App herunterladen
6.25% Harem milik Suamiku / Chapter 8: Bab 9 : Adam

Kapitel 8: Bab 9 : Adam

Ting-tong.

Marigold membuka pintu apartemennya, namun langsung membantingnya kembali. Dan sayangnya, usahanya gagal. Pintu itu ditahan oleh tamu Marigold, yang kini memaksa masuk ke dalam apartemen.

Marigold bersedekap dan bersandar di tembok, dekat pintu apartemen yang masih dibiarkannya terbuka. Marigold sama sekali tidak menyukai kehadiran si tamu yang kini sedang berjalan-jalan tanpa permisi, masuk ke area pribadinya serta memindai setiap sudut miliknya dengan raut tidak terbaca. Menyebalkan.

"Menurutmu, apa yang sedang kamu lakukan disini, Adam? Kamu bukan temanku. Dan sekarang kamu memaksa masuk ke dalam apartemenku. Itu adalah suatu kejahatan. Sekarang, mungkin aku harus menelpon pihak sekuriti untuk membawamu keluar dari apartemenku. Dan setelah itu, aku akan memanggil tim penyemprot hama, agar apartemenku terbebas dari virus."

"Ck-ck.. Sudah lama tidak bertemu, masih saja bermulut tajam."

"Untuk menghadapi orang asing dengan maksud tidak jelas sepertimu, aku memelukan semua amunisi perang milikku, agar tidak sampai terjatuh atau terluka. Sungguh sial bertemu denganmu di pagi hari yang cerah ini."

"Gadis cantik harus disertai dengan sikap yang lembut dan mulut yang manis, Marigold," balas Adam dengan menebarkan senyum penuh pesona sambil duduk di sofa dan merentangkan tangannya, seolah merasa nyaman di rumah sendiri.

"Mulutku sangat selektif jika berbicara dengan orang," sahut Marigold ketus sambil mengambil kursi lipat bundar dari dalam lemari sepatu, lalu duduk di dekat pintu. Ogah, berdiri berdekatan dengan tamunya yang bernama Adam, yang tidak lain adalah teman masa sekolahnya dulu, dulu sekali... ketika si dinosaurus masih hidup.

"Tutuplah pintu dan duduklah disini, di sebelahku, Marigold. Nanti kita bisa menjadi tontonan para tetangga," kata Adam sambil menepuk sofa dimana dirinya duduk. "Kemarilah. Ada banyak kenangan nostalgia yang bisa kita bicarakan, setelah berpisah tiga atau empat tahun lamanya."

"Maaf, aku sedikit alergi batuk bersin dan demam tinggi, jika duduk bersamamu. Dan tentang nostalgia, mungkin aku akan ingatkan, bahwa kita tidak ada hubungan sama sekali, setelah kamu menempelkan surat cintaku di papan pengumuman sekolah, brengsek!"

"Marigold.. Marigold.. kenapa kamu masih belum bisa melupakan kejadian itu? Lihat, buktinya sekarang aku berada disini untuk membalas perasaan cintamu," jawab Adam tenang sambil mengaitkan kedua tangannya di belakang kepala. Marigold menggeram mendengar jawaban menyebalkan itu.

Well, kejadian memalukan itu terjadi sewaktu dirinya duduk di bangku kelas sepuluh. Sejak pertama kali masuk sekolah menengah atas, Marigold termasuk dalam jajaran penggemar Adam, cowok paling ganteng seantero sekolah. Dia juga anak dari kepala sekolah. Kemudian, Marigold memberanikan diri untuk menuliskan perasaannya lalu memberikannya pada Adam, sang idola sekolah.

Surat itu diterima Adam, dibaca teman satu geng nya, dan ditempel di papan pengumuman sekolah. Sial! Akibatnya, Marigold menjadi bahan ejekan sampai lulus SMU. Dan semenjak saat itu, Marigold sangat membenci Adam hingga ke dasar hatinya yang paling dalam. Setiap cowok yang berkencan dengannya, hanya untuk membuktikan pada geng Adam, bahwa mereka bisa membuat Marigold bertekuk lutut. Sialan!

"Maaf ya.. Cintaku padamu sudah habis dimakan rayap, semut, dan kutu. Yang ada sekarang, hanyalah perasaan jijik," desis Marigold seraya bergidik, mengingat betapa bodoh dan konyolnya dirinya waktu itu. "Lebih baik kamu segera angkat kaki dari sini sebelum aku berteriak, ada penyusup di apartemenku," usir Marigold kasar sambil mengedikkan dagunya ke arah luar pintu.

"Apa kamu sudah lebih baik?" tanya Adam kalem sambil berdiri lalu berjalan mendekati Marigold yang masih setia berada di pintu masuk apartemennya. Adam mengabaikan sindiran dan pengusiran yang dilakukan Marigold.

"Tidak perlu sok peduli padaku. Aku merinding mendengarnya," decak Marigold tidak suka mendengar perhatian Adam yang sok baik. "Sebenarnya apa maumu? Kenapa kamu datang kemari? Kenapa kamu tidak mendatangi pacar-pacar mu yang lebih banyak daripada yang bisa dihitung dengan jari tangan dan kaki?"

"Aku mencemaskanmu, Marigold," ucap Adam yang tiba-tiba mendesak Marigold ke dinding dan mengurungnya. Direndahkannya kepalanya hingga bibir Adam menyentuh kening Marigold. "Sewaktu aku mendengar berita bahwa kamu masuk IGD, aku langsung berusaha untuk datang menemuimu, namun sayangnya.. beberapa pekerjaan penting menuntut kehadiranku. Jadi maafkan aku. Aku tahu bahwa kamu sangat menyukai bunga, jadi kukirimkan beberapa buket bunga untuk menggantikan ketidakhadiranku. Asal kamu tahu, aku bekerja keras untuk masa depan kita, Marigold."

Mendengar Adam yang sok akrab dengannya, membuat Marigold meradang dan mendorong tubuh Adam menjauh darinya. "KITA?! Kita siapa?! Aku dan kamu sama sekali bukan KITA. Aku dan kamu adalah dua kubu berlawanan, kutub utara dan selatan, api dan air, anjing dan kucing. Aku tidak sudi mendengar namaku dan namamu menjadi satu kesatuan. Dan lagi, aku dan kamu, tidak akan pernah ada masa sekarang atau masa depan. Cukup masa lalu yang membuatku menyesal karena pernah menyukaimu."

Adam memandang Marigold yang mengoceh tidak karuan, dengan diam untuk beberapa detik lamanya. "Apa kamu belum mendengar bahwa kita telah dijodohkan?"

Marigold melipat tangannya di dada dan menatap jengkel pada Adam yang terlihat sangat percaya diri. "Berita hoax darimana itu?"

Sebelum Adam sempat menjawab, tiba-tiba ponsel Marigold berbunyi. Dirogohnya saku belakang celana jinsnya yang selutut. Marigold menekan tombol hijau dan meletakkan ponsel itu di telinganya, tanpa mengalihkan pandangannya dari Adam yang bersedekap, bersandar pada dinding di seberangnya.

"Halo," sapa Marigold dengan sedikit ketus karena dirinya sedang jengkel tingkat tinggi.

"Halo sayang," sapa mamanya dengan riang. "Apa Adam sudah datang menemuimu?" tanyanya tanpa basa-basi.

Marigold menurunkan ponsel dan melihat ke layar, seakan sedang menatap tajam pada mamanya secara langsung. Kemudian Marigold meletakkan ponsel itu kembali ke telinganya.

"Kenapa mama bisa tahu? Jangan-jangan mama yang menyuruh DIA datang kemari ya?!" tuntut Marigold geram.

"Oh, berarti nak Adam sudah datang ya," sorak mamanya girang. Marigold harus sedikit menjauhkan ponselnya karena teriakan mamanya yang berdengung di telinganya.

Marigold membalikkan badan, membelakangi Adam dan menangkupkan tangan pada mulutnya agar suaranya yang berbisik terdengar mama tercinta yang sungguh menjengkelkan. "Ma, mama apa-apaan sih? Aku kan belum menyetujui perjodohan konyol itu. Kenapa mama mengambil keputusan seenaknya sendiri sih? Haish mama ini!" keluhnya super jengkel.

Tiba-tiba tubuh Marigold tersentak. Mata Marigold mendapati sebuah tangan dirangkulkan pada bahunya, kemudian naik ke atas melihat siapa yang berani menyentuh dirinya. Kurang ajar.

"Jangan sentuh aku," bentak Marigold sambil mengedikkan bahunya untuk menyingkirkan tangan kurang ajar.

"Tante, ini aku Adam. Aku ingin minta izin mengajak Marigold makan malam," kata Adam setengah berteriak di ponsel yang ada di telinga Marigold. Tangannya juga kembali merangkul bahu Marigold.

"Oh tentu, nak Adam. Silakan makan malam dengan Marigold. Tante titip dia ya," kata mama Marigold yang terdengar ceria di ponsel.

Bruk.

Marigold menyodok keras perut Adam menjauh hingga laki-laki itu mengaduh lalu mundur menabrak dinding di belakangnya. Marigold menudingkan jarinya pada Adam, agar tidak lagi mendekati apalagi menyentuh dirinya. Lalu Marigold membuat tanda, menggores angin di sekitar lehernya dengan ibu jarinya.

"Ma, mama sudah peduli sama anak perawan mama ya," amuk Marigold kesal. "Apa mama tidak tahu, jika seorang gadis pergi makan malam dengannya, pasti tujuan akhirnya adalah ranjang?"

"Benarkah?" ucap mamanya tidak percaya. "Tapi selama ini mama tidak pernah mendengar ada seorang gadis hamil karena Adam," bantah mamanya ngotot.

"Maa, tidak hamil bukan berarti tidak pernah tidur bersama," protes Marigold kesal, rasanya pingin menjambak rambut karena frustasi. "Lagipula keluarga Adam kan kaya, jadi mereka pasti membungkam para gadis yang hamil.

"Sudah kamu jangan cerewet. Turuti kata mama. Kamu harus pergi makan malam dengan Adam. Asal kamu tahu, Adam adalah calon menantu idaman di grup arisan mama. Nah, kebetulan Adam kan teman sekolahmu, jadi siapa tahu, keluarga kita bisa berbesan dengan keluarga Adam yang terpandang itu."

"Aku tidak mau. Pokoknya tidak mau."

Bersambung...


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C8
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen