App herunterladen
91.8% Sweet cheating (BL) / Chapter 56: Quinquaginta Sex

Kapitel 56: Quinquaginta Sex

Tangan calvin beralih menekan tengkuk Niko supaya memperdalam ciumanya. Calvin tau bahwa sekarang Niko sedang menangis, terlihat dari raut wajah Niko yang memelas meminta Calvin untuk memberhentikan lumatannya. Wajah Calvin kini juga ikut di basahi oleh air mata Niko, bulir-bulir itu berderai bersamaan dengan ciuman panas mereka. Calvin menikmatinya. Namun, tidak! untuk Niko.

Niko meremat bahu Calvin, kemudian Calvin melepas ciumanya yang berlangsung beberapa saat. Lidahnya kembali menjelajah ke jenjang yang lebih sensitif.

Calvin meraup, menjilat bahkan sampai mengigit leher Niko, dan membuat tanda kissmark di sana.

"Calvin, berhenti! Sakit…"

Niko menepuk bahu Calvin, "Calvin pleasee," Calvin mendengar itu semua, dia seakan tuli dan semakin gencar melakukanya dengan kasar. Calvin kembali mencium bibir Niko, sembari mengangkat tubuh Niko dan membaringkanya di atas kasur.

Calvin berhenti melumat, dia mengecup bibir itu dengan lembut, kemudian beralih ke pipi lalu ke kening Niko. Calvin tersenyum, dia mengusap air mata Niko, membersihkan bercak darah yang masih ada di sudut bibirnya.

"Kalau kamu nggak nakal, aku gak akan kasar sayang," ucap Calvin dan kembali mengecup keningnya.

Niko masih tersedu, meski Calvin berulang kali mengusap bulir yang keluar dari pelupuk matanya.

"lu jahat! gua udah bilang berhenti calvin berhenti. Tapi, lu tetep aja ngelanjutin…" Niko menangis sesenggukan.

Calvin tersenyum, tangannya mengelus pucuk rambut Niko. " Kan, aku sudah bilang. Kalau sayang nggak nakal, aku gak akan kasar. Muachh," Calvin mengecup bibir Niko sekilas.

"A-ku kan belum jelasin,"

"Jelasin apa? Aku udah nungguin kamu lama. Ternyata, malah sibuk hamburin baju di dalam lemari. Kalau sudah begitu? Siapa yang bakal ngerapihin, kalau bukan aku?!"

"Bu-bukan calvin," Niko mencembikkan bibirnya.

"Yaudah, ayo ganti baju. Jadi, ikut aku kan?" Niko mengangguk, Calvin membantu Niko terduduk dan kembali mengusap air mata Niko.

"Jangan nangis lagi yah," ucap Calvin lembut.

"Huum," Niko mengangguk, ia menatap wajah Calvin yang tengah sibuk memperhatikanya dengan telaten.

^^^

*Flashback on*

Niko kembali menilik layar ponsel dan memastikan bahwa alamat yang di berikan Rehan itu tidak salah. Ia berhenti di sebuah Gedung tinggi, letaknya di atas Mall garden pix. Tempat tersebut tak kalah mewahnya dengan Apartemen milik Calvin. Lokasinya tidak terlalu jauh dengan Apartemennya, dan berada di tengah kota yang ramai.

*Pesan*

Hubby : Membagikan lokasi

Hubby : kalau udah sampe bilang ya. Nanti biar aku jemput di bawah.

30 menit berlalu

Niko : Em, rehan gua udah sampe.

Hubby : Oke, aku ke bawah.

Sambil menunggu Rehan, Niko masuk ke dalam apartemen dan melewati loby. Mengitari setiap ruangan, ia berdecak kagum. Tidak menyangka bahwa Rehan akan tinggal di tempat sebagus ini. Mungkin kalau harga sewanya di total, sudah dapat membayar lunas kuliah Niko, bisa saja itu lebih.

Niko berjalan menuju lift, sembari bergumam pelan.

"Gimana pun caranya, gua harus putus dari Rehan. Gue gak mau terus-terusan kayak gini!" Monolognya, dan menggengam kuat tanganya sendiri.

Niko menekan tombol untuk membuka lift

Deg

Dada Niko berdebar kencang, ia membeku di tempat ketika melihat sosok Rehan berada di dalam lift yang sedang menatapnya sekarang.

Senyum Rehan merekah. Tak kala melihat Niko, cowok mungil yang sangat dirindukanya itu tengah berdiri di sana.

Tapi, itu semua berbeda dengan perasaan Niko. Justru Niko ingin segera menyelesaikan hubunganya bersama Rehan. Entah, atau cuma perasaan Niko saja disaat melihat Rehan dari jarak sedekat ini. Malah membuat hatinya gemetar dan tidak berani mengutarakan keinginanya.

Aura Rehan membuat dirinya tak bisa lagi mengucapkan sepatah dua kata. Mulutnya seakan di paksa untuk terkunci dan tidak berbicara.

Rehan menarik tangan Niko, Niko masuk ke dalam Lift dengan pandanganya tak bisa lepas dari Rehan. Saat pintu lift mulai tertutup, Rehan langsung memeluk cowok mungil itu. Kemudian Membawanya masuk ke dalam dekapan, mendiamkanya sejenak di dalam sana, sampai Rehan sendiri merasa lega. Rehan tidak berniat untuk melepaskan dan ingin terus berada di posisi seperti ini.

Sungguh Rehan merindukan Niko jauh dari lubuk hatinya. Dia memang mengancam Niko, dan membuat Mereka terjebak dalam perjanjian sebelah pihak. Rehan memaksa Niko supaya ia mau menjadi kekasih Rehan, dengan begitu Rehan akan tutup mulut dan tak akan memberi tau perihal tersebut pada Calvin maupun Keyla.

Namun, lambat laun perasaanya benar-benar nyata. Dia menyukai Niko dan tidak ingin melepaskanya.

Sementara Niko ia sama sekali tidak menolak. Malah membiarkan seseorang mengambil alih tubuhnya selain Calvin. Niatnya kini gagal, tidak tau mengapa ketika bersama Rehan, Niko membungkam seolah tak bisa mengeluarkan kata-kata yang sudah di siapkan jauh-jauh dari hari sebelumnya.

"Gue kangen," lirih Rehan.

"G-gue juga," jawab Niko membuat bibirnya mengembang.

"Lu marah sama gua?" tanya Rehan.

Niko yang mendengar itu refleks menggeleng kepalanya. Sebentar! ini bukan keinginan hatinya. Tapi, tubuhnya bergerak dengan sendiri. Bahkan Niko sendiri juga tidak mengerti.

Cup

Rehan mengecup bibir Niko dengan lembut, kali ini Niko juga tidak marah. Ada apa dengan dirinya? Rehan semakin mengeratkan rengkuhanya, dia memeluk pinggang Niko membuat kedua insan sama bentuk itu saling bersitatap.

"Terus, semingguan ini kamu kemana by?" tanya Rehan dengan suara rendah.

Niko terdiam ia belum menjawab dan masih mendongak menatap mata biru si pria berambut brunette.

"Di tanyain kok, malah diem sih? Hum," Rehan menyentuh wajah Niko menyisirnya dengan jari telunjuk.

Deg

Hangat, itu yang Niko rasakan. Sentuhanya cukup membuat Niko kembali berdebar. Tremor di dadanya tak mampu ia kontrol dengan sempurna.

"Hum, nanti deh gue jelasin. Tapi, jangan di sini," Rehan mengerti lalu di sertai dengan anggukan pelan.

Rehan mengecup kening Niko, Niko tersenyum tipis. Ia tau ini adalah sebuah kesalahan besar. Entah, lah Niko tidak mau mempermasalahkanya sekarang.

Beberapa saat detingan lift berbunyi dan berhenti di lantai 10. Mereka berdua melenggang keluar, Rehan merangkul bahu Niko dan menyusuri lorong melewati beberapa pintu kamar dan sampailah mereka di pintu nomor 350C.

Rehan melepas rangkulanya kemudian beralih membuka password Apartemen.

"Ayo," ajak rehan menggengam lengan Niko.

Niko mengangguk dia membuntut di belakang Rehan. Niko celinguk menatap sana ke mari. Memandang setiap sudut ruangan yang terlihat bersih dan rapi. Ternyata Rehan adalah orang yang bersihan, dan tak heran jika dia memang terlihat menawan sekarang. Berbeda dengan beberapa tahun lalu saat mereka masih duduk di bangku SMA.

Sudah lah Niko tidak mau memikirkanya lagi, Niko mengikuti langkah Rehan yang mengantarkanya sampai di titik ruang tengah.

Rehan mengerut keningnya ketika menyadari sedari tadi Niko hanya berfokus pada ruangannya bersih.

"Kenapa?" tanya Rehan mengikuti arah mata Niko dan berakhir saling menatap.

Deg

Kenapa Rehan terlihat berbeda dari sebelumnya? Tatapan tulus dari Rehan sulit untuk di mengerti oleh Niko.

"Gak, papa." jawabnya," apartemen kamu bersih," lanjut Niko.

"Kamu rajin ya," ucap Niko lagi sembari menoleh ke arah Rehan. Sebentar! Kenapa Niko jadi memanggil Rehan dengan sebutan kamu. Ah, ada apa dengan dirinya.

"Aku sewa maid. Ini bukan aku yang bersihin," Mulut Niko membentuk huruf O.

"Kenapa?" tanya Rehan. Niko menggeleng kepalanya pelan.

Rehan tersenyum, " Nik!" Rehan memanggil Niko.

Rehan masih terdiam dan perhatianya kini beralih menatap lekat wajah Niko. Sorot mata Niko juga mengikuti arah pandangan Rehan yang sama. Manik matanya berganti melirik tangan Rehan yang sedang menggengam erat kedua tanganya. Rehan mengeratkan genggamnya sembari mengelus punggung tangan Niko pelan.

Niko menelan salivanya, Niko menjadi sangat gugup ketika mereka saling bersitatap lama. Niko masih menunggu Rehan mengatakan sesuatu yang belum keluar dari mulut dan hati Rehan.

"Kenap—,"

"Gua suka sama lu," kata Rehan.

Niko juga tau. Bukannya Rehan sudah pernah mengatakan hal ini sebelumnya?

"G—,"

"Gue beneran suka sama lo!" Rehan menakan kata suka, meyakinkan Niko agar dapat mempercayai kata-kata Rehan barusan.

"Awalnya, gua cuma pengen hubungan Calvin sama keyla hancur dengan cara ngerebut lo dari Calvin. Gua tau, selama ini lo emang selingkuh dari keyla. Tapi, setelah gua pikir-pikir, dan gua malu untuk mengakuinya. Gua beneran suka sama lo niko! Omongan gua itu bener, dan ini dari hati gue secara langsung. Gue sayang sama lo,"

"Maksud lo?" tanya Niko tidak mengerti sama sekali.

"Pernyataan gua sebelumnya itu bullshit. Supaya lo mau nerima tawaran gue, tepi sebenarnya gue beneran sayang sama lo. Entah, gue juga gak tau. Tapi, gue perjelas kalau gue cemburu lo deket sama Calvin. "

Rehan memandang dengan tatapan tulus ke arah Niko, Niko memalingkan wajahnya menyembunyikan rasa gugupnya saat ini.

Niko bingung harus menjawab apa. Niatnya ingin memutuskan hubungan Rehan menjadi tertunda. Kenapa, Niko sangat senang saat mendengar Rehan menyatakan perasaanya dengan tulus. Bukan kan seharusnya dia marah?! Atau, segera pergi meninggalkan Rehan.

"Nik," Rehan menangkup wajah Niko membuat Niko menoleh menatap Rehan.

"Gimana perasaan lo ke gua?" tanya Rehan.

"G-gua gak tau. Gua gak pengen ini berlanjut, gue sayang sama Calvin," Niko menunduk, ia tau jawabanya membuat hati Rehan terluka sekaligus kecewa. Ruang hatinya yang semula tumbuh kini kembali patah karena mendengar jawaban dari Niko.

Namun, Rehan dapat mengerti posisi Niko sekarang.

"Gue ngerti," ucap Rehan membuat Niko mendongak.

"Gua boleh peluk?" tanya Rehan.

Niko masih mematung namun detik kemudian Niko mengangguk kepalanya pelan. Rehan merentangkan tangannya, Niko langsung memeluk pinggang Rehan dengan erat lalu menyembunyikan kepalanya di dada bidang milik Rehan.

Nyaman

Itu yang Niko rasakan sekarang.

"Gua gak bakal ngancam lo lagi, asalkan lo tetep mau sama gue nik," ujar Rehan mulai merenggangkan pelukanya.

Niko mengangkat kepalanya, bibirnya tersenyum lalu di barengi dengan anggukan pelan.

"Kita masih pacaran kan?" Niko membisu, Niko ingin menjawab mereka bukan lagi pacaran dan Niko mau ingin memutuskan hubunganya sekarang. Namun, apa daya itu semua tidak tergerak oleh hati dan tubuhnya. Malahan Niko mengiyakan ucapan Rehan yang seharusnya Niko menolak.

Rehan tersenyum bahagia.

Cup

Niko bisa merasakan deru nafas Rehan ketika Rehan mulai menempelkan bibirnya diam di sana. Rehan kembali menatap Niko. Rehan menangkup wajah Niko dengan kedua tangannya, pandanganya tak bisa lepas dari Niko.

"I love you by."

"..."

"Kok, gak di jawab?" tanya Rehan kecewa.

"I- ilove you to hubby," Bibir Rehan tersenyum lebar.

Rehan mendekatkan wajahnya, dia memiringkan kepalanya ke samping kemudian mengecup bibir Niko dengan lembut. Niko membalas ciuman Rehan, mereka pun saling menikmati ciuman sesama lelaki.

"Maaf,Calvin maaf…" batin Niko yang terus mengatakan Maaf pada Calvin. Namun, instingnya tak bisa memberhentikan aksinya itu, Lidahnya lebih dalam masuk ke dalam mulut Rehan, dan membalas lumatan panas dari Rehan.

*Flashback Off*


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C56
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen