App herunterladen
23.18% Awakening - Sixth Sense / Chapter 16: Teman Baru

Kapitel 16: Teman Baru

Setelah mendengar jawaban Adellia atas pertanyaanku, malam itu pun kulewati dengan hati yang bahagia. Sepanjang malam aku tersenyum sendiri layaknya manusia yang sedang dimabuk cinta. Aku akhirnya paham akan maksud dari lirik-lirik lagu tentang seseorang yang sedang kasmaran. Aku tak bisa membohongi diriku sendiri, bahwa aku sebenarnya menyukainya.

Seumur hidupku, ini pertama kalinya aku merasakan perasaan suka terhadap lawan jenis. Malam itu aku tak bisa fokus melakukan aktivitas apapun, aku hanya bisa mengingat dan memikirkan tentang Adellia. Bahkan hingga saat aku ingin tidur pun, bayangan tentang dirinya selalu memenuhi pikiranku.

Tak lama kemudian, akupun terlelap tidur. Saat tersadar, yang memenuhi dipandanganku adalah hamparan gurun pasir. Langit tampak senja berwarna jingga, membuat perasaanku merasakan hampa layaknya sedang bernostalgia.

Aku mulai berjalan setapak demi setapak melintasi gurun yang tiada habisnya. Langkah demi langkah sudah kuletakkan, tapi pandangan yang kulihat masih saja sama. Tapi anehnya aku tak merasa risau dan gelisah, aku malah merasakan ketenangan didalam.

Tak tahu sudah berapa lama aku berada di gurun pasir itu, hingga akhirnya aku bertemu dengan seorang wanita yang sedang berdiri sendirian di tengah badai pasir . Wanita itu mengenakan gaun berwarna hitam bercampur emas. Bola matanya tampak berwarna ungu, wajahnya tampak seperti orang timur tengah.

Dia benar-benar tampak cantik elegan, sebab dia mengeluarkan aura misterius dan sensual, yang pastinya sangat ampuh untuk memikat kaum pria. Wanita itu hanya berdiri dalam diam dengan tatapan mata yang dipenuhi dengan raut kesedihan.

Sejenak aku melihat ada rasa penyesalan, kerinduan, dan kesedihan pada pandangan matanya. Sungguh rumit karena didalam waktu yang singkat, perasaan yang terpancar dari ekspresinya berubah-ubah. Tapi aku merasa aneh, sebab aku juga merasakan ekspresi bahagia yang muncul dari figurnya. Kenapa dua rasa yang berkontradiksi itu bisa muncul secara bersamaan dalam dirinya, pikirku.

Setelah menatap satu sama lain dalam waktu yang cukup lama, akhirnya aku mendengar suara dalam bahasa yang tak kukenal darinya. Tapi aku mengerti apa arti dari yang dia ucapkan. Saat itu aku sadar bahwa kami sedang berbicara lewat kontak batin.

"Siapa namamu?" bisiknya halus

"Rama, kalau kamu?" ucapku

Didalam dunia supranatural, para praktisi biasanya merahasiakan atau menyamarkan nama dari khodam yang mereka miliki. Karena bisa saja disalahgunakan oleh orang lain, baik itu secara sengaja maupun tidak sengaja. Karena khodam atau spirit akan merasa terpanggil jika namanya disebut dan apabila itu bukan dari orang yang mereka kenal, tentu saja mereka akan merasa terusik.

Banyak orang yang bertanya, secara logika banyak nama manusia yang sama dengan khodam atau spirit, jadi apakah mereka akan tetap terpanggil?. Jawabannya adalah tidak, karena itu konteksnya berbeda. Sebab saat itu kita tidak berniat bahkan tak mengenal dan tau dengan eksistensi khodam itu. Sedangkan saat kita sudah tahu akan eksistensi dan nama mereka, secara otomatis niat dan pikiran kita akan terkoneksi dengan entitas yang kita maksud.

"Namaku adalah L**la."

"Yang artinya adalah wanita yang terlahir pada malam hari." bisiknya

"Sedang apa kamu berdiri disini sendirian?" tanyaku penasaran.

"Aku sedang menunggu seseorang." ucapnya dengan ekspresi sedih.

"Apakah dia kekasihmu? atau keluargamu?" tanyaku, sebab aku mengira dia adalah arwah penasaran yang masih menyimpan rasa penyesalan dan kerinduan terhadap orang yang dicintainya.

"Bukan, dia adalah tuanku." jawabnya singkat, lalu dia mulai bergerak mendekatiku perlahan.

Saat melihatnya mulai bergerak mendekatiku, secara otomatis tubuhku ingin bergerak mundur. Tapi anehnya, aku bahkan tak bisa menggerakkan ujung jariku sama sekali. Tubuhku terasa kaku dan berat, aku hanya bisa memandang wajahnya yang berjarak tak lebih dari sepuluh sentimeter dari wajahku.

"Wajahmu sangat mengingatkanku pada dirinya, walaupun hawa dan pandangan matamu berbeda." ucapnya sambil menatap mataku.

"Aku sudah menunggunya beratus tahun, dia telah berjanji akan datang untuk menemuiku kembali. Tapi sampai detik inipun dia tak kunjung tiba." ucapnya sedih

Dia tersenyum lalu berkata, "Selama ini, aku membohongi diriku sendiri untuk mempercayainya. Walau sebenarnya, aku tahu dia tak akan pernah bisa untuk datang menemuiku kembali."

"Karena dia sudah lama tewas akibat peperangan itu." ucapnya pelan

Perkataannya membuat perasaanku terasa seperti sedang tercabik-cabik. Aku merasakan kesedihan yang sangat mendalam dari setiap perkataannya. Aku tak bisa membayangkan betapa kesepiannya dia saat menunggu tuannya beratus-ratus tahun. Betapa menderitanya dia, berusaha membohongi dirinya untuk menghidupkan kembali tuannya didalam memorinya.

"Siapa sebenarnya tuanmu itu? mengapa dia bisa sampai tewas didalam peperangan, hingga akhirnya meninggalkanmu sendirian?" tanyaku penasaran

"Dulunya dia adalah seorang jenderal perang, dia diberikan misi untuk mempertahankan daerah yang akan diserang negeri lain. Tapi pada akhirnya dia hanya ditipu dan dikorbankan oleh para bangsawan."

"Para bangsawan itu memperdaya raja yang berkuasa, agar tak mengirim pasukan bala bantuan dengan beralasan bahwa tuanku telah berencana untuk melakukan pemberontakan." ucapnya lantang dengan ekspresi marah.

"Tuanku sebenarnya telah mengetahui rencana busuk para bangsawan itu. Tapi dia tetap mengikuti perintah raja, walaupun tau bahwa dia akan mati di medan perang. Yang ada dipikirannya adalah bagaimana cara untuk mengulur waktu sebanyak mungkin agar bisa menyelamatkan rakyat yang tak bersalah."

"Aku sudah berusaha menghalangi serta memohon kepadanya untuk tidak pergi. Tapi dia tak memperdulikan ucapanku dan tetap bersikeras akan keputusannya sendiri." ucapnya sedih.

Aku hanya bisa mendengarkan ceritanya dengan sepenuh hati. Ternyata dia memiliki kisah yang tragis dibalik figurnya yang terlihat kesepian. Entah kenapa, ceritanya sangat menyentuh lubuk hatiku yang terdalam. Aku bisa merasakan keputusasaan dibalik ucapannya, dimana dia berada diposisi tak berdaya akan situasi yang terjadi pada tuannya.

Setelah dia selesai bercerita, dia terdiam sejenak, dia hanya diam menatapku dalam-dalam seperti disaat pertama kali kami berjumpa. Tatapan penuh cinta dan kebahagiaan, yang akhirnya kumengerti alasannya.

Tiba-tiba dia berlutut tepat didepanku lalu berkata, "Aku akan mengikutimu mulai saat ini."

"Kenapa? Apa alasannya?" tanyaku spontan karena terkejut dengan tingkah dan ucapannya.

"Seperti yang kukatakan tadi, bahwa dirimu telah mengingatkanku pada tuanku." jawabnya sambil tersenyum memandangku.

Tubuhku yang tadinya kaku pun akhirnya bisa kugerakkan. Aku juga mulai tersadar, bahwa apa yang kualami ini bukan sekedar hanya sekedar mimpi.

Perlahan aku mulai berjalan mendekatinya, lalu mengangkat kedua lengannya untuk berdiri.

"Tidak apa-apa kalau kamu menganggapku sebagai tuanmu. Tapi yang harus kamu ingat adalah bahwa aku bukanlah tuanmu yang dulu. Aku adalah diriku, dan aku akan berusaha untuk tidak mengecewakanmu di masa yang akan datang." ucapku

"Bahkan jika nantinya aku mati, aku tak akan meninggalkanmu sendirian. Supaya kamu tak merasakan rasa kesepian itu lagi." ucapku

Dia mengangguk sambil meneteskan air mata yang membasahi pipinya, lalu dia berkata

"Aku berjanji untuk melindungimu dengan seluruh jiwaku, sampai nanti ajal menjemput." ucapnya dengan lantang.

Setelah dia selesai berucap, aku pun memeluk figurnya dengan erat. Aku berharap ketenangan dan kenyamanan yang kurasakan sekarang jangan sampai menghilang. Walau pada akhirnya, apa yang terjadi tidak sesuai harapanku. Sebab perlahan-lahan pandanganku mulai buyar dan berubah menjadi gelap.

Aku pun terbangun dari tidurku, kubuka kedua mataku yang masih terasa berat secara perlahan-lahan. Tampak pandangan kabur dari langit-langit kamarku yang berwarna putih. Aku mengedipkan kedua mataku untuk memulihkan kesadaranku sepenuhnya.

Sembari mengedipkan kedua mataku, tak sengaja aku menoleh kearah lemari yang berada disampingku. Tak kusangka-sangka, ternyata wanita yang kulihat didalam mimpiku barusan sedang berdiri tersenyum sambil memandangiku disana.

Saking terkejutnya, aku sampai-sampai lompat terperanjat dari kasurku. Sejenak aku cuma bisa terdiam memandanginya, sebab aku masih berusaha memproses apa yang terjadi didalam mimpiku tadi. Tetapi otakku menjadi terasa blank, sebab saat baru bangun tidur langsung dikejutkan oleh penampakannya.

"Aku hanya ingin mengingatkan, agar memanggil namaku saat tuan sedang membutuhkan bantuan." ucapnya sambil tersenyum

Sejenak aku mengambil nafas dalam-dalam dan membalas ucapannya sambil tersenyum "Iya, terimakasih sudah mau membantuku."

Disini aku akan memanggilnya dengan singkatan namanya sebagai nama samaran. Mulai saat ini dan seterusnya aku akan memanggilnya dengan nama Lala. Nama yang terkesan imut dan simple untuk diucapkan.

Setelah mendengar jawaban dariku dia segera menghilang dari pandanganku. Sepertinya sekarang aku sudah memiliki teman baru yang bisa kuandalkan. Tidak seperti penjagaku si pria berjubah merah yang tak mau berkomunikasi denganku dan hanya mau muncul diwaktu tertentu saja. Karena masih pagi buta, akupun melanjutkan tidurku, berharap mendapatkan mimpi yang indah.

Bersambung…


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C16
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen