Sayup-sayup terdengar suara yang memanggil, tapi Naraya terlalu lelah untuk sekedar membuka mata. Tubuhnya letih, kepalanya terasa hampir pecah setelah segala macam kekacauan yang terjadi, dan Naraya rasa dia harus kembali tidur lagi.
"Naraya."
Suara itu terdengar lagi, kembali mengganggu tidur Naraya yang nyenyak. Tidak, Naraya tidak ingin bangun. Dia ingin tidur lebih lama, Naraya lelah.
"Naraya."
Kening Naraya berkerut samar dan mulutnya mengeluarkan lenguhan panjang. Naraya harap kalau si pemanggil itu berhenti mengganggu setelah menangkap sinyal yang Naraya kirimkan.
"Naraya."
Namun sayang, Naraya tampaknya tidak boleh tidur lebih lama lagi. Dengan kesal dan emosi yang berada di puncak kepala, Naraya membuka matanya lebar-lebar. "Siapa, sih-"
"Naraya, kok kamu tidur di sini?"
Naraya membeku bersamaan dengan matanya yang bertubrukan dengan manik mata yang selalu menatap Naraya dengan tatapan polos. "Sakha..." Mata Naraya berkaca-kaca, akhirnya Sakha bangun.