Kali ini, gantian Eve yang merasa salah tingkah. Ia tersenyum malu-malu sambil menahan panas di kedua pipinya.
"T-tidak juga. Tapi saya akan merasa takut saat, Anda marah-marah." Andine dengan polosnya menjawab jujur.
Ben terdiam, ia menelan ludah. Ternyata, selama ini dirinya memang sudah berubah menjadi monster di dekat orang-orang sekelilingnya. Ben sedikit menyesali itu, walaupun penyebab sikap emosinya adalah karena dipicu oleh sang istri.
"Ya, saya akui itu. Kadang-kadang saya memang tidak bisa mengontrol rasa marah, apalagi ketika berhadapan dengan Sarah." Ben mengembuskan napas panjang.
Andine mengamati wajah sang tuan yang sedikit menunjukkan rasa sesal. Gadis itu mengerti akan posisi Ben saat ini.
"Tapi, Tuan hebat," puji Andine, "bisa bertahan dengan pernikahan ini bersama Nona Sarah." Andine menyunggingkan senyum manisnya.
Ben kembali menoleh, ia menangkap ketulusan dari balik sorot mata gadis itu yang terpancar untuknya.