App herunterladen

BAB 2 : Siapa Mangsa Kita Selanjutnya?

-Parkiran SMA Bintang-

Pagi itu sebuah mobil BMW putih  memasuki parkiran sekolah SMA Bintang, beberapa menit kemudian keluarlah 4 siswi nyaris sempurna yang semuanya memiliki paras cantik dan manis. Ya, mereka adalah The Angel Wings. The Angel Wings beranggotakan Stella dan Gengnya, yaitu Raya, Lisa dan Naura.

Seketika semua orang yang memiliki kesibukan sendiri di parkiran SMA Bintang menghentikan aktivitasnya ketika melihat 4 'Ratu' SMA Bintang tersenyum sangat manis ketika baru turun dari mobil. Mereka memang cantik, namun sifatnya tidaklah secantik wajahnya. Mereka yang bernama The Angel Wings itu adalah 'Ratu' yang kejam dan suka membuli. Namun karena kepopulerannya, itu tidak menjadi masalah bagi seluruh siswa dan siswi di SMA Bintang. Malah sikapnya yang seperti itu menambah kadar kepopulerannya. Keempat 'Ratu' itu selalu di puja di SMA Bintang.

"Kenapa sih mereka semua selalu memandang kita seperti ini?" tanya Raya dengan dehaman kecilnya sambil berjalan elok bak model.

"Memandang kita seperti apa?" tanya Lisa tidak paham maksud Raya. Ia tetap mempertahankan senyumnya agar tidak hilang, karena banyak pasang mata yang sedang memperhatikannya.

"Dengan tatapan memuja mungkin maksudnya Raya." kini giliran Naura yang menjawab pertanyaan dari Lisa.

"Kalian kan sudah tahu kita 4 siswi terpopuler di SMA Bintang, jadi wajarlah jika mereka menatap kita dengan tatapan memuja seperti itu." sahut Stella dengan raut muka biasa saja. Diantara keempatnya hanya Stella yang tidak murah senyum. Kenapa? Karena ia adalah ketua Geng dari The Angel Wings.

"Iya tahu, Tuan Putri Stella." sahut ketiganya berbarengan dan tersenyum ramah menatap 'Ratu Kebesaran' mereka. Namun yang ditatap sama sekali tidak tersenyum.

"Kita mau langsung ke kelas? Atau bolos dulu 2 jam pelajaran?" tanya Naura menatap Stella yang sama sekali tidak tersenyum apalagi merespon pembicaraan mereka.

"Boleh bolos, boleh ke kelas." sahut Stella akhirnya memberikan jawaban untuk ketiga temannya yang sepertinya sudah sangat tidak sabar menunggu keputusannya.

"Yaudah sekarang Ratu Stella udah ngebebasin kita mau bolos atau ke kelas, jadi kita pilih yang  mana?" tanya Raya menatap bergantian kedua temannya.

"Bolos saja." sahut Naura dan Lisa berbarengan dan saling menatap.

"Baiklah setuju. Ratu Stella setuju sama keputusan kami?" tanya Raya lagi kembali menatap Stella yang hanya mengangguk sebagai jawaban bahwa ia setuju.

"Langsung ke kantin ya?" tanya Lisa lagi dan menenteng tasnya. Ia hendak ke kelas dulu menaruh tas teman-temannya.

"Iya. Kamu ngapain nenteng tas begitu?" tanya Naura menatap tas yang ditenteng Lisa.

"Ya bawa ke kelas lah, sinikan tas kalian biar aku taruhkan." ucap Lisa berniat berbaik hati pada teman temannya.

"Heh? Kamu bukan babu kami Lisa! Kita panggil saja salah satu siswi yang ada di kelas suruh taruhkan tas kita." usul Naura memberikan ide terbaiknya. Daripada mereka berempat lelah ke kelas hanya untuk menaruh tas saja lalu berjalan ke kantin kan?

"Begitu ya… Tapi siapa yang bisa kita suruh?" bingung Lisa berpikir keras. Mengingat-ngingat nama teman sekelasnya yang tidak ia hafal semua.

"Spontan yang lewat di depan kita saja, tidak apa-apa jika bukan teman sekelas, yang penting dia anak Bahasa." sahut Raya memberikan jalan tengah agar Lisa tidak merasa bingung lagi. karena dari raut wajahnya sangat kelihatan bahwa Lisa sedang bingung dan berpikir keras.

"Oh begitu, baiklah." sahut Lisa mengangguk-anggukkan kecil kepalanya. Percayalah diantara keempatnya, Lisa-lah yang paling polos. Jika mereka sedang membuli Lisa selalu diam memperhatikan dari kejauhan. Karena dalam hatinya, ia tidak  tega membuli siswa maupun siswi yang lemah, ia ikut merasakan bagaimana sakitnya dibuli. Namun ia tidak berani mengatakan yang sejujurnya pada Stella takut Stella membencinya, takut jika ia tidak punya teman sepopuler The Angel Wings.

"Hei kamu! Iya kamu! Sini." ucap Naura memanggil salah satu siswi berkacamata yang kebetulan lewat di depan mereka.

Siswi yang dipanggil itu hanya bisa mendekat dengan kegugupan setengah mati yang ia rasakan. Dengan tergesa-gesa ia menghampiri keempat siswi terpopuler di SMA Bintang itu dengan gugup dan perasaan takut, siapa yang tidak tahu The Angel Wings? Bahkan Guru-guru pun tahu tentang kepopuleran mereka, "Ada apa ya kak?" tanya siswi tersebut dengan takut-takut. Ya ia tahu mereka seumuran, tapi ia sengaja memanggil 'kak' agar terdengar lebih sopan saja di telinga keempatnya. Ia tidak ingin mendapat masalah karena salah memanggil atau dinilai tidak sopan.

"Halo juga kak, bisa tolong ke kelas X Bahasa 1 untuk menaruhkan tas kami?" tanya Lisa dengan sopan dan tersenyum ramah pada gadis berkacamata itu. Bagaimanapun juga ia sesama manusia haruslah saling menghormati, begitulah prinsipnya. Karena apapun yang kita tanam itu juga yang akan kita tuai, artinya benih-benih yang kita sirami dalam hidup kita secara terus menerus akan tumbuh dan menghasilkan buah yang nantinya akan kita petik dan nikmati. Maka dari itu sebisa mungkin ia akan terus berbuat baik, walaupun teman bergaulnya sedikit kejam.

"Kenapa kamu bicara begitu sopan padanya Lisa?" tanya Raya tidak terima. Bisa jatuh reputasi The Angel Wings jika Lisa bersikap seramah itu. Bisa berhenti di segani The Angel Wings oleh siswa-siswi SMA Bintang, dan Raya tidak ingin itu terjadi. Raya tidak ingin dirinya berhenti popular. Ia sudah nyaman dengan hidupnya yang seperti ini, diagungi oleh banyak orang, itu berkat ia bergabung menjadi salah satu anggota Geng The Angel Wings, lebih tepatnya berkat Stella yang mengajaknya bergabung, maka dengan senang hati ia merasa terhormat diundang oleh seorang Stella Devani Clarissa.

"Iya Lisa, harusnya kamu tidak bicara sesopan itu pada siswi biasa yang derajatnya lebih rendah dari kita, ingat kita ini The Angel Wings. Apakah kamu melupakan poin penting itu?" tanya Naura sedikit kesal dengan sikap Lisa yang selalu saja bersikap baik pada orang-orang biasa. Padahal The Angel Wings terkenal dengan sikap kejamnya karena suka membuli. Namun Lisa tidak memiliki sifat kejam itu di dalam hatinya. Ia sendiri bingung kenapa Stella merekrut Lisa dulu, apa kelebihan Lisa? Apakah Stella sengaja mencari satu personil yang memiliki hati sebaik malikat?

"Biarkan saja, kata sopan memang lebih baik." kini giliran Stella sang Ratu yang membuka suara dan tersenyum kecil pada gadis berkacamata itu.

"What?" ucap Naura dan Raya berbarengan. Pikiran mereka berdua sama, ada apa dengan sang Ratu? Apakah Ratu mereka juga ketularan dengan Lisa yang selalu bersikap baik dan sopan kepada semua orang?

"Kenapa? Apakah aku berkata salah?" tanya Stella pada ketiga temannya dan menatapnya bergantian.

"Tidak Ratu, tidak sama sekali." Jawab Raya dan Naura berbarengan. Tidak mereka berdua berbohong, nyatanya perkataan Stella itu tidaklah sesuai dengan isi hati Naura dan Raya. Sangat berbanding terbalik dengan isi hati mereka.

"Baiklah, kalau begitu tolong ya?" ucap Stella sedikit ramah dan tersenyum pada gadis berkacamata itu. Seketika mereka berempat menyerahkan tasnya masing-masing.

Sepeninggal gadis berkacamata itu pergi, Raya pun berkata dan menatap Stella, "Jadi siapa mangsa kita selanjutnya Tuan Putri Stella?" tanya Raya tersenyum sinis menatap sekelilingnya mencari mangsa yang sekiranya lebih seru untuk dibully.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C2
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen