App herunterladen
8.1% PENDEKAR DATARAN TENGAH / Chapter 3: Racun Pelemas Tulang

Kapitel 3: Racun Pelemas Tulang

"Termasuk kamu, Kak?" Jiu Shan mengangguk.

"Aku pun selalu tak berdaya jika dihadapkan pada kecantikanmu" Dia berbisik sambil lidahnya menggelitik telinga isterinya. "Zsu Mei, lakukan itu, kau bujuk dia, lakukan sebelum perang ini terjadi, lebih cepat lebih baik. Jika Sima Yi sudah berjanji, dia pasti akan menepatinya dan itu artinya keselamatan anak kita sudah terjamin."

"Apa maksudmu, Kakak?" Dalam hati Zsu Mei menebak- nebak apakah suaminya sudah mengetahui perselingkuhannya selama ini dengan Sima Yi.

"Demi kepentingan anak kita, lakukan itu Zsu Mei, bujuk dan rayu dia supaya mau berjanji menolong Jiu Cien seandainya kita kalah perang atau jika kita berdua mati di medan perang. Pada saat itu dia harus kembali ke istana dan menyelamatkan Jiu Cien meskipun untuk itu dia harus lari dari medan perang." Dia masih mendekap isterinya, menyembunyikan wajahnya di leher wanita itu.

Zsu Mei terkesiap. Hatinya berbunga memperoleh kesempatan itu, tapi ia berpura-pura. "Tetapi aku hanya membujuk, bicara dengannya, tidak lebih dari itu, Kak. Meskipun begitu aku butuh waktu satu atau dua hari membujuknya. Dan belum tentu aku akan berhasil."

"Ini demi keselamatan anak kita, demi anakmu. Lagipula Sima Yi adalah kekasihmu yang pertama, aku melihat bahwa dia masih mencintaimu bahkan sangat kasmaran. Makanya aku yakin Sima Yi akan mengabulkan permohonanmu, apa saja yang kau minta."

"Kak, kamu suamiku, hanya padamu aku mengabdi dan jiwa ragaku kepunyaanmu semata. Sima Yi itu milik masa lalu, tapi Jiu Shan dan Jiu Cien adalah masa depanku. Aku sangat mencintaimu, Jiu Shan," bisiknya separuh mendesis. Zsu Mei merasa dia benar-benar mencintai suaminya. Tetapi di dalam hati, dia tak bisa memungkiri bahwa dia juga mencintai Sima Yi.

Mereka masih berangkulan. Lantas Jiu Shan meregangkan tubuh, memandang wajah jelita isterinya. Dia mencium bibir Zsu Mei. Dia tak pernah tahu, pagi tadi mulut itu sudah dilumat habis-habisan oleh Sima Yi.

Di salah satu kamar di bagian istana, Jiu Cien sedang menekuni lembaran kulit tipis yang bertuliskan aksara Huruf kuno dan Sansekerta. Kamar itu diterangi obor dinding.

Seorang lelaki berusia tiga puluhan sedang mengawasi. Dialah Cao Pi, tokoh muda yang terkenal sebagai tabib sakti dan juga ahli racun. Dia merupakan tabib istana yang menjadi orang kepercayaan Cao Tao, adik kandung Kaisar Cao Cao.

Cao Tao menyukai Jiu Cien karena menganggap anak itu punya bakat luar biasa bagusnya untuk menjadi pendekar besar. Itu sebabnya, dia ikut melatih Jiu Cien. Bahkan dia minta Cao Pi melatih dan mempersiapkan Jiu Cien menjadi pendekar yang menguasai sastra, obat-obatan, bahkan juga racun. Sedang untuk ilmu, dia berempat Jiu Shan, Lu Xun dan Sima Yi akan mendidiknya serius.

"Jiu Cien, ini aksara kuno yang digunakan orang di jaman dulu, sekitar seratusan tahun lebih. Kamu perlu mengetahui ini semua, pasti suatu waktu ilmu sastra ini akan berguna bagimu." Cao Pi tak bosan-bosan memberi petunjuk. Lelaki itu mengelus-elus kepala Jiu Cien. "Dua tahun sudah aku mendidikmu, sebenarnya kamu sudah lulus. Besok mungkin aku tak perlu lagi menemanimu. Kamu sudah pandai membaca menulis, mengerti sastra, menguasai ilmu ketabiban serta yang paling penting, darahmu kini punya daya tolak terhadap segala macam racun. Kamu sudah kebal terhadap racun. Mungkin ada beberapa jenis racun yang bisa menerobos daya tahan tubuhmu, tetapi tidak banyak."

~~~

Partai Naga Emas suatu perguruan besar. Sudah menjadi tradisi turun temurun sejak cikal bakal Zhang He mendirikan perguruan itu di jaman raja sebelumnya, Partai Naga Emas selalu mengirim anak muridnya untuk mengabdi istana. Dalam beberapa kejadian, murid-murid Partai Naga Emas ini menjadi punggawa kerajaan tidak resmi yang setiap saat siap membela istana dari ancaman luar.

Tanah Partai Naga Emas cukup luas. Di rimba kependekaran dataran tengah, Partai Naga Emas tergolong perguruan paling berpengaruh dan disegani orang. Murid yang berguru di perguruan itu mencapai seratus limapuluhan. Sebagian di antaranya mengabdi di istana Kerajaan Wei. Dalam situasi panas membara dan perang sudah bergayut di depan mata, sekitar lima puluh murid Partai Naga Emas berada di istana. Siap membela istana. Sebagian lainnya masih tinggal di perguruan namun sudah siap-siap berangkat membela kerajaan.

Sore menjelang malam Ketua Partai Naga Emas, Xiahou Dun, duduk bersama adik seperguruannya, Wei Hu. Dua tokoh itu hampir sebaya, sekitar empat puluhan. Duduk di hadapan keduanya, seorang cucu murid, Guo Jia yang adalah murid Lu Xun. Guo Jia sejak tiba siang tadi belum istirahat. Dia membersihkan tubuh dan mengganti pakaiannya yang penuh lumpur, kemudian menghadap dua kakek gurunya itu.

Guo Jia menceritakan kejadian yang dialaminya di hutan kemarin sore. Xiahou Dun berpikir sejenak, keningnya berkerut. Dia kemudian memerintah Guo Jia memanggil enambelas murid lain yang namanya disebut satu-satu. Mereka semua adalah murid paling tangguh yang berada di perguruan saat itu.

Selang sesaat sepeninggal Guo Jia, seorang murid perempuan masuk dengan nampan berisi makanan dan beberapa kendi air minum Dua tokoh itu makan dan minum sambil membincang kekuatan lawan. "Jumlahnya sekitar limapuluh pendekar di antaranya Ma Chao, Mi Fang, Pang Tong.

Mereka semua pendekar kenamaan yang memiliki ilmu kelas satu. Pasti ini bagian dari strategi perang Kerajaan Shu.

Pertama, lumpuhkan Partai Naga Emas, setelah itu baru menyerang istana Kerajaan Wei," kata Xiahou Dun.

Tak lama kemudian tujuhbelas murid termasuk Guo Jia duduk menghadap. Ada beberapa murid yang meskipun masih muda usia namun sudah memiliki ilmu mumpuni. Di antaranya tiga murid Xiahou Dun yakni Yuan Shao murid kedua, Xun Yu murid kelima dan Jen Ting murid ketujuh. Empat murid Xiahou Dun lainnya saat itu sedang berada di istana. Lu Xun yang tertua dan sudah mewarisi semua ilmu gurunya. Jiu Shan murid ketiga, Lin Wa murid keempat dan Zsu Mei murid keenam.

Xiahou Dun menceritakan adanya bahaya yang sudah di depan mata. Musuh dengan kekuatan besar akan menyerang dan menghancurkan Partai Naga Emas.

"Keadaan ini sangat menentukan mati hidupnya Partai Naga Emas. Kita di sini akan diserang dan yang menyerang adalah pendekar berilmu tinggi yang menjadi bagian kekuatan pasukan Kerajaan Shu. Di Kerajaan Wei, saudara kalian akan berperang membela istana, dan kita tidak tahu bagaimana nasib mereka dalam perang nanti. Tetapi satu hal penting harus kalian ingat, ilmu Partai Naga Emas ini tak boleh lenyap dari muka bumi. Jika keadaan terdesak dan kita tak mungkin bertahan lebih lama, kalian harus lari, selamatkan diri masing-masing, berlatihlah dengan rajin, pelihara dan lestarikan jurus-jurus Naga Emas, aku yakin suatu hari nanti akan muncul seorang ketua baru dari angkatan muda untuk memimpin Partai Naga Emas. Camkan ini"

Selanjutnya Xiahou Dun dan Wei Hu mengatur semua muridnya untuk bersiap menanti serangan lawan. Tujuhbelas murid itu menjadi pemimpin kelompok yang bertanggungjawab di pos-pos tertentu.

Ketika semua murid sudah keluar ruangan, Wei Hu dengan wajah muram berkata kepada kakak perguruannya, "Kerajaan Shu rupanya sangat siap berperang. Aku kawatir dengan apa yang bakal terjadi. Kakak, sebaiknya kita bertarung di dekat kamar rahasia. Sebagai ketua kamu bertanggungjawab menjaga dan meneruskan ilmu kita, karenanya kamu harus selamat, begitu kita kalah, kamu harus masuk kamar rahasia, aku yakin Kakak Yu Jin dan Guan Xing akan datang, kamu harus bertahan hidup dan menunggu mereka, kamu harus berjanji padaku, Kak"

Dua tokoh itu kemudian bersemedi mengatur tenaga dalam. Keduanya terkejut karena tenaga dalam tak bisa disalurkan. Ada sesuatu dalam tubuh yang menghalangi mengalirnya tenaga batin. Semakin dilawan semakin tubuh merasa lemas. Tanpa sadar Wei Hu berkata sambil menatap kakaknya, "Ada apa dengan tenagaku?"

Sesaat Xiahou Dun sadar, ia berseru, "Kakak, jangan kerahkan tenaga, ini racun pelemas tulang, makin kita lawan makin kita keracunan."


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C3
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen