Baru saja dirinya kembali ke alam sadar, Reva seketika tersentak kaget saat mendapati sepuluh panggilan tidak terjawab dari Sean. Hanya dari Sean yang banyak, sedangkan teman-temannya hanya dua.
Ya Tuhan.
Kenapa bisa begini?
Sejak tadi pria itu selalu Reva tunggu, tetapi saat dia menelepon, tidak terangkat. Saking kesalnya, Reva sampai memukul bantal dan guling yang berada di sisi kanannya. Kedua matanya kembali memejam, tubuhnya terus berguling ke kanan dan kiri.
Demi apapun Reva selalu uring-uringan kalau sudah membahas Sean. Saking asiknya berguling, Reva sampai tidak memperhatikan sekitarnya.
'BRUGH!'
"Ah! Aduh, sakit!"
"Yaampun, Reva, kamu itu kenapa sih?" Mendengar keributan dari dalam kamar anaknya membuat Ayu terburu-buru masuk. Saking paniknya, dia sampai membawa panci di tangan.
Reva meringis, dia merutuki kebodohan yang baru saja diperbuat. Memalukan!
"Reva?"
"Sakit, Bu, aduh!" Tangan Reva terulur mengusap punggungnya.