Beberapa hari telah berlalu sejak pemberitahuan dunia yang menghebohkan pemain. Dan ...
"Kurang satu orang! Apa pun spesialisasi yang dimiliki!"
"Party leveling untuk level 20 ke bawah! Membentuk party untuk level 20 ke bawah!"
"Mencari anggota! Kami memiliki anggota level tinggi untuk membantu!"
.. Pemain telah kembali ke keseharian biasa mereka setelah diskusi tentang siapa yang mengalahkan Goblin Prince berakhir tanpa hasil.
Namun, setidaknya itulah yang dilihat di permukaan saat beberapa orang merasa bahwa keributan yang sebenarnya baru dimulai.
Jumlah orang yang membuka obrolan tentang pembentukan party telah meningkat, tentu saja itu karena melemahnya goblin. Dan bagi mereka yang memerhatikan secara lebih detail, mereka akan menemukan perubahan sederhana yang hampir tidak terlihat di antara gelombang ini. Itu adalah jumlah pembentukan party bus, terutama bagi pemula meningkat tajam.
Party bus, party di mana seorang pemain dengan level tinggi membantu meningkatkan level anggota party yang lebih rendah memang bukan hal yang baru. Tapi, itu hanya terjadi antara pemain yang saling mengenal dengan baik atau dipekerjakan orang lain, bukan kepada entah siapa itu di ruang publik.
Jika seseorang bertanya apa alasan sederhana di balik semua itu? Semuanya akan menjadi sederhana.
Sejak Guild Call merekrut pemain secara besar-besaran, entah guild lain memahami niat Guild Call sebenarnya atau tidak, mereka tidak mungkin hanya berdiri diam dan melihat Guild Call tumbuh dengan lancar. Membuat sepuluh guild besar, tidak, hampir sebagian besar guild di daftar 100 teratas tengah membuka rekrutmen guild mereka.
Dan jika seseorang mencoba melihat lebih dalam, pembukaan rekrutmen di waktu ini mungkin menjadi tindak lanjut pemberitahuan dunia sebelumnya.
Siapa yang tidak tertarik untuk masuk ke guild teratas? Sembilan dari sepuluh pemain akan merasa tertarik dan mencoba yang terbaik untuk dapat membuat guild-guild itu melihat mereka. Dan bagi kebanyakan orang, inilah yang dapat mereka pikirkan untuk membuat diri mereka menonjol di antara pemain.
Teriakan-teriakan tentang pembentukan party terus terdengar sampai ...
"Vera! Itu Vera!"
Pemain, terutama pemain laki-laki segera berteriak serempak begitu mereka melihat sosok Vera, sosok cantik dengan rambut lavender panjang sebahu dengan tubuh mungil. Melihat pakaiannya, tidak ada yang spesial terlebih dia menggunakan set pakaian pemula yang membuat pemain lain segera tahu bahwa dia hanyalah pemula.
Namun, itu tidak penting sejak dia adalah seorang virtual streamer, yang hampir seluruh orang yang mengakses internet tahu. Tidak ada yang peduli apakah dia kuat atau tidak, Vera hanyalah Vera, itu saja.
Vera tersenyum canggung, menyapa para pemain di sekeliling yang terus meneriakkan namanya.
'Mungkin lebih baik jika aku mendengar kata manajerku ...,' pikir Vera, mengingat saran manajernya untuk melakukan 'pengawalan' saat dia memulai Vivid yang segera dia tolak. Dia hanya ingin bermain seperti pemain normal tapi sejak dia dalam kondisi ini, Vera tahu hal semacam itu hanya mimpi kapas.
"Membentuk party?" baca Vera pada salah satu chat yang muncul dalam pandangannya. "Hmm, mungkin itu ide yang bagus," jawab Vera. Bahkan kini dia tengah melakukan Stream (siaran langsung) dan berkat perkataannya, keributan pun memuncak.
"PILIH AKU!"
"VERA MILIKKU!"
"DALAM MIMPIMU!"
"AKU CINTA KAMU VERAAAA!!!"
Vera tetap tersenyum, mengabaikan dengan seluruh teriakan yang bahkan tidak berhubungan dengan topik yang tengah dia bahas.
"Yah, agar adil, kalau begitu aku akan memilih anggota party secara acak," kata Vera saat dia mulai bernyanyi kecil ...
"Cap cip cup kembang kuncup, pilih mana yang mau ikut."
... Hingga jarinya berhenti, menunjuk satu sosok yang terimpit di tengah kerumunan yang segera menjadi pusat perhatian.
"HYAAA! SATU PARTY DENGAN VERA!!!" Teriak pemain tersebut dengan bersemangat, segera berlari menuju ke arah Vera.
"Halo, siapa namamu?" Vera bertanya, membuat pemain yang terlalu bersemangat itu sedikit, tidak, sangat gugup saat berada dengan idolanya, Vera dari jarak sedekat ini dan hanya dapat menjawab dengan kaku.
"S-S-SA-SA-SA-SABY! Namaku Saby!"
"Ya, salam kenal Saby." Vera menjawab. "Ngomong-ngomong senjata jenis apa yang kamu gunakan?"
"Ten-tentu saja pedang!" jawab Saby dengan kegugupan yang sama. Membuat Vera menyerah untuk bertanya beberapa hal lain saat melihat Saby yang terlalu gugup hingga seperti robot untuk menjawab di bawah seluruh tatapan itu, dia pun memilih untuk segera mengacak calon anggota partynya lagi.
Apa yang terjadi selanjutnya dapat dikatakan berjalan dengan sangat lancar, pemain yang Vera tunjuk sendiri cukup bersemangat untuk mengejarnya, tapi dia tidak segugup Saby. Memberi Vera waktu tenang dalam percakapan sesaat yang terjadi sebelum dia berkata, "Yah, saatnya mengacak anggota lagi."
Membuat suasana para pemain yang ada di sekitarnya sedikit lebih tegang. Sudah dua orang telah dipastikan akan bergabung dengan party Vera, membuat hanya tersisa dua tempat lagi mengingat jumlah maksimal satu party dalam Vivid adalah lima orang.
Nyanyian kecil mulai Vera lantunan dari bibir mungilnya, seperti jari telunjuknya terus bergerak dari satu pemain ke pemain lain. Hingga ...
"... Pilih mana yang mau ikut."
... Jarinya terhenti pada seorang pemain, pemuda dengan rambut merah yang dikuncir yang tengah terimpit oleh kerumunan. Dapat Vera katakan, dia cukup tampan jingga membuat sebagian besar pemain bertanya-tanya siapa orang itu, sementara beberapa orang, yang juga turut serta dalam quest awal gila Veiz menjadi lebih gila.
"Itu dia!"
"Dia lagi? Kenapa dia sangat beruntung?!"
Beberapa diantaranya bertanya-tanya tentang nasib mereka, sementara sebagian besar yang lain—
"Kau sialan!"
Mereka hanya menyumpahinya, teringat akan 'saran hebat' yang pernah dia berikan kepada mereka.
Vera terdiam. 'Apakah aku telah menunjuk biang masalah atau sesuatu seperti itu?' pikirnya melihat reaksi beberapa pemain.
Namun, pemain tetap memberinya rung untuk berjalan menuju Vera. Namun ...
"Hah ... akhirnya aku bisa lewat," gumamnya.
"Hai, siapa kamu?"
"Oh? Di sini cukup tenang." Dia berkata, melihat ke depan hanya untuk melihat kerumunan pemain lain yang harus dia tembus. "Aku tidak bisa melewati ini," gumamnya sampai dia menoleh saat merasakan seseorang menepuk bahunya.
"Hai, siapa kamu?" tanya Vera sekali lagi hanya untuk dijawab, "Kamu siapa?" Oleh pemuda di depannya itu. Berhasil membuat Vera terdiam.
Bukankah ini yang dia harapkan? Bermain sebagai pemain normal yang tentu tidak akan dikenal banyak orang tapi untuk mendapat pertanyaan semacam ini di situasi ini, entah kenapa itu hanya membuat Vera merasa tidak senang.
Namun, Vera sendiri terlalu berpengalaman dalam menghadapi perasaan semacam itu.
"Aku Vera," kenalnya singkat dengan sebuah senyum, perkenalan diri yang dia pikir tidak akan pernah dia lakukan lagi sejak debutnya. "Kamu sendiri?"
"Akuji."
"Aku ingin membuat party apakah kamu ingin bergabung?" Vera bertanya, namun apa yang Akuji katakan benar-benar lain.
"Ngomong-ngomong, di sekitarmu benar-benar lengang ya, jauh berbeda dengan kerumunan itu." Tunjuk Akuji berlawanan dari arahnya tiba.
"...."
Dan itu berhasil membuat Vera terdiam.
"Apa kau tahu, melewati kerumunan semacam itu sangat tidak mudah. Aku benar-benar iri padamu, apa kamu punya rahasia untuk membuat ruang di sekitar tidak terlalu padat?"
"...."
Tidak hanya Vera, bahkan pemain di sekitar mereka merasa kesal karenanya.
Yah, dia mungkin yang terpilih tapi itu bukan alasan untuk mengganggu Vera! Idola mereka! Dan karena alasan itulah mereka tetap menjaga jarak dengan Vera dan memberi jalan untuk Akuji —mereka yang telah terpilih Vera. Tapi untuk berpikir Akuji akan bertindak semacam itu ...
Beberapa pemain mulai memahami sumpah serapah yang sempat terdengar saat Akuji terpilih dan sedikit menyesal telah membukakan jalan untuknya.
"Apakah kau sakit? Kau terlihat lesu sejak tadi, kurasa sepertinya harus beristirahat sejenak dari rutinitasmu."
Vera hanya merasa kebingungan, apakah dia pernah dituntun dalam percakapan oleh orang lain? Tidak! Apalagi dengan popularitasnya saat ini, orang lain akan cenderung memasang tembok darinya tapi Akuji, orang di depannya hanya berbicara apa yang dia mau.
"Tidak. Aku sangat sehat, aku hanya berpikir apakah kamu mau membentuk party denganku atau tidak?"
"Party, ya ...." Vera melihat Akuji tengah berpikir sesaat sebelum mengangguk. "Yah, itu boleh saja. Jadi apakah seluruh anggota sudah ada? Atau masih akan menunggu orang lain?"
"Kita akan segera pergi begitu mendapat satu orang lagi."
"Kuharap orang itu cepat ditemukan."
"Ya ...." Vera berucap lirih, tidak tahu harus berbuat apa terhadap Akuji ini dan memilih untuk segera menunjuk anggota terakhir mereka. 'Aku hanya tidak ingin berurusan dengan orang ini lebih jauh,' pikirnya lelah.
Napas para pemain tertahan, ini adalah kesempatan terakhir mereka untuk dapat menjadi satu party dengan idola mereka. Namun, bahkan sebelum Vera dapat berbicara lebih ...
"Orang terakhir itu pasti aku, bukan?"
... Sebuah suara terdengar.