Kai berdiri di sebuah nisan. Nama ayahnya terukir pada nisan itu. Tak ada air mata yang menetes. Ia berdiri tegap, gagah, seakan tidak ada yang bisa menjatuhkannya.
Namun hanya Lily yang paham bagaimana isi hati Kai yang sebenarnya. Pria itu tidak ingin terlihat lemah. Kadang Lily bertanya-tanya, kenapa seorang pria harus berpura-pura dan menutupi perasaan yang ada di hatinya?
Tidak ada yang salah dari seorang pria yang menangis. Seperti saat seseorang sedang bahagia, maka dia akan tertawa. Dan sebaliknya, saat seseorang sedang bersedih, maka dia akan menangis.
"Maafkan kami, Kai. Kami telah berbuat dosa besar!"
Dua puluh pria berlutut di depan Kai. Pria-pria itu adalah anak buah sang ayah. Anak buah yang seharusnya melindungi tuannya. Namun mereka malah memilih melarikan diri. Dan alasan mereka adalah, ayahnya lah yang meminta mereka pergi.