"Eh, ga usah. Emily sarapan di sini aja. Ga apa-apa ya Nek, Mah," jawab Aleysa.
"Ya sudahlah terserah kalian aja," jawab Neneknya.
"Terima kasih banyak Aleysa. Kamu itu emang wanita yang baik ya."
"Iya. Emangnya kamu wanita ular. Udah berapa kali di usir dari sini sama Nenek tapi masih aja punya muka buat datang ke sini," sambung Catline.
"Kamu di jaga ya bicara kamu. Saya datang ke sini untuk kerja bukan untuk menganggu hubungan kakak kamu dan Hans."
"Oh ya? Dasar benalu."
"Kamu juga benalu. Kamu bukan siapa-siapa di keluarga ini. Kalian berdua cuma numpang kan?"
"Jaga ya bicara kamu."
Emily dan Catline terus-terusan adu mulut. Neneknya Hans sampai memukul meja makan supaya neraka berdua berhenti bertengkar.
"Sudah, sudah stop. Kalian ini ga cape apa bertengkar terus. Semuanya sekarang duduk di kursi kalian masing-masing. Kita lanjut sarapannya."
Akhirnya suasana kembali kondusif. Walaupun tidak bagi Aleysa. Dada Aleysa terasa sangat sesak karena melihat Hans dan Emily duduk sampingan sambil makan bersama. Apalagi tatapan mata Hans kepada Emily tidak bisa bohong. Hans terlihat sangat mencintai Emily.
Bahkan Emily di depan Aleysa dan keluarga Hans yang lainnya dia berani untuk menyuapini Hans. Hans juga menerima perlakuan Emily dengan baik. Dia tidak marah atau menghargai perasaan istrinya sama sekali. Hingga akhirnya Hans dan Emily selesai sarapan bersama. Setelah itu mereka berdua akan berangkat ke kantor bersama.
"Kamu udah selesai kan makannya?" tanya Hans.
"Iya, udah selesai Pak."
"Yaudah kalo gitu kita berangkat ke lapangan sekarang ya. Semuanya, aku pamit dulu."
"Biar aku antar ke depan Hans," sambung Aleysa. Tetapi Hans hanya terdiam saja. Dan dia justru sengaja mengandeng tangan Emily.
Aleysa menemani Hans sampai ke depan rumah sambil membawakan jas untuk Hans. Di sana Aleysa hendak ingin memakaikan jas itu untuk Hans. Tetapi Hans menolaknya mentah-mentah.
"Biar aku pakaikan jas nya Hans."
"Ga usah. Aku pakai sendiri."
Akhirnya Hans memakai jas nya sendiri. Tetapi ketika Emily merapihkannya, Hans hanya terdiam. Dia membiarkan Emily merapihkan jas nya dan memegang tubuhnya. Bahkan Hans terlihat sangat senang.
"Itu jad nya sedikit berantakan Pak. Sini, biar saya rapihkan sedikit."
Ketika Emily sedang merapihkan jas nya, tangan Emily di ambil oleh Hans. Kemudian Hans menciumnya sambil berkata :
"Makasih ya sayang. Kamu itu emang yang paling bisa perhatian sama aku."
"Iya. Sama-sama Pak."
Aleysa menangis melihat kemesraan antara Hans dan Emily. Tetapi dia langsung mengusap air matanya dengan tangannya. Kemudian setelah itu Hans langsung pergi begitu saja tanpa berpamitan dengan Aleysa terlebih dahulu. Padahal Aleysa sedang berada di depan matanya saat ini.
"Yaudah kalo gitu kita berangkat sekarang ya."
"Iya Pak. Saya pamit dulu ya Bu Aleysa. Permisi," ucap Emily sambil tersenyum sinis kepada Aleysa.
Sekarang Hans sudah berangkat kerja bersama dengan Emily. Aleysa lagi-lagi meneteskan air matanya. Tidak lama kemudian Ershad datang menghampiri Aleysa.
"Aleysa," panggil Ershad. Aleysa pun langsung menghapus air matanya dengan tangannya.
"Ershad."
"Kamu kenapa si diam aja mendapatkan perlakuan seperti itu sama suami kamu? Kamu berhak marah sama Hans. Oke kalo emang kamu mau menjaga hormat kami sama Hans. Seenggaknya kamu bisa marah sama Emily. Kamu jangan mau di injak-injak seperti ini sama Emily."
"Ga apa-apa. Kamu ga usah ngurusin saya. Saya mau ke dalam dulu."
Aleysa langsung masuk ke dalam rumahnya tanpa meladeni ucapan Ershad barusan.
"Kasihan Aleysa. Pasti dia sedih banget. Lagian Emily keterlaluan banget. Aku harus bicara lagi sama dia supaya dia ga seenaknya sama Aleysa," ucap Ershad di dalam hatinya.
******
Pagi ini Aleysa akan pergi ke salah satu swalayan yang dekat dari rumahnya. Karena lagi-lagi kebutuhan di dapur habis. sehingga Aleysa harus pergi belanja lagi. Sebenarnya itu semua bisa dilakukan oleh asisten rumah tangganya. Tetapi Aleysa yang sedang sedih dan ingin jalan-jalan keluar, jadilah Aleysa saja yang pergi berbelanja kali ini.
"Aleysa. Kamu mau kemana?" tanya Ershad ketika melihat Aleysa pergi sendirian.
"Aku cuma mau belanja aja ke swalayan depan."
"Yaudah kalo gitu aku temanin kamu ya. Tugas aku untuk menjaga kamu kan."
"Ga usah. Aku bisa sendiri. Lagian swalayan nya dekat dari sini. Jadi aku bisa jaga diri baik-baik."
"Tapi Aleysa..."
"Udah biarin aku sendiri ya. Aku lagi pingin sendiri. Aku juga ga akan kenapa-kenapa."
"Yaudah kalo emang itu mau kamu. Kamu hati-hati ya."
"Iya. Terima kasih."
Akhirnya Aleysa tetap pergi ke swalayan sendirian tanpa di temani oleh Ershad. Tetapi tetap saja Ershad merasa khawatir jika Aleysa harus pergi sendirian. Karena sudah beberapa kali Aleysa hampir celaka. Dan untungnya selalu ada Ershad yang menolongnya.
"Kasihan Aleysa. Pasti dia lagi sedih banget karena masalah tadi pagi. Sampai-sampai dia mau pergi sendirian seperti itu. Tapi aku ga bisa biarin dia sendirian aja kaya gitu. Aku harus tetap jagain dia. Lebih baik aku ikutin dia diam-diam dari belakang," pikir Ershad di dalam hatinya.
Ketika Ershad hendak mengikuti Aleysa, tiba-tiba saja ada yang memanggilnya. Orang itu adalah Catline.
"Ershad. Kamu mau kemana?"
"Aku mau jagain kakak kamu dulu. Kasihan dia pergi sendirian. Kalo kenapa-kenapa sama kakak kamu, aku ga akan maafkan diri aku sendiri. Kalo gitu aku pergi dulu."
"I... Iya."
Ershad sedikit berlarian untuk mengejat Aleysa. Karena Ershad harus mengambil mobil dulu di garasi. Setelah itu Ershad akan mengikuti taksi Aleysa dari belakang untuk menjaganya.
"Ershad kayanya benar-benar mau jagain kak Aleysa karena dia ada hati. Bukan hanya sekedar sebagai penjaga pribadi kak Aleysa. Aku yakin itu," ucap Catline di dalam hatinya.
*******
"Itu dia taksi yang di taiki Aleysa. Aku ga boleh kehilangan jejaknya. Aku harus terus ikuti Aleysa dan menjaganya," ucap Ershad.
Sekarang ini Ershad sedang mengikuti taksi yang di taiki oleh Aleysa. Awalnya memang semuanya berjalan dengan baik. Aleysa turun dari dalam taksi nya dan kemudian masuk ke dalam swalayan. Di dalam swalayan juga semuanya berjalan dengan baik. Tidak terjadi apa-apa dengan Aleysa. Sampai akhirnya Aleysa selesai berbelanja dan akan pulang ke rumahnya. Aleysa menunggu taksi di depan swalayan itu. Tetapi tidak ada taksi yang lewat di sana.
"Aduh, kenapa ga ada taksi yang lewat ya? Atau jangan-jangan jarang ada taksi yang lewat sini ya?" pikir Aleysa. Tetapi walaupun begitu Aleysa terus menunggu taksi yang lewat.
Ketika Aleysa sedang menunggu taksi, tiba-tiba aja ada tiga orang yang datang menghampiri Aleysa. Dia menyekap Aleysa dan membawanya pergi dari sana.
-TBC-