App herunterladen
4.4% KORBANMU / Chapter 18: Siapa Dia? 2

Kapitel 18: Siapa Dia? 2

Rasa sakit itu begitu dalam bahkan masih diambilkan sangat sulit memaafkan mama Merry.

Sejenak mimisan telah berhenti membuatnya langsung berbaring dengan mendekap erat bingkai.

Bi Atun yang mengetuk pintu dan dipersilakan masuk telah melihat Eleora sedang menangis.

"Bi, tolong ambilkan selimut di dalam lemari itu."

"Baik, non. Non mau segera tidur?"

"Sebentar lagi, aku mau tanya sama bibi."

Dia pun bertanya mengenai kemana papa Argadana pergi, tetapi dilihat oleh Eleora ada sesuatu yang tersembunyi.

Pertanyaan telah berakhir dengan beberapa saja, ia pun meminta bi Atun meninggalkan kamar dan memilih untuk istirahat.

Pukul setengah empat sore dimana Eleora pun telah terbangun dari tidur siangnya.

Meraih ponsel dan mengecek telah menjadikan Eleora tidak melihat pemberitahuan atas nama orang tuanya.

Untuk lebih memastikan jika pesannya terbalas dia pun memilih mengecek.

"Astaga, pesan sudah dibaca tetapi mereka sama sekali tidak ada niatan untuk membalasnya."

Ponsel pun dilempar ke bantal dan ia telah memejamkan mata sejenak.

'Clunting'

Berdering ponselnya dengan penuh pengharapan itu adalah orang tuanya ternyata salah.

Kak Gerry : Selamat sore gadis cantik

Kak Gerry : Lah kok dibaca doang, gimana keadaan kamu?

Eleora : Sore, kak Gerry

Eleora : Maaf tadi kepencet dan mau balas tiba saja jatuh

Kak Gerry : Oh begitu

Kak Gerry : Masih sakit kah? Kalau sudah mendingan kita ketemu yuk, ya ada sesuatu ini buatmu

Eleora : Iya udah baikkan, sesuatu apa ini kak?

Kak Gerry : Ada deh, jam empat sore kita ketemu di Taman Flamingo

Eleora : Tapi aku tidak bisa tepat waktu, kak

Eleora : Kak

Eleora : Kak Gerry

Eleora : Kak Gerry

Sejatinya gadis polos itu cukup gugup jika bertemu dengan Gerry.

Semenjak Gerry menyatakan cintanya telah menjadikan gugup setengah mati.

Enggan berkata jujur kepada laki-laki itu telah dipilihkan untuk segera bersiap saja.

Bersiap untuk mandi terlebih dahulu malah membuat dia terkejut.

Tangannya telah membiru dan beberapa yang ada tubuhnya pun sama.

"Kenapa ini malah lebam begini? Enggak, aku enggak mau orang lain tahu akan ini. Lebih baik aku sekarang mengenakan lengan panjang."

Usai mandi Eleora menemui bi Atun yang sedang bersih-bersih di belakang rumah.

Menghendaki akan hal ini Eleora telah berusaha berpakaian santai.

"Aku berharap jika mengenai keluar sekarang bisa sedikit mengurangi rasa kepikiran ini."

Perlahan semua sudah selesai ia lakukan dan seperti biasanya Eleora berpamit terlebih dahulu.

Perkara ini tiba saja membuat Eleora terjatuh. Bi Atun yang dengan sigap langsung menolong.

Enggan terlihat lemah Eleora telah berusaha bangkit berdiri.

"Non, non Eleora itu masih sakit. Ya lebih baik istirahat saja di rumah."

"Aku sudah enggak apa kok, bi. Tadi cuman kesrimpet sama tali sepatu aja."

"Tapi, non? Emangnya non Eleora mau ke mana?"

"Aku mau keluar sebentar, ya kalau ada yang mencari bilang saja ke rumah Grace ya?"

"Tapi beneran non Eleora sudah gak papa?"

"Iya, bi. Sudah dulu ya? Ini nomerku, kalau ada apa-apa hubungi aku."

"Baik, non Eleora. Hati-hati."

Meninggalkan rumah dengan melihat sosok pria dari kejauhan kembali merasa tak asing.

Dalam pekara ingin pergi meninggalkan rumah dia mencoba putar balik.

"Loh kok masuk lagi, non?"

"Ada yang ketinggalan, he he he."

"Astaga. Non Eleora, belum tua saja sudah pikun begini. Gimana nanti tuanya?"

Merasa tidak ada yang beres telah dipilihkan melewati pintu belakang.

Eleora dengan bergegas pergi melalui jalur belakang telah berhasil dan ia pun memesan taxi.

'Clunting.'

Kak Gerry : Halo, peri cantik. Gimana sudah siap belum?

Kak Gerry : Oh ya aku ada di bangku dekat tulisan Taman Flamingo, yak? Jangan lupa

Eleora : Aku sudah jalan, kak. Sabar ya

Eleora : Siap, kak. Tunggu aku

Taxi yang ditumpangi Eleora tiba saja berhenti mendadak ketika ada seorang menghadang.

Eleora tak mengerti akan siapa orang itu.

'Dokk, dokk, dokk.'

"Keluar, keluar kamu! Keluar!"

Orang itu terus menerus mengetok pintu mobil cukup keras dan tentu meminta sopir taxi keluar.

Perasannya sangat kacau dan bahkan berusaha untuk meminta tolong kepada Gerry.

Usaha telah sia-sia dan orang itu pun masuk ke dalam lalu membawa taxi yang dinaiki olehnya.

"Mau ke mana? Diam di situ!" Bentak orang itu.

Taxi telah berjalan tanpa diketahui oleh Eleora akan ke mana arah tujuannya.

Di dalam mobil taxi dia terus menerus menghubungi Gerry namun telepon justru terjatuh.

Perasaan telah tercampur aduk dan bahkan juga diantaranya panik menyelinap begitu saja.

"(Aduh, ini siapa sih orang? Jujur aku mau di bawa ke mana lagi? Aku sangat takut, panik.)"

Menghadapi ini tentu dia semakin bingung ketika hendak menghubungi jaringan telah hilang,

"Jangan telepon polisi, jika kamu melakukannya habis kamu!"

"Sebenarnya anda siapa sih dan mau apa? Jika anda menginginkan uang saya akan saya berikan semuanya, tapi tolong jangan apa-apakan saya."

"Diam! Aku sama sekali tidak meminta kamu banyak bicara, sekarang kamu harus ikut dengan aku!"

Kepalanya cukup pusing bahkan juga diantara lain tulang belakangnya sangat sakit.

Menahan rasa sakit yang ada malah menjadikan Eleora tak sanggup dan memilih untuk berbaring.

Niat hatinya beristirahat tetapi yang ada dia telah dilempar sapu tangan.

"Eh kamu, siapa suruh kamu tiduran? Sekarang bangun kamu!"

"Tapi, aku mohon sekali ini saja aku ingin rebahan sebentar. Aku mohon."

"Tidak, sekali tidak ya tetap tidak!"

Eleora berusaha untuk duduk kembali namun yang ada ia justru tiba-tiba saja ambruk.

"Sudahlah, kamu itu enggak usah pakai acara drama pura-pura sakit segala. Sekarang bangun dan duduk yang benar.

Apa yang dikatakan oleh orang itu telah membuat Eleora semakin lemah, akan tetapi dikarenakan cukup takut mau tak mau dia berusaha mengikuti.

Sebentar saja melakukan apa yang dilakukan dengan cukup tak percaya diri namun penuh usaha malah menjadi berbeda.

"(Tunggu, kenapa dengan melakukan begitu malah menjadikan aku berbeda ya? Apa iya? Ah enggak mungkin.)"

Taxi itu pun berhenti di sebuah gudang yang dirasa cukup tua.

"Sekarang kamu keluar dan jangan berusaha kabur dariku!"

"Sebenarnya saya mau diapakan sih?"

"Aku tidak meminta kamu untuk banyak bertanya maupun banyak berbicara, sekarang kamu berjalan dan jangan merepotkanku."

Berjalan menuju ke dalam gudang telah diikuti begitu saja oleh Eleora, akan tetapi entah dari mana asal suara itu telah seketika menghentikan mereka berdua,

"BERHENTI! Jika kalian melangkah maju lagi semua akan dibuatkan menyesal."

"(Ya ampun, siapa lagi sih ini orang? Aku benar-benar sangat ketakutan sekarang ini, aku mau teriak sebenarnya tapi... kalau aku menekad semuanya bisa saja menjadi sangat lebih parah.)"


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C18
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen