekarang. Tapi masih saja ... Apa-Apaan ini?
"Ups..." Adriana mendongak ke kakaknya, kemudian menatap Kiki.
Reygan belum melepas pelukan itu, meski Adriana sudah minta dilepas. "Kenapa, Ki? Jangan kaget gitu."