App herunterladen
93.54% Secangkir kopi untuk Raditya / Chapter 58: Premiere

Kapitel 58: Premiere

Rembulan mematut diri di depan cermin. Dia memakai dress berwarna putih gading. Rambutnya dibiarkan terurai, wajahnya hanya dipoles make up tipis dan lipstik berwarna nude. Dia tidak ingin terlihat menonjol dengan berdandan heboh. Dia bukan bintangnya, dia hanya mendampingi Raditya. Walaupun berdandan sederhana, Rembulan yakin dia tidak terlihat memalukan.

Tadi pagi Raditya bertanya kembali pada Rembulan sebelum Raditya pergi melakukan pekerjaannya. Rembulan mengangguk mantap, meskipun tadi malam dia sempat bimbang dengan keputusannya. Dia tidak ingin mengecewakan Raditya. Laki-laki itu tidak pernah menuntut terlalu banyak padanya, bahkan Rembulan merasa Raditya sangat pengertian. Itulah yang membuat Rembulan akhirnya tetap pada keputusannya. Dia meyakinkan diri bahwa tidak akan ada sesuatu yang menakutkan akan terjadi malam ini.

***

Raditya datang ke rumah Rembulan, dia memakai kaos putih. Ada tulisan judul film yang dia bintangi tertera pada kaos itu. Raditya menambahkan jas casual berwarna hitam. Rembulan mengagumi penampilan Raditya.

"Apakah seperti ini terlihat pantas?" Rembulan bertanya ragu-ragu, dia membutuhkan pendapat Raditya. Masih ada waktu untuk memperbaiki penampilan atau make up nya.

Raditya mengulurkan tangannya, menyelipkan sedikit rambut Rembulan dibalik telinga, "Kamu selalu terlihat cantik."

"Apakah tidak terlalu sederhana?" Rembulan kembali menegaskan pertanyaannya, takut kalau Raditya tidak paham dengan maksudnya.

"Aku suka kamu seperti ini."

Raditya mencium pipi Rembulan, "Bagiku kamu sempurna," bisiknya.

***

Wartawan berada di depan pintu masuk, lampu kilat kamera berpendar menyambut kedatangan mereka. Raditya mempererat genggamannya, dia seperti ingin meyakinkan dirinya bahwa Rembulan akan selalu berada disampingnya. Raditya melambai sedikit, tersenyum ramah, sesekali dia berhenti untuk foto atau menjawab pertanyaan dari wartawan dan Raditya tidak melepaskan genggaman tangannya pada Rembulan.

"Pacar baru ya Dit? Kenalin dong."

Seperti biasa , ada juga wartawan yang iseng menanyakan hal-hal seperti itu. Raditya hanya tersenyum, mengangguk sekilas. Sedari tadi Rembulan hanya mendengar suara Raditya untuk menjawab pertanyaan seputar filmnya.

Beberapa penggemar menyambut dengan teriakan, mereka merangsek untuk bersalaman dengan Raditya. Rembulan berusaha melepas genggaman tangan mereka, Raditya melihat ke arah Rembulan, dahinya berkerut seolah bertanya "Kenapa?". Rembulan hanya tersenyum mengangguk, dia menunjuk ke arah pintu teater yang terbuka. Raditya mengerti, dia tersenyum tipis.

***

Raditya duduk menonton bersama sutradara dan beberapa pemain lain, David juga ada disitu. Dia tadi sempat melihat Rembulan, dan bertegur sapa sejenak. David menanyakan kabar Rembulan, basa-basi dalam dunia pergaulan.

"Duduk bareng kami aja Lan," katanya.

"Nggak lah, aku disini aja. Nggak apa-apa kok."

"Beneran nggak apa-apa?"

"Iya, santai aja."

"Oke, aku tinggal dulu ya!"

Rembulan sengaja menarik diri, dia tidak ingin terlihat terlalu mencolok dengan berada disamping Raditya. Kehadirannya hanya sebagai bentuk dukungan kepada kekasihnya, tidak lebih. Tadi saja ketika wartawan menyambut kedatangan Raditya, Rembulan merasa jengah dan canggung. Ingin rasanya dia berlari dari samping Raditya. Kalau bukan karena Raditya yang terus memegang erat tangannya dan tekadnya untuk memberi dukungan mungkin Rembulan lebih memilih duduk di salah satu sudut kafe sambil menikmati secangkir kopi. Mendadak dia membutuhkannya saat ini.

***

Raditya mencari-cari dengan matanya, dia mengarahkan pandangan ke segala arah. Dimanakah gadis itu?Dia ingin Rembulan terus berada disampingnya. Tadi dia keberatan ketika Rembulan melepaskan genggaman tangannya. Namun Raditya melihat bahwa Rembulan tidak nyaman dengan situasi yang terjadi. Mau tidak mau Raditya menyetujui keinginan Rembulan. Ada yang hilang saat gadis itu melepaskan genggamannya, sungguh Raditya merasa kehilangan.

David datang menghampiri Raditya dan memberi tanda dengan menunjuk beberapa deret di belakang mereka, untuk memberitahu posisi Rembulan. Raditya memanjangkan lehernya, dan dia menemukan Rembulan sedang duduk tampak santai. Oh, gadis itu terlihat melamun.

Raditya hendak mendatangi Rembulan namun langkahnya terhenti oleh kedatangan beberapa fans yang minta foto bersama sebelum acara pemutaran film dimulai. Raditya pantang menolak. Setelah itu Venita menarik Raditya dan meminta Raditya untuk duduk disebelahnya.

"Ayo, sebentar lagi pemutaran film dimulai," bisiknya ke telinga Raditya. Tak ada waktu untuk menghampiri Rembulan. Raditya sungguh merasa bersalah. Dia yang mengajak Rembulan namun dia tidak bisa bersama gadis itu.

Maafkan aku tidak bisa berada di sampingmu, Raditya mengirimkan pesan pada Rembulan. Berharap Rembulan membacanya saat itu.

Nggak apa-apa, lebih baik begini. Rembulan membalas, diakhir kalimat dia tambahkan emotikon senyum.

Kamu baik-baik saja?

Ya, aku baik-baik saja.

Kenapa melamun?

Aku nggak melamun, aku hanya sedang berpikir bagaimana rasanya menonton filmmu.

Aku mencintaimu, Raditya menambahkan tanda hati.

Aku tahu...aku akan selalu ada untukmu.

***

Rembulan menonton setiap adegan demi adegan tanpa ada yang terlewat, hanya hatinya sedikit merasa tidak enak pada adegan Raditya memeluk Venita. Rembulan menghembuskan napas, mencoba menenangkan hatinya. Menurutnya Raditya bermain sangat baik. Kalau harus diberi nilai, akting Raditya adalah sembilan. Padahal Rembulan bukanlah penyuka film laga, namun kali ini dia bisa menikmatinya. Apakah karena aktornya Raditya?

Begitu film berakhir dan lampu dinyalakan, acara masih dilanjutkan dengan pemberian hadiah untuk beberapa fans yang bisa menjawab pertanyaan dari pembawa acara. Ada juga wawancara dan jumpa fans dilanjutkan dengan foto bersama.

Raditya terlihat tampan dengan senyumnya yang selalu sumringah, Venita selalu berada disamping Raditya karena mereka berdua adalah bintangnya malam ini. Terkadang menurut Rembulan Venita terlalu bersikap berlebihan, dengan melihat banyaknya skinship yang terjadi antara Raditya dan Venita. Sedangkan Raditya berusaha bersikap sewajarnya. Rembulan gemas melihat tingkah Venita.

Tanpa diduga , Bang Ari datang menghampiri Rembulan.

"Hai! Lama nggak ketemu kamu." Bang Ari menyapa, senyum dan tatapan matanya pada Rembulan masih sama seperti dulu.

Bang Ari duduk disamping Rembulan, melihat ke depan saat Venita dan Raditya sedang tertawa bersama karena pertanyaan seorang wartawan.

"Tadi aku melihatmu berjalan bersama Raditya, aku kira kamu duduk disampingnya."

"Aku lebih nyaman duduk disini Bang, aku berada disini hanya untuk memberi dukungan padanya."

"Ini bukan duniamu kan? Aku tahu kamu menghindari hal-hal seperti ini." Nada bicaranya sedikit sinis. Rembulan tahu Ari masih belum bisa melepasnya. Ari mungkin heran bagaimana Rembulan bisa menerima Raditya yang sangat jauh berbeda dengan Rembulan.

Rembulan memilih diam tidak menanggapi komentar sinis dari Ari.

Mereka berdua terus menghadap ke depan, melihat Raditya masih berdiri berdampingan dengan Venita. Melihat mereka berdua masih menebarkan senyum dan keramahan.

"Aku duga Raditya bersama Venita. Ternyata dia bersamamu." Ari kembali bicara.

"Ya," Rembulan menjawab singkat.

"Aku berharap dia mencintaimu dengan sungguh-sungguh. Aku tidak akan pernah rela kalau dia mempermainkanmu." Rembulan hanya diam melihat Ari.

"Kamu kan tahu siapa dia?Aku rasa kamu sering membaca berita tentang Raditya di internet, makanya aku bicara seperti ini."

Rembulan mulai merasa jengkel dengan perkataan Ari, hingga rasa sebalnya melihat tingkah atraktif Venita hilang tak berbekas.

Rembulan tidak suka cara Ari memandang Raditya. Memangnya dia sudah seperti apa memperlakukanku? Apakah dia juga baik padaku?

"Aku mengenalnya dan aku mencintainya. Aku tidak perlu memberitahukan pada dunia bahwa dia mencintaiku dengan beribu cara yang bisa dia lakukan."


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C58
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen