Sebuah lagu nada dering yang merusak suasana kegelapan malam berkabut terdengar dari dalam kantong celana. Mori segera mengambil ponselnya, tapi karena terburu-buru ponsel itu melompat dari tangannya yang untung masih bisa segera ditangkap sebelum terjatuh di lumpur. "Tunggu sebentar Bu." Kata Mori kepada Ibu Bunga yang juga dimaksudkan untuk anggota yang lain. Mori diam, mendengarkan saja peneleponnya namun tiba-tiba. "Anggota Ibu yang kakak polisi cantik dan seksi tadi siapa namanya, Bu?" tanya Mori setelah terdiam sesaat ketika menerima telepon yang masuk membuat ke sembilan anggotanya menghela nafas kesal lalu berpencar beberapa meter dari rombongan.
"Ke mana perginya pikiran anak ini?" gumam Ustad Ali.
"Pasti dia lagi mikir jorok tadi dan yang telepon pasti Jojo si hentai!" desis Alysa mulai kembali kesal.
Ibu Bunga menghela nafas. "Abaikan dia, Yandri, kamu hubungi tim yang sudah masuk jauh ke dalam hutan."
"Baik Bu..."
Mori yang masih berhubungan dengan peneleponnya kembali berkata dengan ponsel yang masih menempel di dekat telinga kirinya. "Kakak polisi yang cantik itu siapa namanya? Dia harus di hubungi..."
"Jangan dengarkan dia!" potong Ibu Bunga.
"Baiklah, kalau tidak ada yang mau mendengar." ucap Mori santai sambil berjalan menjauhi rombongan, menyimpan kembali ponselnya. Dia pasti pura-pura merajuk pikir beberapa anggota yang sudah diingatkan Ibu Bunga dan Alysa kalau Mori itu suka bercanda. Mori menghilang di balik kabut yang hanya beberapa meter dari jarak pandang.
"Jangan jauh-jauh perginya kalau merajuk." seru Ustad Ali.
Tidak ada jawaban. Satu menit kemudian, tidak biasanya Mori diam tanpa menjawab sebelumnya.
"Mori, jangan bercanda!" panggil Ustad Ali berjalan ke arah Mori menghilang di balik kabut tadi. Beberapa anggota lain mendekati Ustad Ali. Lima menit kemudian, waktu terlama Mori biasa merajuk dan karena tidak biasa, Ustad Ali dan Alysa sudah dapat menebak apa yang terjadi. Perkataan Mori yang menanyakan nama Polisi Hutan cantik yang dilihatnya di pos satu jam yang lalu pasti berhubungan.
"Mori, kamu di mana? Jangan bercanda ya, malam-malam di tengah hutan?" todong Alysa begitu teleponnya diangkat Mori setelah beberapa kali dihubungi ponselnya selalu sibuk dan terkadang sinyal hilang di tengah hutan.
"Aku dalam perjalanan ke tempat kakak polisi cantik..." terdengar suaranya diloudspeaker.
"Jangan bercanda kamu..." sela Ibu Bunga.
"Saya tidak bercanda Ibu Ratu Bunga, saya sudah berusaha memberi tahukan sebelumnya tentang kakak polisi cantik dan anggotanya yang harus segera ditarik, tapi tidak ada yang mau mendengar seperti biasa. Menjadi anak-anak itu tidak enak di mata orang dewasa, karena semua perkataan sama sekali tidak didengar. Ibu tahu, sebenarnya saya tidak berani masuk hutan sendirian. Hutan ini gelap, dingin dan..."
Sambungan telepon terputus dan meskipun beberapa kali diulang menghubungi, telepon masuk sama sekali tidak diangkat.
***
Di hadapan Mori yang mematung terlihat sepasang cahaya kuning. Ponselnya kembali berbunyi, Mori melihat layar ponselnya yang tanpa nama dan tanpa nomor penelepon seperti sebelumnya. Mori menerima panggilan telepon masuk itu. "Ya..."
[Jangan takut. Ikuti cahaya matanya.]
"Baiklah..." jawab Mori sambil melangkahkan kakinya perlahan ke arah sepasang cahaya kuning di hadapannya. Langkah Mori yang pelan terpaksa dipercepat kembali menjadi lari ketika sepasang cahaya kuning tadi bergerak cepat untuk memaksanya berlari. Ketika sedang berlari di hutan yang gelap dan becek karena hujan, beberapa kali Mori jatuh tersandung akar. Jaket polisi hutan yang dipinjamkan untuknya sudah kotor terkena lumpur ketika terjatuh.
Setelah satu jam berlari di dalam hutan dan beberapa kali terjatuh akhirnya Mori berhenti berlari mengikuti sepasang cahaya kuning yang memandunya ke sebuah tempat yang cukup lapang tanpa ditumbuhi pohon atau pun semak perdu. Di tempat itu Mori akhirnya menemukan tim pencari lain yang sedang istirahat, salah satu anggotanya adalah Polisi hutan cantik dan seksi. Mori tersenyum melihat Polisi cantik itu.
Tim pencari lain itu melihat tidak percaya, bercampur lega kepada Mori. Bagaimana tidak, karena sudah hampir dua jam mereka hanya berputar-putar yang untungnya segera disadari jika mereka sudah memasuki daerah terlarang tanpa sengaja.
"Seorang anak?!" seru ketua tim pencari lain itu adalah seorang Polisi Hutan laki-laki bertubuh tinggi dengan kulit coklat, berdiri dengan cepat menghampiri Mori, memegang pundak Mori. "Bagaimana kamu bisa menemukan kami?"
"Kamu anak yang datang tadi sore kan?" Polisi hutan perempuan yang cantik dan seksi ikut menghampiri Mori.
Ketua tim pencari dan anggota tim yang lain melihat sekilas ke arah Polisi hutan perempuan yang cantik, setelah itu kembali melihat ke arah Mori yang mengangguk sekali. "Baguslah, kalau begitu kita sudah ditemukan. Bagaimana dengan anggota tim yang bersamamu, nak?"
Mori menggeleng. "Saya meninggalkan mereka ketika baru mulai."
"Jadi kamu hanya sendiri menemukan kami?!" ketua tim pencari tidak lagi terlalu memikirkan diri dan kelompoknya lagi begitu mengetahui anak di hadapannya hanya sendirian masuk hutan untuk menemukan mereka. Ketua tim pencari lain itu memperhatikan jaket polisi hutan yang dipakai Mori sudah sangat kotor, dia juga kedinginan dan tampak sangat kelelahan. Ketua tim pencari meminta anggota medisnya memeriksa dan membersihkan Mori yang mungkin saja terluka ketika terjatuh. Setelah luka lecet dan gores di kedua tangan Mori dibersihkan dan diobati, ketua tim pencari lain itu memberikan jaketnya yang masih bersih kepada Mori agar anak itu tidak lagi kedinginan memakai jaket yang sudah kotor dan basah. "Pakai jaket ini..."
Mori memperhatikan ketua tim pencari lain yang masih menyodorkan jaketnya ke hadapan Mori.
"Tidak apa-apa, pakai saja."
"Bukan begitu pak, jaket yang tadi saya pakai saja sudah kebesaran, apalagi jaket punya Bapak yang tingginya hampir mencapai dua meter!
"Hah..."
Suara ponsel yang merusak keheningan malam dengan lagu System of a down terdengar dari kantong celana Mori. "Ah sebentar Pak, kayaknya "Dia" sudah nelpon lagi nih." Kata Mori sebelum mengangkat telepon yang masuk tanpa nomor.
Beberapa saat kemudian setelah Mori selesai menerima telepon yang masuk. "Siapa yang nelpon, pakai nomor privat?" tanya polisi hutan perempuan yang cantik dan seksi ingin tahu ketika sempat melihat sekilas ke arah ponsel Mori.
""Dia", yang memandu saya sampai ke tempat Kakak polisi cantik tadinya." Jawab Mori.
"Haaa..." jawab beberapa polisi hutan mendengar jawaban Mori.
"Maksud saya, salah satu makhluk baik yang ada di hutan ini, yang memandu jalan saya tadi sampai ke tempat ini."
"LEWAT TELEPON?!!" seru semua tim pencari bersamaan.
Mori mengangguk. "Saya juga kurang mengerti awalnya bagaimana bisa 'Dia' berkomunikasi lewat telepon. Tapi, baguskan, itu tandanya 'Dia' itu gaul." Jelas Mori santai.
"Jadi sekarang bagaimana? Apa katanya tadi?" tanya ketua tim pencari tidak sabar.
"'Dia' menyuruh kita untuk menemukan sebuah makam kuno, karena di sanalah orang-orang yang hilang itu berada!"