Kapitel 176: Kok Bisa?

"Pak, pesan mie ayam baksonya satu!"

"Sama es kelapanya satu ya, Pak."

Penjual bakso itu mengacungkan jempolnya ke arah Reva. Hari memang masih pagi, tetapi tukang bskso di dekat rumah sakit sudah sangat menggoda keimanan Reva. Semalaman Reva tidur di rumah sakit, sedangkan Ibu dan para sepupu-nya pulang.

Untuk hal ini Reva tidak keberatan, toh dia tetap bisa tidur. Ya walaupun tubuhnya sedikit encok. Beragam penjual makanan banyak, termasuk bubur. Tetapi untuk bubur, rasanya Reva sudah muak karena selama di rumah sakit dia makan itu tanpa henti.

Sambil menunggu, Reva memilih menelungkapkan wajahnya. Sendok garpu yang sudah dia pegang, kini jadi bahan mainan kegabutannya. Entahlah, selama di sini, Reva lebih banyak gabut daripada produktif. Padahal Ayu sudah ratusan kali bilang, agar Reva mencari kampus. Ah, ya! Saking gabutnya Reva, dia pernah ngekorin Ibnu sampai kampus.