"Kau harus bangun." Malik menatap sosok terlihat seperti seseorang yang sedang tidur. Ia memegang tangan yang hangat, dan nadi wanita itu pun masih berdenyut.
Wanita hidup, ya tentu saja masih. Namun, roh dari wanita itu tengah berada dalam suatu tempat. Butuh waktu untuk kembali.
"Kita punya banyak mimpi yang belum kita wujudkan. Kau pasti mengingat semuanya dengan jelas." Malik tertunduk.
Sebagai seorang pria, ia diajarkan untuk tidak meneteskan air mata. Namun akhir-akhir ini, ia melanggar pantangan itu. Ia menangis seperti seseorang yang lemah. Ia bahkan merasa tak berdaya, seolah rohnya tak memiliki semangat hidup.
(Wanita adalah kelemahan. Sebuah keluarga adalah kehancuran.)
Hal yang selama ini diajarkan oleh Thunder. Malik tak mengerti, tetapi saat ini, ia paham dengan kalimat Thunder. Namun tetap, baginya istrinya bukan kelemahan dan keluarganya bukan kehancuran. Mereka adalah kekuatan yang membuatnya bisa bertahan hidup dan tetap sadar pada kewarasan.