App herunterladen
17.85% Edgar's Prisoner / Chapter 15: Little Girlfriend

Kapitel 15: Little Girlfriend

Edgar yang tidak mendengar suara Hanna lagi memanggil Hanna berkali-kali.

"Hanna, kamu masih di sana?" tanya Edgar.

"Iya aku di sini. Kenapa orang itu sudah tidak ada?" tanya Hanna.

"Aku sudah bilang ke kamu tidak mungkin mereka berlama-lama di sana. Sudahlah, kamu ini terlalu polos dan tidak mengetahui sebenarnya orang-orang itu menginginkan apa dari kamu," jawab Edgar.

Hanna menganggukkan kepalanya. Dia tahu dia terkadang terlalu peduli kepada orang lain, tapi orang lain tidak memedulikan dia.

"Iya kamu benar. Kadang aku bisa terlalu baik pada orang," balas Hanna.

"Ya sudah sekarang lebih baik kamu istirahat. Lupakan yang terjadi tadi, tidak perlu dipikirkan," kata Edgar.

"Iya terima kasih, Sayang. Oh iya, kamu lagi apa dan sudah makan?" tanya Hanna lembut.

"Hanna, aku khawatir sama kamu. Aku sudah makan, tapi aku tidak nafsu kalau aku belum tahu bagaimana kabar kamu," jawab Edgar.

"Maaf aku sudah membuat kamu khawatir, Sayang," kata Hanna.

"Tidak apa-apa. Aku yakin perlahan kamu bisa mengerti orang seperti apa di sekitar kamu, jadi tolong jangan terlalu baik sama seseorang," balas Edgar.

"Iya Sayang," kata Hanna.

Edgar melihat panggilan itu sudah terputus melangkah ke ruang bawah tanah yang ada di perusahaannya bersama Gustav. Saat sudah sampai di sana, dia tersenyum menatap pria yang berhasil ditangkap oleh suruhannya.

"Siram dia dengan air es batu itu sampai bangun," perintah Edgar.

Byur

Semua orang suruhan Edgar langsung menyiram pria itu. Gustav tahu Edgar tidak akan main-main dengan orang yang akan merusak urusan Edgar saat ini.

"Welcome, back Victor," kata Edgar.

Victor terbatuk-batuk sambil berusaha menggerakkan tangannya agar terlepas. Tangan dia digantung di langit-langit dengan menggunakan rantai.

"Saya tidak ada urusan dengan kamu lagi. Saya bukan anak buahmu," kata Victor.

"Hahaha, berani sekali kamu berkata seperti itu," balas Edgar.

Semua orang yang di sana seketika bergidik ngeri mendengar tuannya yang tertawa menyeramkan saat ini. 

"Jauhi gadis itu. Dia bukan mainan yang cocok untuk Tuan. Dia gadis yang baik, Tuan Edgar, jangan ganggu," kata Victor.

"Saya tidak mempermainkannya. Saya selalu menjaga dan membuat dia senang bersama. Dia sekarang kekasih saya dan apa yang saya lakukan itu demi kebaikannya," balas Edgar.

"Tuan Edgar, saya sudah tahu apa yang Tuan lakukan pada para gadis di luar sana," kata Victor.

Bugh bugh

Victor dipukul lagi oleh salah satu pengawal Edgar.

"Victor, apa kamu tahu sedang berbicara dengan siapa saat ini, hmm?" tanya Edgar.

"Anda bukan siapa-siapa untuk saya lagi," jawab Victor.

Edgar berdecak. Dia mendekati Victor lalu mencengkram dagunya.

"Kamu akan lihat bagaimana saya menghancurkan hidupmu beserta keluargamu," kata Edgar dengan senyum miringnya. 

"Tuan, apakah kita akan menahan dia di sini?" tanya Gustav.

"Iya tahan di sini saja dan beritahu dia apa yang akan kita lakukan pada keluarganya," jawab Edgar.

"Jangan sentuh keluarga saya. Tolong lepaskan saya!" teriak Victor.

Edgar bersama Gustav dan beberapa pengawal meninggalkan tempat itu, membiarkan Victor dijaga oleh beberapa pengawal di sana yang akan menyiksanya.

"Parasit itu harus segera disingkirkan dan tutup mulut keluarganya," kata Edgar.

"Baik, Tuan," balas Gustav. 

Edgar balik ke ruangannya. Dia melihat laptopnya tersenyum saat menatap layar laptop yang menampilkan Hanna sedang apa saat ini. Dia memasang kamera kecil di apartemen keluarga Hanna. Bagaimana caranya, tentu Edgar memiliki banyak koneksi.

"Hanna, kamu cantik sekali. Aku jadi tidak sabar memiliki kekasih kecilku ini secepatnya," kata Edgar.

***

Di apartemen keluarga Silvan, Hanna uang berada di dalam kamar tengah mendengarkan musik sambil melihat-lihat media sosialnya. Dia menatap foto dia bersama Edgar di galeri ponselnya terdiam menghelakan napas kasar.

"Aku pengen share foto-foto ini, tapi Edgar tidak mengizinkan. Katanya demi menjaga privasi kita," gunam Hanna.

Tring tring tring 

Hanna tersentak saat mendengar ponselnya berbunyi.

"Hmm. Hallo, ada apa?" tanya Hanna.

"Hanna, aku ada acara nih. Kita kumpul bareng teman-teman kita yuk," jawab Adel.

"Acara reuni?" tanya Hanna.

"Enggak. Memang kamu tidak mau keluar?" tanya Adel.

"Mau, tapi ini sudah mau menjelang malam. Besok kita kan kerja," jawab Hanna.

"Yaelah, kamu sudah kayak anak remaja aja, tidak boleh keluar," kata Adel.

"Oke. Kita mau ke mana sih?" tanya Hanna.

"Ya sudah ikut aja dulu," jawab Adel.

"Oke, aku ikut," kata Hanna. 

"Baiklah. Kalau mau ajak kekasihmu, boleh juga," balas Adel.

"Hmm, iya nanti aku pikirkan," kata Hanna.

"Oke, kita nanti malam akan bersenang-senang," balas Adel.

"Iya, aku izin dulu sama kedua orang tuaku," kata Hanna. 

"Oke," balas Adel.

Hanna memutuskan panggilan itu lalu melihat-lihat lagi galeri ponselnya.

***

Di kamar lain, Elsa dan suaminya tengah berbicara hal yang serius.

"Suamiku, kamu seperti memikirkan sesuatu," kata Elsa.

"Iya, Sayang. Aku khawatir dengan putri kita. Kamu tahu kan putri kita itu hobi sekali menyendiri dan terbuka. Aku takut dia dibohongi orang lain," balas Louis.

"Suamiku, putri kita sudah dewasa masa iya kamu mau membiarkan dia tidak berteman. Aku sangat yakin Hanna bisa memilih mana yang terbaik untuk dia," kata Elsa.

"Iya aku tahu, tapi aku tidak ingin ada pria jahat yang melukai perasaan putriku. Kalau itu sampai terjadi, aku akan membuat pria itu menyesal," balas Louis.

"Aduh, suamiku posesif sekali. Tidak sama istrinya, sama anaknya," kata Elsa.

"Pokoknya aku tidak mau keluargaku terluka," balas Louis.

"Iya, Sayang. Aku juga akan bilang sama anak-anak kita kalau dekat sama siapa pun harus lebih terbuka sama kita," kata Elsa.

"Iya. Aku ingin keluarga kita bahagia terus, balas Louis membelai lembut puncak kepala Elsa. 

Mereka memejamkan mata perlahan,karena sudah lelah seharian.

***

Malam sudah semakin larut, Hanna yang sudah selesai berdandan dengan dress simple berwarna merah maroon memakai bedak tipis lalu membawa tas selempangnya. Dia melihat pesan dari Edgar yang mengucapkan selamat tidur membalas pesan Edgar dulu. Dia tidak bilang pada Edgar kalau dia pergi bersama teman-temannya.

"Kak Hanna mau pergi ke mana?" tanya Niko yang sedang duduk di sofa sambil menonton.

"Loh, kamu belum tidur?" tanya Hanna.

"Lagi seru nonton bola," jawab Niko sambil memakan kacang di mangkok.

"Oke. Selamat menonton, aku mau pergi sama Adel rekan kerja aku di kafe. Kamu pernah lihat dia kok," kata Hanna.

"Oke hati-hati, Kak Hanna. Jangan terlalu larut pulangnya, nanti papa dan mama bisa marah terus tidak diizinkan pergi lagi," balas Niko.

"Mereka sedang tidur, aku tidak enak mengganggu mereka karena mereka kelihatan lelah," kata Hanna.

"Ya sudah kalau begitu, nanti aku yang sampaikan kalau mama dan papa bangun. Pokoknya jangan pulang terlalu malam ya, Kak," balas Niko.

"Iya. Aku pergi dulu," kata Hanna.

Hanna menghampiri adiknya lalu mengecup pipi Niko.

"Sudah deh, Kak, aku bukan anak kecil. Kakak ini benar-benar tidak kenal takut ya pergi sama orang lain terus," kata Niko.

"Dih, anak kecil tidak jelas tiba-tiba marah," balas Hanna.

Hanna melangkah pergi dari gedung apartemen. 


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C15
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen