App herunterladen
5.13% KORBANMU / Chapter 21: Cowok Aneh

Kapitel 21: Cowok Aneh

Merasa bosan berada di ruangan yang cukup begitu tidak terenakan membuat Eleora memberanikan diri untuk keluar.

Suster yang hendak bertugas itu pun memergokinya dan diantaranya telah meminta tolong untuk menemani.

Sekitar sepuluh hingga lima belas menit pintanya malah menjadikan Eleora akhirnya diizinkan dan dengan pendampingan suster.

Duduk di kursi roda dengan infus yang masih cukup melekat membuat ia pun berharap agar segera pulang.

"(Aku tidak berharap lebih, aku sangat berharap jika mengenai ini tak bertahan lama. Aku begitu ingin cepat balik.)"

Berhenti di taman di area rumah sakit telah membuat Eleora jauh lebih nyaman dibandingkan di ruangan rawat.

Sedikit terpintas mengenai mama Merry sejatinya telah menjadikan ia bingung.

Dia yang menjadi anak semata wayang orang tuanya tentu tidak bisa memilih satu diantara keduanya.

'Clunting'

Grace : El, kamu enggak masuk? Kamu dirawat di mana?

Eleora : Iya aku enggak masuk, aku di Rumah Sakit Umum Cengko

Grace : Astaga, itu kan jauh dari tempatmu. Bagaimana bisa kamu ada di sana, terus kamu dijaga siapa?

Eleora : Panjang ceritanya, tetapi kamu tenang saja aku ada ART dari papaku kok. Sudah kamu enggak usah khawatir

Grace : Nanti sepulang sekolah aku akan ke sana, kamu mau aku bawakan apa?

Eleora : Enggak usah, Grace. Aku sama sekali tidak ingin merepotkanmu

Pesan sudah tidak terbalaskan telah membuat Eleora memilih untuk mencari ketenangan lain.

Dua puluh hingga tiga puluh menit telah berlalu, dia yang berada di taman dekat rumah sakit pun diminta segera kembali.

Diantar sekaligus kembali beristirahat malah melihat ada setangkai bunga mawar di atas bantal.

"Pacarnya mbak perhatian banget, jarang-jarang loh ada cowok yang mau memberikan suprise. Ya sekecil apapun itu."

"Apaan sih, suster? Saya itu sama sekali belum punya pacar."

"Sudah enggak usah malu-malu mbak. Saya tahu betul gimana rasanya orang malu-malu tapi mau."

Hsal itu telah membuat Eleora benar-benar semakin malu, sejenak pemikiran memikirkan yang ada malah seketika hendak kembali ke ranjang rumah sakit ada yang menutup matanya.

"Siapa ya? Tolong dong saya takut gelap."

Tangan untuk menutup mata itu justru kian kuat dan bahkan hampir membuat Eleora teriak.

"Kalau kamu tidak melepaskan dekapan ini aku bakalan teriak."

"Iya, iya. Maaf. Jangan teriak."

Penutup mata telah dibuka tetapi siapa sangka jika yang melakukan adalah papa Argadana.

Papanya sudah tahu bahwa mengenai anaknya dirawat di rumah sakit tersebut.

Dengan melalui cerita apa yang ada papanya telah mengetahui dari ART.

"Sebenarnya kamu sakit apa sih, kenapa bisa sampai di rumah sakit sejauh ini dan siapa yang mengantar?"

"Udah enggak papa sakit biasa aja, ya aku mau ngerjain tugas di rumah teman aku dan di tengah jalan pusing lalu pingsan. Ya jelas dibantu sopir taxinya."

"Bagus deh jika gitu, tapi awas saja kalau kamu ketahuan dengan laki-laki."

"Emangnya kenapa sih, pa? Terus juga kenapa papa berikan aku setangkai mawar?"

Tidak menjawab pertanyaan itu malah menjadikan papanya pergi meninggalkan kamar dengan posisi menerima telepon.

Dengan sedikit dimengerti oleh Eleora hanya papanya yang lebih peka daripada mama Merry.

Sejenak keluar menerima telepon telah membuat papa Argadana pun memberitahu.

"Papa mau keluar kota, ya belum tahu sampai kapan ada proyek besar di sana. Papa sudah sewain kamu ART dan juga sudah transfer kamu sepuluh juta lagi, ya misalkan jika kamu butuh apa-apa nanti bilang saja sama papa."

Terdiam beberapa waktu hingga mengangguk dua kali membuat papa Argadana akhirnya pergi lagi.

Kesibukan maupun juga dengan apa yang terjadi di depan matanya cukup begitu mengecewakan.

Gadis yang sudah terbiasa lepas dari pengawasan orang tua, tetapi terus dianggapkan masih kecil.

Saat sendirian membuat Eleora mencoba untuk menghubungi mama Merry.

"Halo, mama. Mama di mana? Ma, ini aku ada rumah sakit. Mama ke sini ya, sebentar saja? Maafkan aku yang langsung pergi gitu aja, ya sudah aku cuman kasih tahu itu nanti aku kirim alamat rumah sakit mana."

Tak ada sebuah jawaban hanya menerima telepon sudah berakhir membuat Eleora percaya jika mama Merry akan datang.

Eleora sudah mengirimkan pesan mengenai alamat rumah sakit, akan tetapi tidak berlangsung lama laki-laki kemarin datang lagi.

"Halo, gimana keadaan kamu sekarang? Dengar-dengar dari pihak rumah sakit kamu melakukan tes laboratorium, tapi harus orang tua ya? Gimana, orang tua kamu?"

"Hey, saya sudah menghubungi orang tua saya dan kurang lebih setengah sampai satu jam akan datang."

"Bagus deh, kamu sudah makan? Aku bawakan makanan ya memang sih sederhana."

"Permisi, ini nasi padangnya sudah datang."

Cukup kebetulan bi Atun telah selesai memasak dan segera datang.

Dia yang membawa makanan menuju ke rumah sakit telah mengantarkan makan bersama.

"Non, bibi jadi diminta untuk mengambil hasilnya?"

"Enggak jadi, bi. Ya nanti mama yang bakalan ambil. Sekarang kita fokus makan dulu saja."

"Oh begitu, ya sudah silakan-silakan. Bibi sudah makan tadi sama bubur, tapi kalau boleh tahu ini mas siapa ya?"

Baru juga laki-laki itu datang dan diberi masakkan nasi padang malah yang ada buru-buru untuk pergi.

Eleora bingung sebenarnya siapa orang itu. "(Oh iya ya? Aku lupa berkenalan dengan dia, mana aku juga belum mengucapkan terima kasih lagi. Ngomong-ngomong kok dia buru-buru langsung pergi saat bibi tanya nama?)"

Bi Atun hendak berdiri dan mengejar namun yang ada tangannya seketika dihentikan oleh Eleora.

"Kok temannya buru-buru pergi, biar bibi kejar ya non?"

"Udah enggak usah, bi. Ya mungkin dia ada kepentingan mendadak, sekarang tugas bibi ambil hasilnya ya?"

"Loh katanya mau diambil nyonya Merry?"

"Sudah enggak papa, nanti hasilnya kasih ke aku dan jangan dibuka dulu ya?"

"Baik, non."

Masih melanjutkan makan makanan nasi padang ya pembantu rumah tangganya buat dia terus saja kepikiran akan hasil maupun laki-laki itu sendiri.

Merasa untuk segera membagi waktu akhirnya Eleora memutuskan meminta pembantu rumah tangga segera mengambil hasil.

Dia yang mengecek pesan dikirimkan ke arah mama Merry telah dibaca, akan tetapi lagi-lagi tak ada balasan.

Pikirannya tidak tenang dan malah semakin kecewa dengan mama Merry.

"Aku sama sekali tidak tahu terbuat dari apa hati mama, mama sudah mengecewakan aku dua kali dan sekarang dibuat kecewa lagi."

'Tok, tok,tok.'

Terdengar suara ketukkan pintu langsung membuat Eleora seketika menghapus air mata.

"Maaf jika aku lancang langsung pergi begitu saja, tapi makasih banget ya kamu sudah bagi nasi padangnya. Sekarang aku permisi dulu, salam ya buat pembantu kamu dan jangan lupa bilang makasih."

"Iya, tunggu. Nama kamu siapa? Hey, siapa kamu? Aduh ini cowok aneh banget ya?"


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C21
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen