App herunterladen
60% Selingkuh Romantic Gay / Chapter 12: RG 12

Kapitel 12: RG 12

Terdapat beberapa lampu lampion berwarna-warni yang menggantung, Sebuah cahaya lilin yang menggenang diatas cairan Beer berwarna kekuningan yang ditempatkan didalam gelas kecil yang menghiasi meja. Berbagai macam aneka varian minuman yang di dominasi Beer, plus dengan berbagai macam aneka makanan ala Negara German.

Nizar bersama dengan kekasihnya sedang makan malam. Sementara untuk Novi bersama dengan Apri sedang berkeliling mengelilingi Stand-stand Pameran.

"Di keheningan malam yang sunyi ini, aku hanya seorang diri. Tanpa seorang kekasih yang menemani. Pekatnya malam, membuat suasana kesendirianku sangat semakin terasa. Hasrat yang setiap hari bergejolak dan menggebu tak dapat aku luapkan, karena kekasihku entah berada dimana."

"Selintas aku pernah berfikir untuk mencari pelampiasan birahiku, namun apalah daya, aku tidak berani untuk melakukannya, karena aku benar-benar sangat menyayanginya."

"Tersiksa batin aku terus menahan gejolak birahiku ini."

"Andai saja kekasihku dapat menemaniku di setiap saat, mungkin rasa kegelisahan yang ada pada diriku di setiap malam ini akan terobati."

"Oh kekasihku dimanakah kamu berada saat ini? Sampai kapan kamu terus-terusan meninggalkanku seperti ini."

"Tak kuat aku menahan gejolak hasrat birahi ini, karena aku benar-benar merindukanmu."

"Ini orang nyindir gw kali ya? Kata-katanya ngasal, tapi sangat menusuk." Ucap Nizar di dalam hatinya sambil makan dan juga sambil menatap penyair yang berada di Restoran tersebut.

***

"Kamu dengar gak tuh?" Ucap Nizar kepada Dimas yang sedang makan.

"Mmm.." Ucap Dimas sambil memegang garpu dan Pisau steak.

"Dengar apa Dek?" Dimas berpura-pura tidak mendengarnya.

"Itu, musiknya Bang Ariel Noah.." Ucap Nizar terlihat sedikit kesel.

"Dengar.." Kebetulan di Panggung memang memang sedang ada konser Bang Ariel Noah sedang bernyanyi.

Nizar dan Dimas mengelap bibir dengan tisyu. Mereka berdua menyalakan rokoknya.

"Fyuuuh.." Nizar menghembuskan rokoknya. Terlihat sangat santai.

"Bang, kira-kira kamu ada jadwal kosong yang panjang kapan?" Nizar berkata bersama dengan hembusan asap nikotin yang keluar dari mulutnya.

"Kenapa emangnya Dedek?" Ucap Dimas.

"Aku kepengen liburan ke Curug deh. Aku merasa jenuh kalau harus liburan di Kota mulu. Kira-kira, kamu mau tidak, kalau kapan-kapan kita kesitu untuk Hanimoon?" Ucap Nizar.

"Abang sangat setuju donk Dedek." Ucap Dimas.

"Benarkah? Kamu mau ke tempat yang seperti itu?" Ucap Nizar mendadak merasa sangat girang mendengarnya.

"Iya dong, Abang sangat ingin sekali ke tempat itu. Siapa sih yang tidak mau menghirup udara segar Dedek?" Ucap Dimas.

"Kira-kira kamu kapan ada waktunya? Soalnya, aku kepengen lebih dari 2 hari Hanimoon di tempat itu?" Ucap Nizar.

"Mmm, insya allah habis ke Luar Kota ini abang Free 1 mingguan Dedek." Ucap Dimas.

"Yess, bisa donk kita Hanimoon?" Ucap Nizar.

"Ya, sepertinya sangat bisa." Ucap Dimas.

"Tapi kalo nanti Hanimoon, aku ajak Novi sama Apri boleh tidak?" Ucap Nizar.

"Boleh Dong Dedek." Ucap Dimas.

"Tapi harus berbeda kamar ya Dedek?" Ucap Dimas kembali.

"Ya iyalah abang. Masa iya mau kumpul kebo berempat." Ucap Nizar.

"Hehehe,." Dimas tertawa.

"Tapi kalau bisa, nanti kita sewa kamar yang berbentuk tenda saja ya bang? Jangan di Villa. Kayaknya seru deh, Gimana?" Ucap Nizar.

"Emangnya ada penginapan yang kayak gitu Dek?" Ucap Dimas.

"Ada. Gak kalah sama Hotel koq. Hanya bentuknya saja yang seperti tenda. Di dalemnya ada AC, Bedcover plus Bathub and Shower dan juga Televisi." Ucap Nizar.

"Bener ya Dedek? Jadi, kalau malam-malam kamu kedinginan karena cuaca pegunungan, abang bisa memeluk kamu sepuasnya ya Dedek? Nanti mau berapa ronde Dek, kalau kita disana?" Ucap Dimas.

"Sepuasnya kamu abang." Ucap Nizar.

"Benar ya Dek?" Ucap Dimas.

"Iya." Ucap Nizar.

Novi dan Apri sedang berjalan menghampiri Nizar dan Dimas.

"Ini beib, surabi anget rasa apemnya? Eh rasa apem lagi. Rasa terasi sama rasa oncom maksudnye." Ucap Apri sambil mendaratkan bokongnya dan juga sambil menaruh Surabi Anget di atas Meja.

"Ya udah, pada makan dulu beib?" Ucap Nizar.

"Banyak Beer tuh Mpok, lu tinggal pilih aja sesuka lu." Ucap Nizar kembali.

"Oke beib." Ucap Apri.

Apri langsung memesan Beer dan Steak, sementara Novi memesan Jus sama steak.

"Lu beli apaan aja beib?" Ucap Nizar kepada Novi.

"Martabak Telor buat anak-anak kosan deket rumah." Ucap Novi.

"Cilok sama otak-otak gw, ada gak beib?" Ucap Nizar.

"Oh iya sorry, udah gak ada beib. Kayaknya, udah pada kehabisan deh beib."

"Iya sih, kita kemaleman kesininya. Ya udah gak apa-apa beib, yang penting surabi angetnya ada." Ucap Nizar.

"Emangnya, itu Surabi anget buat siapa beib?" Ucap Novi.

"Buat Om nya abang gw tuh?" Ucap Nizar.

"Iya mba, Surabi anget itu buat Om saya. Maaf ya mba jadi merepotkan?" Ucap Dimas.

"Santai saja bang, sekalian keliling ini." Ucap Novi.

"Oh iya, mba Novi ini belum menikah?" Ucap Dimas.

"Belum bang. Saya masih dalam masa PDKT-an." Ucap Novi.

"Secantik kamu, sayang kalau belum menikah mba?" Ucap Dimas.

"Bang?" Nizar menegur Dimas.

"Maaf ya mba, jika ada yang salah dengan perkataan saya?" Ucap Dimas.

"Tidak apa-apa bang." Ucap Novi.

"Dia belum menikah itu? Karena masih memikirkan keluarganya bang. Selain itu juga, Novi ini masih mencari-cari yang terbaik ya beib?" Ucap Nizar.

"Ah lu beib, buka kartu saja. Ya seperti itulah bang, saya ini merupakan tulang punggung di keluarga saya. Jadi, untuk saat ini saya belum memikirkan untuk menikah." Ucap Novi.

"Tetap semangat ya Mba? Saya yakin, mba Novi nanti akan mendapatkan Pria yang terbaik." Ucap Dimas.

"Lagian, mendingan juga Novi. Usianya masih 21 Tahun, masih wajarlah kalau belum menikah. Ada koq yang usianya 40 tahun tapi belum menikah. Bahkan, gak menikah." Ucap Nizar menyemangati Novi.

"Emangnya ada Dek perempuan seusia segitu tidak menikah?" Ucap Dimas.

"Itu loh bang, yang di sebut perawan sunti itu. Gadis-gadis pilihan yang dilarang untuk menikah." Ucap Nizar.

"Oh iya bener juga ya Dek." Ucap Dimas.

"Jangan sampe kayak Mpok tuh beib? Kawin dua tahun, begitu cetet keluar anak, terus di tinggalin. Kasihan kan anaknya jadi korban?" Ucap Nizar.

"Gw apaan?" Ucap Apri.

"Ups, sorry mpok sayang? Gw keceplosan. Ini loh, biar Novi gak minder Empok. Makanya gw ngebandinginnya dengan kehidupan lu? Biar sekali dapet lelaki, dapet yang sekalian bener. Setuju gak lu Mpok, kalo gw berfikir kayak gitu?" Ucap Nizar.

"Bener tuh beib, lu jangan sampe kayak gw? Di renggut keperawannya, perutnya melendung, setelah beranak lalu di tinggalkan. Akibatnya? gw ya kayak gini nih, jadi sono-sini." Ucap Apri.

"Sono-sini gimana beib?" Ucap Novi kepada Apri.

"Lupa gw, Nizar noh yang faham. Maksud gw sono-sini itu apaan." Ucap Apri.

"Sono-sini cari batangan beib." Ucap Nizar kepada Novi.

"Hahaha, kirain apaan lu beib." Ucap Novi.

Sementara si Dimas, merokok sambil selalu menatap bibir tipis kekasihnya yang sedang mengobrol dan terkadang cengar-cengir sendiri melihat kekasihnya yang sedang mengobrll bersama dengan teman-temannya.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C12
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen