App herunterladen
72.09% Aku Bukan Istri Setia / Chapter 62: Daud Keterlaluan!

Kapitel 62: Daud Keterlaluan!

Mayang selesai mandi saat mendapati Daud tengah telentang di ranjang. Tertutup selimut.

"Kita harus tidur awal, supaya besok bisa pergi ke Uluwatu pagi-pagi. May."

Mayang tidak menanggapi. Dia bergerak menuju kopernya untuk meletakkan pakaian kotor.

"Aku yang selalu bangun pagi. Kamunya yang kayak kebo."

Daud terkekeh. Menyadari dirinya yang memang sulit untuk bangun pagi.

"Iya, habis akhir-akhir ini, aku sering mimpi indah sih."

"Mimpiin apa?"

"Kamu."

Mayang langsung melotot. Gemas dia melemparkan baju kotornya kepada Daud. Pria itu menangkapnya dan malah membauinya. Wajahnya nakal sekali.

"Dasar kamu otak buaya. Kalau kamu berniat merayuku, enggak mempan tahu enggak?"

"Ah masak?"

Mayang merebut pakaian kotornya kembali. Setelah itu, merebahkan diri di ranjang samping Daud. Indra penciuman Mayang mencium aroma maskulin Daud yang terkontaminasi dengan sabun. Segar sekali.

Tanpa berlama-lama lagi. Mayang langsung memejamkan mata. Posisinya membelakangi Daud. Dia ingin istirahat dengan tenang tanpa memandang pria itu yang bisa saja membuatnya gelisah sepanjang malam.

Benar saja, Mayang tidak bisa tidur. Berbanding terbalik dengan Daud yang sudah mendekur halus. Dasar kebo.

Mayang mengganti gaya tidurnya. Menghadap Daud. Dan suatu pemandangan tersingkap saat nyata di depan Mayang, Selimut Daud yang berserakan. Daud memang banyak tingkah kalau tidur. Maka percuma saja pakai selimut.

Namun, bukan itu yang menarik perhatian Mayang.

Pria itu ternyata hanya menggunakan celana dalam!

Nafas Mayang menderu. Pandangannya tidak bisa lepas. Perhatian lamat-lamat kepada sosok Daud yang tengkurap.

Celana dalamnya bukan celana dalam bermerek, tapi sesuatu yang tersimpan di dalamnya. Bongkahan pantat Daud yang tidak terlalu besar. Namun cukup keras dan sekal. Khas lelaki. Terlebih bulu-bulu yang memenuhi betis dan paha Daud. Betis dan Paha yang tampak bonggol berotot. Sumpah sangat mempesona sekali.

Mayang jadi gusar. Maksud Daud apa sampai tidak menggunakan apa-apa, padahal jelas di sana ada wanita. Wanita yang bisa saja bernafsu melihatnya. Dan Mayang kini merasakannya.

Harusnya Daud bisa berpakaian yang lebih sopan. Seharusnya bisa membaca situasi. Tapi, yang namanya Daud pasti susah dibilang. Mungkin dia sangat terbiasa tidur hanya menggunakan celana dalam.

Mayang berusaha bersikap masa bodoh. Intinya dia harus cepat tidur. Ingin terlelap. Tidak mau kurang tidur hanya bisa menghambat kesenangannya di Bali.

Mayang beranjak dari ranjangnya. Mematikan lampu. Lantas, menyetel alarm pukul empat pagi. Sengaja lebih awal supaya bisa membangunkan Daud yang kayak kebo itu.

Mayang pun merebahkan diri kembali. Perlahan matanya terpejam.

Mayang terbangun seperti terperanjat. Matanya nanar. Masih bingung. Dia ada di mana?

Dering alarm bergemuruh. Mayang baru sadar bahwa dia masih di homestay, daerah Kuta Bali bersama yang tersayang, Daud.

Mayang mengerjap-erjapkan matanya yang masih redup. Belum sempurna menerima pencahayaan lampu. Suasana kamar pagi itu cukup sejuk. Ya, maklum saja, AC menyala sepanjang malam.

Mata Mayang langsung mengarah ke samping di mana Daud tidur telentang. Menghadap langit-langit kamar.

Mulutnya sedikit terbuka. Mengeluarkan dengkuran yang sedikit lebih keras. Nyenyak sekali tidurnya. Kedua tangannya terangkat ke atas, memamerkan bebuluan di ketiaknya yang lebat.

Posisi Daud sangat menantang sekali di pagi buta ini. Telentang dengan kakinya yang sedikit terbuka. Pahanya yang gempal seperti pasrah.

Mayang duduk memandangnya. Memandang bongkahan dadanya yang membukit gempal. Bulu-bulu yang ada di tengahnya agak lebat. Terlihat kisut karena tertimpa tubuh Daud saat tengkurap.

Mayang mendekat. Ingin memperhatikan lebih dekat dan seksama.

Mayang terlihat menahan nafas. Sumpah pagi ini Daud saat menggairahkan sekali. Tubuhnya terekspos sempurna. Hanya celana dalam saja yang tertempel.

Dengan denyut jantung yang tidak menentu. Mayang mendekatkan wajahnya ke rerimbunan ketiaknya. menikmati baunya. Bau lelaki sejati. Agak tajam, tapi Mayang suka.

Mayang menegakkan badannya ketika Daud bergerak. Takut kalau pria itu memergokinya. Terdengar dia masih mendengur dengan suara gemeletukan gigi yang seperti beradu di dalam.

Mayang menunggu sebentar. Lantas, kembali meneruskan aksinya.

Tangan lentiknya meraba dada Daud. Dada gempal yang dipenuhi bulu jarang. Memegangnya sebentar. Merasakan denyut jantung pria itu yang tenang berbeda dengan dirinya yang menggebu.

Lantas, turun ke pusar yang sama-sama dipenuhi bulu. Inilah alasan kenapa Mayang memasang alarm lebih awal supaya bisa bebas menjamah Daud. Dari kemaren, dia sangat tergoda untuk menyentuh, tapi tidak berani langsung.

Sampai pandangan Mayang terpusat ke sesuatu yang membonggol besar. Kebanggaan milik pria tengah tegak menantang. Mayang menelan ludah. Bahkan kepalanya saya sampai menyembul dari balik celana dalamnya.

Mayang mengatur nafas. Antara nekad dan nafsu. Dia mengangkat sedikit celana dalam itu. Dan benar saja. Sesuatu yang tersembunyi itu benar-benar luar biasa. Sesuatu yang dulu pernah Mayang intip. Membayang di balik celana dalam sekarang terlihat begitu nyata. Jelas.

Mendadak Mayang merasa iri dengan Riyanti yang pernah merasakan keperkasaan Daud. Bagaimana desahan wanita itu tatkala merasakan benda milik Daud melesak masuk. Ukurannya tidak main-main. Tegak sampai ke pusar. Pasti jeblos kalau ke rahim.

Pikiran Mayang semakin kacau. Semua itu karena nafsu yang dia tahan-tahan. Mungkin enggak kalau seandainya dia minta Daud untuk melakukan affair. Semacam cinta satu malam, setelah itu hilang tidak berbekas. Tapi, bisakah seperti itu? Apa tidak melibatkan perasaan. Terlebih….

Mayang sudah merasakan jatuh hati dengana Daud.

Mayang bergerak ke wastafel untuk cuci muka. Sekali lagi rasa traumanya lebih mendominasi daripada Nafsu. Daripada dia melaukan sesuatu demi kesenangan sesaat, tapi dampaknya jangan ditanya lagi. Maka lebih baik dia menahannya. Lagi.

Setelah mencuci muka, dia mendekati Daud kembali. Membangunkannya.

Daud harus bangun untuk meneruskan jalan-jalan hari ini. Uluwatu. Sebelum akhirnya, mereka pindah ke hotel legian bintang lima di seminyak.

Kali ini, Mayang tidak menggunakan bantal. Langsung saja menggoncang-goncangkan pundaknya. Tidak ada pergerakan. Mayang berganti ke dadanya. Juga tidak ada pergerakan.

Sampai pikiran Mayang nakal mencengkeram sesuatu yang menegak. Seketika Daud seperti terkesiap.

Mata Daud agak sipit, tapi tajam khas pria medan terkejap-kejap. Matanya masih merah.

Dia memandang Mayang. Mengumpulkan segala kesadarannya. Mayang tersenyum geli karena Daud tidak menyadari bahwa Mayang membangunkan dengan cara meremas anu.

"Daud, sudah jam lima pagi ini. kita kan mau pergi ke Uluwatu pagi-pagi sekali? " Mayang bertanya pelan.

Daud menggeliat. Tangannya direntangkan kedua-duanya ke atas. Meregangkan badannya juga.

Mayang memandang takjub. Terlihat kakinya yang kuat juga diregangkan. Masih Belum sadar kalau sesuatu menegang di balik celana dalam.

Mendadak, Daud meletakkan tangannya di atas celana dalam. Mayang pura-pura tidak melihat. Mengalihkan pandangannya ke lemari, tapi ekor matanya diam-diam melirik ke ataas ranjang tempat dia masih tiduran. Pria itu terlihat merogoh celana dalamnya!


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C62
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen