Kali ini, perjalanan mereka berlanjut ke hutan ilusi lapis lima. Waktu yang mereka tempuh dalam perjalanan itu kurang lebih tujuh hari. Pintu masuk hutan lapis lima masih terlihat sama seperti hutan lapis empat. Namun, kalau lebih diperhatikan lagi pintu masuk itu terbuat dari batu-batu padas berwarna hitam, batu itu banyak lumut yang tumbuh permukaan batu. Hutan itu banyak gua-gua yang terlihat sangat menyeramkan.
Dari pintu-pintu gua, keluar asap hijau, entah sumbernya dari mana asap itu, yang jelas asap itu menambah suasana angker dan mistis di hutan ilusi lapis lima. Sama halnya dengan hutan sebelumnya, hutan itu juga penuh dengan ilusi, lalu kira-kira jenis siluman apa yang menghuni hutan lapis lima?.
"Wah kita disesatkan lagi Dinda," kata Kiai Wungu.
"Iya, biasa Kanda ini hutan ilusi, sebelum penghuninya kita bunuh, kita akan di buat seperti ini," kata Nyai Wungu.
Cit!
Cit!
Cit!
Dari dalam gua itu terdengar suara kelelawar, ribuan kelelawar kecil juga keluar beterbangan dari lubang gua itu. Tetapi tiba-tiba beberapa kelelawar raksasa keluar dari lubang gua itu, kelelawar raksasa itu memiliki tinggi tiga meter dengan bentang sayap kira-kira lima meter. Siluman itu juga mempunyai taring yang berpotensi bisa menghisab darah hewan maupun manusia, serta di tangannya juga memiliki cakar.
"Hai...! Para manusia, kembalilah ke tempat kalian, kalau tidak kalian akan menjadi santapan kami," kata salah satu siluman kelelawar.
"Tidak...! Kami ingin bertemu junjunganmu dan ingin membunuhnya, agar kegelapan ini sirna," kata Nyai Wungu.
"Kurang ajar...! Serang...!" kata salah satu siluman kelelawar.
Weer!
Sreeek!
Weer!
Sreeek!
Weer!
Sreeek!
Ketiga pendekar itu di serang oleh siluman kelelawar raksasa, mereka menyarang dengan terbang dan melancarkan cakarannya. Dengan sigap ketiga pendekar itu menghindar dan melakukan perlawanan. Mereka menggunakan senjata andalannya masing-masing.
Hiyat!
Sreet!
Bught!
Pangeran arya diserang di daerah tanah, karena Pangeran tidak mempunyai ilmu terbang, sedangkan dua pendekar sutera ungu itu di serang di udara, karena pendekar ungu mempunyai kekuatan terbang.
Wur!
Srek!
Salah satu siluman turun menghampiri Pangeran Arya lalu mencakarnya. Dengan gesit pangeran menghindar lalu menusuk perut siluman itu dengan pedangnya. Beberapa Siluman Kelelawar telah tumbang di tangan Pangeran Arya.
Hiyat!
Sleep!
"Ah...!" erang siluman Kelelawar.
Sementara Nyai Wungu mengandalkan selendangnya untuk menyerang lalu membantingnya. Dia juga menggunakan pedangnya untuk melumpuhkan para siluman itu. Beberapa Siluman Kelelawar telah tumbang di tangan Nyai Wungu.
Hiyat!
Sreet!
Bugh!
"Ah...!" erang siluman Kelelawar.
Hiyat!
Sleep!
"Ah...!" erang siluman Kelelawar karena serangan pedang.
Sementara Kiai Wungu mengandalkan selendangnya untuk menyerang lalu membantingnya. Dia juga menggunakan gadanya untuk melumpuhkan para siluman itu. Beberapa Siluman Kelelawar telah tumbang di tangan Kyai Wungu.
Hiyat!
Sreet!
Bught!
"Ah...!" erang siluman Kelelawar.
Hiyat!
Bruok!
"Ah...!" erang siluman Kelelawar karena serangan gada.
Para siluman itu habis di tangan tiga pendekar.
"Romo, mungkin ini baru prajuritnya, aku yakin ini masih ada pemimpinnya yang lebih sakti," ucap Pangeran Arya.
"Iya Raden, ini baru permulaan," Kata Kiai Wungu.
Wush!
Wush!
Wush!
Tiba-tiba dari gua keluar sosok siluman yang lebih besar, Tingginya empat meter bentang sayapnya tujuh meter, di kepalanya ada mahkota yang melingkar, dan di mahkota itu terdapat mestika berwarna jingga. Sorot merah di matanya terpancar, menambah aura seram pada siluman itu.
"Hai para manusia, kalian sudah membunuh pasukanku, kalian sudah membuatku marah!, rasakan ini," kata Raja Kelelawar.
Wush!
Wush!
Wush!
Krak!
Krak!
Krak!
Raja kelelawar itu terbang dan menyerang Pendekar sutra ungu dari udara, terkadang turun ke tanah untuk menyerang Pangeran Arya. Tetapi mereka menghindari serangan itu lalu menyerangnya dengan senjata mereka.
Hiyat!
Bugh!
Hiyat!
Sleep!
Nyai Wungu menggunakan pedangnya untuk menebasnya, sementara Kiai Wungu menggunakan gada untuk menyerangnya. Tetapi apa yang terjadi? Walaupun terluka, luka itu bisa sembuh kembali.
Wush!
Wush!
Wush!
Krak!
Raja kelelawar itu terbang ke bawah, lalu melancarkan cakarannya ke Pangeran Arya. Serangan itu hampir mengenai perutnya. Tiba-tiba selendang Nyai Wungu menjerat Pangeran Arya dan menariknya ke atas dahan pohon.
"Terima kasih bunda, Bunda apa yang membuat Raja kelelawar itu kebal? Serangan kita tak mampu melumpuhkannya," kata Pangeran Arya.
"Tidak tahu Raden, sepertinya Romomu harus bermeditasi sebentar untuk mengetahui kelemahan dari Raja kelelawar itu, dia benar-benar tangguh," kata Nyai Wungu.
"Aku akan bermeditasi, alihkan perhatian siluman itu dinda supaya tidak menyerangku ketika aku bermeditasi, aku akan bersembunyi di dahan pohon," kata Kiai Wungu.
"Iya Kanda, Raden jika serangan kita tak mampu menembusnya, kita lari saja untuk menghindar, aku akan membawamu terbang. Kita tunggu jawaban Romomu," kata Nyai Wungu
"Iya bunda, ayo kita lakukan," kata Pangeran Arya.
"Hai...! Sembunyi di mana pendekar yang satunya, biar kubunuh sekalian," kata Raja Kelelawar.
Wush!
Wush!
Wush!
Raja kelelawar itu melibaskan sayapnya dan tepat mengenai Nyai Wungu dan Pangeran Arya. Mereka berdua terpental jatuh ke semak-semak.
"Ah...!" erang Nyai Wungu dan anak angkatnya.
"Bunda tidak apa-apa?" kata Pangeran Arya.
"Tidak Raden, Awas Siluman itu terbang ke arah kita," kata Nyai Wungu.
Wush!
Wush!
Wush!
Siluman itu terbang ke arah mereka.
Sreet!
Bught!
Sreet!
Jlep!
Selendang ungu milik Nyai Wungu di luncurkan, menjerat perut siluman itu dan membantingnya ke tanah. Sementara Pangeran Arya mengeluarkan anak panah untuk menyerangnya, tapi lagi-lagi serangan itu tidak mempan, tubuhnya yang luka bisa kembali pulih seperti sedia kala. Tapi setidaknya serangan mereka bisa mengalihkan perhatiannya.
"Ha...ha...ha...! Serangan kalian tak mampu melumpuhkanku," kata Raja Kelelawar itu.
Kemudian Kyai Wungu sudah selesai dari meditasinya. Ternyata meditasinya dengan bertanya pada gurunya di pedepokan, gurunya adalah Kyai Benggolo. Dia sudah tahu kelemahan Raja Kelelawar itu.
"Dinda, terbanglah kesini, ajak terbang Raden juga," kata Kiai Wungu.
"Iya kanda," kata Nyai Wungu.
Wush!
Nyai wungu terbang mendekati suaminya sambil membawa anak angkatnya.
"Dinda, aku sudah tahu kelemahan dari Raja Kelelawar itu. Baru saja aku bermeditasi dengan guru kita. Dia menggunakan asap hijau untuk kekebalan, harusnya kita padamkan dulu asapnya, asapnya terletak di gua itu," kata Kiai Wungu.
"Oh begitu, sebaiknya kita atur strategi, Raden yang harus pergi ke gua untuk memadamkan asap itu, dan lebih baik kita menukar pedang kita untuk sementara Raden, karena pedangmu sudah ada mestika dari hutan sebelumnya," kata Nyai Wungu.
"Iya bunda, aku akan memadamkan asap hijau itu ke gua, tetapi ada satu mestika yang belum aku masukkan ke pedang, yaitu mestika Raja kelabang," kata Pangeran Arya.
"Tidak apa Raden, Biar nanti kumasukkan sendiri mestika Kelabang itu, mana pedangmu dan mestika itu, sekarang kamu kuturunkan dan cari sumber asap itu di gua kelelawar," kata Nyai Wungu.
"Ini bunda," kata Pangeran Arya.
Sreet!
Selendang Nyai Wungu menjerat perut Pangeran Arya dan menurunkannya dari dahan pohon, kemudian Pangeran berlari ke semak-semak, dan diam-diam masuk ke gua untuk memadamkan asap hijau itu. Ketika Pangeran masuk gua kelelawar, Raja kelelawar tak menyadari hal itu. Ketika di dalam gua , Pangeran menemukan sumber asap itu, ternyata dari jerami yang di bakar kemudian ada bubuk berwarna hijau yang membuat asap itu berwarna hijau. Pangeran mengobrak-abrik sumber asap itu, dan sekarang asapnya sudah mati.
"Oh jadi ini sumber kekuatan Raja kelelawar itu. Akan aku hancurkan," gumam Pangeran Arya.
Dor!
Dor!
Dor!
Setelah itu Pangeran keluar dari gua dan membantu orang tua angkatnya melawan Raja Kelelawar. Pangeran menunjukkan kode jempol terhadap orang tua angkatnya, pertanda pekerjaannya sudah beres. Kini asap hijau sudah tak muncul lagi.
"Siapa yang sudah memadamkan asap hijau itu!, ternyata engkau manusia," kata Raja Kelelawar sambil menunjuk Pangeran Arya.
"Ha...ha...ha...! Memangnya kenapa Raja? Kau takut sekali," jawab Pangeran Arya.
Wush!
Wush!
Wush!
Raja Kelelawar itu lari ke gua , dia akan melihat gua yang di hancurkan Pangeran Arya. Tetapi selendang Kyai Wungu menjeratnya dan membantingnya ke tanah. Kali ini Raja kelelawar itu benar-benar kesakitan, tapi masih melakukan perlawanan.
Sreet!
Bugh!
Hiyat!
Brugh!
Setelah terbanting, Pangeran berlari menuju Raja kelabang itu dan memukul punggungnya dengan gada.
"Ah...!" erang Raja Kelelawar yang kesakitan.
Saat itu juga Nyai Wungu terbang lalu memenggal kepala Raja kelelawar menggunakan pedang milik pangeran Arya yang sudah di isi mestika agar mujarap.
Hiyat!
Slep!
Raja Kelelawar itu mati, karena ilmu kekebalannya sudah runtuh. Dari kepalanya yang terpenggal muncul cahaya mestika berwarna kuning, kemudian Nyai Wungu mengambilnya dan membungkusnya memakai daun.
"Mestika Raja kelelawar, ini sangat berguna untuk melawan siluman di hutan lapis berguna melawan siluman penghuni hutan lapis berikutnya, cahayanya juga berwarna kuning," kata Nyai Wungu.
"Syukurlah Bunda, kita berhasil mengalahkan siluman ini," kata Pangeran Arya.
"Iya ini sudah sore, saatnya mendirikan tenda, dan mencari makan," kata Nyai Wungu.
"Iya Dinda," kata Kiai Wungu.
"Sekarang, Raden aku tinggal dulu ya, Raden dirikan tenda dan perapian untuk memasak ikan, aku dan Romomu akan mencari makan" kata Nyai Wungu.
"Iya Bunda," kata Pangeran Arya.
Pendekar sutra ungu meninggalkan anak angkatnya untuk mencari makan. Seperti biasa mereka mencari makan ikan, buah-buahan dan sayur untuk di masak.
Bersambung ....
Selamat membaca^^