App herunterladen
93.44% Sweet cheating (BL) / Chapter 57: Quinquaginta septem

Kapitel 57: Quinquaginta septem

"Sayang,"

"Sayang kok diem aja cih? Hum," Calvin menjawil pipi Niko. Tapi, sama sekali tak membuatnya bereaksi.

Calvin mendengus kesal, Calvin menjadi penasaran. Sebenarnya Niko sedang memikirkan Apa? Kenapa dari tadi Niko hanya diam saja! Calvin perhatikan sepertinya Niko sedang banyak pikiran.

Kemudian Calvin kembali memanggil Niko, dengan suaranya yang sedikit meninggi sampai-sampai membuat Niko terkejut.

"Niko!"

Niko tersentak kaget kala mendengar suara Calvin yang nyaring dan sontak membuatnya langsung menoleh ke arah samping. Tanpa Niko sadari bahwa ia menyebut Nama panggilan spesial yang seharusnya untuk Rehan.

"Iya, hubby?"

Deg

Hubby?

Niko baru saja menyebut Calvin dengan panggilan Hubby!

Calvin terdiam.

Jika mengingatnya kembali, Calvin rasa, hubby adalah panggilan spesial yang di berikan dari Niko untuk seseorang. Dan Calvin tau siapa yang menjadi orang ketiga di antara hubungan mereka.

Tapi, bukannya Niko pernah bilang kalau Niko sudah memutuskan hubunganya dengan orang itu. Terus, kenapa Niko masih mengingatnya? Entah, mengapa Hati Calvin kini menjadi sangat menjadi sakit, seolah ada ribuan benda tajam yang mulai mengirisnya dengan intens.

Calvin menoleh menatap Niko sejenak kemudian beralih memandang lurus ke depan dan fokus kembali menyetir. Niko yang menyadari hal tersebut, langsung buru-buru meminta maaf pada Calvin.

"C-calvin, maaf… niko niko—,"

"Gak, usah di bahas!" jawab Calvin malas.

"Calvin, maaf Niko gak maks—,"

"Aku bilang gak usah di bahas," kata Calvin dengan suara lemah serta terdengar lembut di telinga Niko.

"Hum, iya Calvin." Niko mengangguk pelan.

"Ternyata dia masih inget sama orang itu!" batin Calvin marah. Tak bisa membohongi hatinya bahwa Calvin sedang di landa Api cemburu. Calvin langsung menginjak kakinya di gas rem.

Jantung Niko berpacu cepat ketika Calvin mulai menancapkan gas mobilnya dengan kecepatan tinggi. Niko, tau kalau Calvin sekarang sedang tidak baik-baik saja.

Dia mungkin marah. Tentu saja! Siapa yang tidak marah jika kekasihnya menyebut panggilan spesial yang jelas itu untuk orang lain.

Niko bingung harus melakukan apa?

"Calvin,"

Jantung niko terasa mau lepas saat Calvin mencapkan gas mobilnya lebih cepat dari sebelumnya.

"Calvin, pelan-pelan!"

Sementara Calvin, ia memang sengaja tidak menjawabnya.

Niko meremat kedua tangannya pada jok tempat duduk. Niko memejamkan matanya, menahan perasaan takut karena Calvin benar-benar membawanya ke ujung kematian.

Kecepatan mobil yang di tumpangi oleh Calvin mulai melambat. Calvin membelokkan setir mobilnya masuk ke dalam Arena coffe shop. Sementara, Niko sedari tadi hanya menundukkan kepalanya, Ia sama sekali tak berani membuka suaranya apalagi untuk menegur Calvin.

Di saat seperti ini mengapa Niko harus mengingat tentang Rehan?

Calvin memberhentikan mobil hitamnya di parkiran, bunyi ponsel milik Calvin sama-sama menarik perhatian keduanya. Tanpa meminta persetujuan dari Niko, Calvin langsung merogohnya di dalam saku. Calvin membuka touch ponsel, ia mendapat notifikasi pesan dari Keyla.

*Pesan*

Keyla : Siang ini jadikan?

Bibirnya bergerak membaca pesan dari Keyla, ia bergeming sejenak dan belum membalas pesan Keyla. Jujur saja Calvin tak memberi tahu hal ini kepada Niko.

"Kenapa ayang?" tanya Niko mulai penasaran. Karena sedari tadi Calvin hanya diam saja menatap ponselnya.

Calvin menggeleng," Gak papa." Calvin kembali memasukan ponselnya.

Setelah itu Calvin mulai melepas seat beltnya dan bersiap untuk keluar dari dalam mobil. Calvin menoleh ke arah Niko yang tampak kesusahan saat membuka pengikat, Calvin bergeser dan mulai membantu Niko melepaskan seat belt yang melingkar di tubuhnya.

"Calvin," kata Niko pelan.

"Hum," sahutnya dengan nada lembut.

Niko menatap wajah Calvin beberapa saat, ia terlihat sangat dekat. Calvin membantunya? Niko tidak salah lihat kan? Apa, Calvin tidak marah lagi terhadap Niko.

Semoga saja, sudut bibirnya tertarik. Niko kembali bernafas lega.

Cup

Calvin memberikan kecupan bibir yang mendarat sekilas dan menempel di bibir Niko. Calvin tersenyum ke arah Niko. Seolah tak pernah terjadi apa-apa di antara mereka berdua.

Padahal baru beberapa menit lalu, Niko membuat Calvin kesal.

"Nanti kalau di tanya sama temen aku, Niko jawab aja kalau Niko itu sepupunya aku. Oke, sayang!" ucap Calvin.

"Temennya Calvin gak tau ya kalau kita pacaran,"kata Niko polos.

"Gak,sayang. Maaf ya hubungan kita harus diem dieman kaya gini."

"Huum gak papa," jawabnya kemudian Niko mengangguk mengerti.

"Anak pinter," Calvin menepuk pelan kepala Niko, membuat Niko yang di perlakukan dengan manis menjadi tersipu.

Perbincangan singkat mereka selesai, Calvin lebih dulu turun dan membukakan pintu mobilnya untuk Niko.

"M-makasih Calvin," Calvin mengangguk sembari tersenyum. Calvin mulai menggengam tangan Niko, Niko mengikuti langkah Calvin yang masuk ke dalam Coffe shop

Tingg

Lonceng Cafe berbunyi, pertanda seorang pengunjung datang dan masuk ke dalam Cafe. Calvin mengedarkan pandanganya mencari keberadaan kedua sahabatnya.

"Ayang," bisik Niko di telinga Calvin sembari menjinjitkan kakinya supaya setara tingginya dengan Calvin.

"Jangan, panggil Ayang! Kalau lagi di luar, Niko manggilnya kakak aja ya sayang. Nanti, temen aku pada curiga." Calvin membalas bisikkan di telinga Niko.

Calvin mengecup kening Niko meski terhalang dengan masker hitamnya.

"Huum," Mulutnya membentuk O, kemudian mengangguk kepalanya kecil.

Calvin tersenyum, untung saja Niko bisa mengerti situasinya sekarang. Pandanganya kini berhenti ketika Calvin melihat Galang dan Mikel yang duduk di bagian pojok kiri. Calvin menilik, memastikan bahwa itu mereka.

"Ayo," ajak Calvin menarik lengan Niko.

Niko mengekor di belakang Calvin, meskipun mereka sedang berpura-pura tapi tak menaruh kemungkinan bahwa tidak ada yang mencurigai tentang kedekatan mereka berdua.

Sementara, Mikel mengerutkan keningnya dalam sewaktu ia melihat Calvin yang datang bersamaan dengan orang lain. Manik matanya kini melirik tangan Calvin yang sedang menggengam tangan seorang pemuda di sampingnya.

Pikiran Mikel jadi kemana-mana, dia buru-buru

menggoyang lengan Galang supaya ikut menarik perhatianya melihat Calvin.

"Galang, gal galang!!" panggil Mikel yang masih menggoyang lengan Galang semakin intens.

"Hum," sahut Galang tanpa mau beralih dari layar laptopnya.

"Galangg, cepetan liat!" kata Mikel lagi.

"Liat apaan? Gue sibuk. Mending lu kerjaain deh tugas yang belum kelar," jawab Galang rada malas menanggapi ucapan mikel.

"Ih! Galang liat dulu dong," paksa Mikel membuatnya semakin kesal.

"Apaan?"

"Itu si Calvin datang sama cowok," tutur Mikel.

"Ya, terus?" Mikel berdecak, mengapa Galang sepertinya tidak mengerti sih? sama yang di maksud oleh Mikel. Sudah pastinya kalau cowok sama cowok terlalu dekat itu perlu di pertanyakan.

"Ya patut di curigain," ujar Mikel membuat galang memutar bola matanya malas.

"Mana sih?" Galang kelihatanya penasaran, kemudian mulai memberhentikan sejenak kegiatanya, dan menatap ke arah Calvin yang berjalan menuju meja mereka berdua.

"Sorry baru datang," kata Calvin. Calvin duduk di hadapan mereka.

Gak papa," jawab Galang.

"Niko mau duduk dimana?" tanya Calvin sembari mendongak menatap Niko.

"Di samping kakak aja," Calvin langsung mengerti kemudian menarik kursi dan menyuruhnya untuk duduk di sana. Galang dan Mikel saling memandang satu sama lain. Mereka berdua sangat penasaran dengan pemuda yang bersama Calvin. Sepertinya Calvin lupa memberi tau sebelum mereka bertanya sendiri pada Calvin.

"Pstt pstt,"Calvin mengakat kepalanya menatap Galang.

"Siapa?" tanya Galang tanpa mengeluarkan desus suars, ia menaikan satu aslinya sembari menunjuk ke arah Niko.

Calvin melirik Ke samping, ia Mengerti. Yang di maksud oleh Galang adalah Niko. Dia sampai lupa untuk memperkenalkan Niko.

"Oh, iya sampe lupa. Gal, kel kenalin ini adek sepupu gue namanya Niko," ucapnya sembari memperkenalkan Niko di hadapan Teman-temannya.

Sepupu? Sejak kapan Calvin punya sepupu cowok? Bukannya sepupu Calvin itu rata-rata cewek? Dan, juga Galang sangat tau bagaimana kehidupan Calvin, Calvin itu tipe orang yang cuek dan bodoh amat sama sekitarnya. Bahkan setau Galang, Calvin itu bisa di katakan jarang. Bukan jarang lagi tapi memang enggak pernah dekat dengan sepupunya apalagi sampai memperlakukan manis seperti tadi, itu sangat langka.

Dari Suaranya, kemudian tatapan, semuanya itu terlihat lembut dan penuh ketulusan. Galang pernah melihatnya sesekali waktu Calvin bersama Keyla. Ya, seperti itu lah sikap Calvin pada Niko. Yang katanya adalah sepupu Calvin.

" Oh," Galang beroria dan pura-pura mengerti.

"Dia kawaii," batin Mikel kagum

"Hai, Kenalin gue Niko," Niko mengulurkan tangannya ke arah Mikel sembari tersenyum manis.

"O-oh, iya. Kenalin mikel," balas Mikel.

Niko bergantian mengulurkan tangannya ke arah Galang, Galang membalasnya meskipun sebenarnya Galang tidak terlalu percaya bahwa cowok cantik di depannya itu adalah sepupu Calvin.

"Gue kerjain yang mana?" tanya Calvin.

"Yang itu aja," tunjuk Galang pada buku volio besar.

"Oke," balas Calvin kemudian segera menyelesaikan tugas-tugasnya.

"Tumben lo ngajak adek sepupu?" tanya Galang meski tangannya masih berfokus pada keybourd dan layar.

"Di suruh mama jagain," dalih Calvin berusaha netral saat menjawab pertanyaan Galang.

Galang beroria," di suruh mama jagain?" batin Galang.

"Niko, lu SMA atau udah kuliah?" tanya Mikel yang sepertinya cowok manis di depannya itu lebih menarik di bandingkan dengan tugas-tugasnya yang belum kelar.

"Kuliah kak," jawab Niko sopan.

"Kak? Jangan panggil kakak. Kita seumuran," Niko beroria kemudian mengangguk paham.

Wajah Mikel memerah waktu ia melihat senyum Niko, Entah, mengapa Niko terlihat sangat imut dan manis. Bahkan Mikel sendiri sampai merasa minder ketika berdekatan dengan Niko. Ternyata ada cowok secantik Niko? Mikel baru tau.

"Niko mau kue?" tanya Calvin menoleh ke samping.

Niko mengangguk antusias," mau mauuu," kata Niko senang. Namun, tiba-tiba saja Niko terdiam, dia baru menyadari kalau sikapnya yang manja baru saja terlihat oleh kedua teman Calvin.

Calvin tersenyum, dia mengelus kepala Niko pelan dengan tatapanya yang lembut." bentar yah, tunggu sini," kata Calvin mulai beranjak dari duduknya.

"Huum," Niko membiarkan Calvin pergi memesan cemilan kue dan juga coffe drink.

Mikel menoleh ke belakang memastikan Calvin belum selesai memesan. Karena ada satu atau dua pertanyaan yang mau Mikel tanyakan sama Niko.

"Nik," panggil Mikel.

Niko mendongak saat mendengar suara Mikel memanggilnya. " kenapa kel?" tanya Niko.

"Gak, papa. Gua penasaran aja," Omongan Mikel terjeda. Dia belum menyelesaikan ucapanya membuat dada Niko berdebar hebat.

"Pe-penasaran apa?" tanyanya sedikit gugup.

"Lo beneran cuma sepupuan sama Calvin?" tanya Mikel serius, suaranya terdengar seperti berbisik.

Pletak

Satu jitakan mendarat mulus di kepala Mikel, dapat di tebak bahwa pelakunya adalah Galang. Mikel meracau sakit sembari mengelus kepalanya pelan.

"Galang, lu apa-apansih!" omel Mikel membersut kesal.

"Kalau nanya sama orang tu di pikir2 dulu!" kata Galang seolah mendengar pertanyaan Mikel yang jelas seharusnya tidak perlu di pertanyakan karena itu privasi.

"Iya, tapi lu gak usah pake mukul gue," Galang menggeleng kepalnya, ia mulai menatap Niko yang mendadak tremor dan ketakutan akan pertanyaan Mikel. Dari awal Galang memang sudah tau bahwa Niko bukan lah sepupu Calvin, ia juga tidak begitu penasaran akan hal tersebut. Entah, itu teman atau lebih dari kata teman itu urusan Calvin.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C57
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen