Bergeser sedikit dari tempat dudukku yang awal, mencoba semakin dekat dengan orang-orang yang sedang membuat rencana tersebut. Menurut ku, mungkin akan lebih kedengaran kalau aku duduk di sebelah wanita yang memberikan obat tersebut.
Dia menatap penuh curiga karena kedatangan ku yang tiba-tiba, dan aku orang baru di tempat itu. Membuat dia lebih berhati-hati dalam berbicara. Ku gunakan otak jernih ku, supaya bisa mengelabui mereka biar tidak curiga terhadap ku.
"Mbak-mbak, tolong jus mangga nya!" Ku lambaikan tangan ku, kepada pelayan yang sedang membawa sebuah nampan yang berisikan beberapa gelas jus buah.
"Baik, mbak." Jawabnya sambil berjalan menghampiriku.
Tak lama kemudian dia datang sambil membawa kan pesanan ku, jus mangga yang sengaja ku pesan tadi. Sebenarnya aku tidak begitu suka dengan jus ini, akan tetapi demi membuat mereka tidak mencurigai ku dan melanjutkan perbincangannya aku mencoba untuk memesan saja.
"Kenapa kau melakukan ini, Donna? Dan obat apa ini?" Seru pria yang di pinta untuk memasukkan obat untuk CEO yang sedang bahagian itu.
"dia Donna." gerutuku dalam hati.
"kau tidak perlu tahu ini obat apa, yang paling penting kau pastikan dia meminum minuman ini. Aku melakukan ini karena satu alasan penting. Dia telah menolakku di depan orang banyak, dan aku sakit hati. Dia membuat aku malu, aku ingin membuatnya lebih malu dari pada apa yang dia lakukan terhadap ku!" Dia bicara penuh dendam kepada CEO itu.
Ya, ternyata aku berhasil. Aku mendengar semua pembicaraan mereka, meskipun aku tidak tahu masalahnya dari awal setidaknya aku mengetahui rencana nya kali ini. Aku harus menyelamatkan pria malang ini, dari rencana jahat wanita yang bernama Donna tersebut.
kecurigaan ku mengarah pada satu hal, jika Donna ada Wanita yang menyukai pria Ceo namun cintanya tidak terbalas. sehingga dia mencoba membalas penolakkan nya, dengan rencana ini. entah apa rencana selanjutnya, yang pasti ini adalah sebuah bahaya untuk si Ceo itu.
Aku harus mencari cara supaya gelas itu tidak sampai padanya, demi menyelamatkan dia mungkin bukan hanya harga diri nya tapi juga nyawanya. Aku takut kalau itu obat yang mengandung racun, karena aku tidak denger wanita itu menyebut kan efek samping dari obat itu apa. Yang pasti mau tidak mau aku harus menyelamatkan nya, karena aku sudah terlibat dengan masalah ini.
"Cepetan! bawa gelas ini ndri, dan berikan langsung padanya!" Bisik wanita itu sambil mendorong tubuh pria yang duduk bersamanya.
"Sebentar dong, lihat dia sedang sibuk menyambut tamunya yang datang!" Balas nya sambil menunjuk pria yang kini jadi incaran nya.
Memang benar, terlihat pria itu menyambut tamu nya yang datang silih berganti mengucap kan selamat untuk pertambahan usianya di samping bisnisnya yang kian melejit pesat. Bisa di bilang dia pengusaha muda, yang sangat bertalenta banyak pula orang memuji ke piawai nya dalam bidang berbisnis nya Sehingga tidak jarang orang-orang banyak berkaca dari dirinya.
Ucapan selamat juga hadiah yang di berikan kepadanya, membuktikan bahwa dia memang banyak di segani para investor lain.
"Terimakasih untuk semua yang telah hadir di acara ulang tahun ku, meski waktu kalian sangat terbatas. Semua dukungan kalian dalam hal apapun, membuat semangatku bertambah seiring bertambahnya usia ku. Saya berjanji, setelah ini akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi!" Ujar pria yang aku tidak tahu namanya ini, memberikan ucapan terimakasih kepada semua orang yang mendukung nya.
Tak lupa perkataannya itu di sambut dengan riuhnya tepuk tangan juga pujian yang memenuhi acara tersebut. Aku pun ikut bangga terhadap nya, walaupun aku tidak kenal siapa dia. Yang pasti dia adalah pria dambaan ku selama ini. Pria mapan, berpendidikan, sopan juga pintar.
Namun sayangnya jangankan untuk memiliki nya, mau melihat wajah nya pun rasanya sangat susah sekali. di tambah lagi banyak nya wanita yang mengejar-ngejar dia termasuk perempuan saat ini duduk di sebelah ku, sampai-sampai dia mempunyai rencana jahat akibat sakit hati atas penolakan yang dia lakukan terhadap nya.
Aku melihat pria yang tadi duduk bersama wanita itu, berjalan mendekati pria CEO dengan gelas di tangannya. Dia berniat mau memberikan langsung gelas itu oleh nya, supaya dia bisa memastikan kalau CEO itu meminumnya.
Bagaimana kalau dia meminum jus itu? Apa yang akan terjadi padanya? Meninggal, atau hanya keracunan saja? Apapun itu, aku harus mencegahnya. Jangan sampai apa yang aku pikirkan terjadi, apalagi sampai pria ini kehilangan nyawanya.
Aku akan ikut merasa bersalah, sebab aku ada bahkan tahu apa yang sebenarnya terjadi sebelum nya. Jadi aku berpikir aku harus bisa menghentikan dia, sebisa mungkin.
Aku bangun dari tempat dudukku, dengan mataku yang terus mengawasi dia juga gelas yang kini masih berada di tangannya.
"Maaf, apa kau tamu juga di sini? Kau siapanya dia? Aku baru pertama kali bertemu dengan mu." Wanita ini mencekal tangan ku, dan menghentikan langkah ku dengan pertanyaan yang membuat aku sesak nafas.
"A-aku, aku hanya tamu biasa saja. Aku hanya karyawan di perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan miliknya." Jawabku sedikit ragu, namun syukur nya aku bisa menghadapi pertanyaan ini.
"Emm, pantas saja aku tidak pernah melihat mu. oiya. Aku Donna, asisten Ceo itu." Sikapnya yang ramah, menambah ke tegangan ku.
"pantas saja dia menyukai CEO itu." batin ku bicara.
"Aku harus pergi."
"Kemana? Sebaiknya kita ngobrol tentang bekerja di perusahaan kita masing-masing, siapa tahu kita menjadi akrab. apa kau asisten juga di perusahaan itu?" Wanita ini malah melanjutkan rasa penasaran nya, pada ku dan ingin mengobrol banyak dengan ku.
Apa dia tahu maksudku, yang mau menghentikan rencana nya? Tidak mungkin. Dia pasti akan menyerangku tanpa basa-basi jika dia tahu maksudku. Melihat dengan postur tubuh nya, juga mimik wajah nya dia tipe orang yang tidak suka basa-basi. Dia akan langsung melakukan nya dengan apa yang dia pikirkan.
"Aku harus ke kamar kecil dulu, ada Sesuatu yang mendesak." Sela ku, berpura-pura seperti sedang menahan sesuatu.
"Oh, maaf aku sudah menghentikan mu! Aku tidak tahu, kalau kamu mau ke kamar kecil. Lewat sana." Titahnya sambil menunjukkan ke arah kamar kecil itu berada.
Untungnya arah menuju tempat kamar kecil hampir searah dengan tempat pria Ceo itu berada. Aku langsung gegas menuju tempat itu, tanpa memperdulikan lagi apapun. Dalam hatiku berbicara, terus berdoa semoga saja aku bisa menghentikan itu. Sehingga pria Ceo tersebut tidak jadi ke racunan dan meninggal dunia.
Namun tiba-tiba, tanganku ada yang mencekal nya kuat lalu menariknya ke arah lain hingga tubuhku berbalik arah padanya. Ya, dia pria yang telah membooking ku. Pria yang dari tadi aku cari-cari, tapi tidak aku temukan. Kini dia sendiri yang menemukan ku, dan ternyata aku biasa saja tidak bahagia. Harusnya aku bahagian karena telah bertamu dengan nya tanpa harus susah-susah mencari keberadaan nya dulu.
kalau di lihat, wajahnya lumayan juga. ganteng, berkarisma, juga mapan. Namun kekurangan nya, dia pria hidung belang. buktinya dia mau membooking ku, berarti dia tipe pria yang tidak cukup dengan hanya satu Wanita.
bahagia betemu dia, itu salah besar. Semua tidak terjadi kepada ku. mungkin karena pikiranku sedang terfokus kepada pria Ceo yang saat ini sedang ada dalam bahaya dan sebentar lagi akan menghilangkan nyawanya, atau mungkin memang aku tidak tertarik oleh nya.
"Kamu Aneska, kan? Mamy bilang kamu menghampiri ku kesini, hingga aku mencarimu dari tadi. Apa kau juga mencari ku?"
"Oh, tidak. Tidak, ini tidak boleh terjadi." Cerocos ku tanpa aku sadari bahwa pria ini berbicara padaku.
"Tidak? Kenapa, kau tidak mau?" Pertanyaan pria ini membuat ku terkejut.
Dia sedikit kecewa dengan jawabanku, sebab dia mengira kalau aku berkata seperti itu karena menjawab perkataan nya. Padahal aku bukan bicara padanya. Aku melihat pria Ceo itu meminum jus yang di berikan pria tadi, dan aku tahu di jus itu ada apa. Sontak saja aku terkaget, dan secara spontan aku bergumam pas pria ini berbicara padaku.
Selain itu, aku merasa menyesal karena aku terlambat menyelamatkan pria Ceo. padahal masih ada banyak waktu untuk menghentikan nya. Akan tetapi semua itu tidak aku lakukan, akibat keterlambatan ku dalam berbuat sesuatu. Aku menyesal, dan terus berpikir tentang apa yang akan terjadi terhadap nya setelah ini.