Mila menatap puteri semata wayangnya dari ujung kaki hingga ujung rambut.
Yena merasa dirinya akan dieksekusi sebentar lagi.
"I-ibu, aku bisa jelaskan ...." Ia tergagap.
"Coba jelaskan." Mila melipat kedua tangannya di depan dada. Bersandar pada headboard dan memejamkan mata. Menunggu penuturan Yena.
"Itu ... sebenarnya ... yah, memang ... aku." Yena berkata setengah bergumam di akhir kalimatnya. Ia menekuk kepalanya dalam.
"Yena aku tidak menyangka!" Rumi terkejut dengan dilebih-lebihkan.
"Jangan menghakimiku seperti ini! Kalian bersikap seolah-olah aku sudah melakukan kejahatan besar." Yena berseru, cemberut.
"Jangan menangis. Siapa juga yang menghakimimu. Sini, duduk, dan ceritakan pada Ibu siapa pria itu. Rumi bilang kau bahkan membawanya ke rumah." Kali ini, Mila berkata dengan tenang.
"Apa? Kamu membuntutiku?!" Yena berpaling pada Rumi dengan tatapan tajam.