Ia berusaha dengan keras untuk bisa tidur, namun bayang-bayang Xiao Moli selalu saja muncul. Ternyata pria kejam dan berlidah beracun itu juga memiliki sisi lembut dalam dirinya. Entahlah siapa yang sedang menelponnya itu, hingga dia bisa menunjukkan sisi lembutnya. An Ziqi menduga, jika itu adalah orang yang pria itu sukai.
An Ziqi berpikir dengan marah, menurutnya para lelaki sangat suka mempermainkan para wanita saja. Akan ada pria yang menyukainya, dan ada pula pria yang berani mempermainkannya. Sungguh, para wanita itu memiliki penilaian yang sangat buruk.
Sshh, bibirnya benar-benar terasa sakit. Pria itu sudah seperti binatang buas saja!
Keesokan harinya, An Ziqi membuat sarapan sambil memegangi pinggangnya. Meskipun sofanya empuk, nyatanya pinggangnya jadi sakit setelah tidur disana semalaman. Sekali lagi, dengan marah dia mengutuk seseorang yang telah membuatnya tidur di sofa.
Di tempat lain, Xiao Moli sudah bangun, setelah itu dia memutuskan keluar dari kamarnya. Sebab dia mencium aroma yang sangat menggoda.
Saat melihat seseorang sedang sibuk di dapur, membuat Xiao Moli merasa kaget.
Tak lama, Xiao Yinning menyusul keluar dari kamar tidurnya, dan melihat Xiao Moli berdiri di koridor dan menghalangi jalannya. Dengan tenang Yinning melewatinya dan berjalan menuju ruang makan.
Melihat An Ziqi terus menerus memegangi pinggangnya membuat Yinning bertanya, "Ibu, apakah kamu tadi malam ditindih lagi oleh Ayah?"
Tangan An Ziqi yang sedang memegang piring langsung bergetar, dan hampir menjadikan piring itu sebagai alat untuk menyembunyikan wajahnya.
Meletakkan sarapan di meja, An Ziqi kemudian berbalik dan mencubit pipi Xiao Yinning yang putih dan lembut, serta menggertakkan giginya, "Diam, kamu hanya anak kecil yang baru berumur lima tahun, oke? Dan aku belum selesai berurusan denganmu. Kamu bilang ayahmu tidak akan kembali, bukan?"
"Ya, tapi aku tidak tahu kalau dia ternyata kembali."
Wajah kecil Xiao Yinning berkerut sambil menatap An Ziqi dengan sedih, "Sakit."
An Ziqi merasa kasihan, tapi juga membuat An Ziqi menggertakkan giginya dan melotot padanya, lalu melepaskan, "Untungnya kamu bukan anak kandungku, jika benar, maka aku akan menggantung dan memukulmu dengan keras!"
Xiao Yining mengusap wajahnya yang merah, dan berkata dalam hati 'Ibu sangat kejam!' Berharap dia tidak akan melakukan hal itu, jika dia tahu kebenarannya!
Xiao Moli yang sedari tadi berdiri di koridor, hanya mengawasi dari kejauhan. Di ruang makan, terlihat An Ziqi dan Xiao Yinning yang sedang bertengkar pada saat sarapan. Entah kenapa, terdapat kehangatan dalam hatinya saat melihat interaksi keduanya.
'Kehidupan seperti ini ternyata lebih baik!' Sambil kakinya yang panjang mulai melangkah, dan berjalan menuju ruang makan.
Duduk di meja makan, dia melihat An Ziqi lalu berkata dengan percaya diri, "Sarapan."
Dengan cemberut, An Ziqi bangkit lalu pergi ke dapur dan membawakan sarapan untuk disajikan ke Xiao Moli.
Xiao Moli dengan elegan mengambil peralatan makan dan mulai makan dalam suasana hati yang sedang berbahagia.
Mata Xiao Yinning terus memperhatikan An Ziqi dan Xiao Moli. Setelah itu, dia kembali menundukkan kepalanya untuk melanjutkan sarapannya.
Sambil makan, An Ziqi mengeluarkan ponselnya lalu melihat jam yang tertera.
'Ya Tuhan, ini sudah sangat terlambat.'
Dengan tergesa-gesa An Ziqi hanya memasukkan beberapa suap makanan ke dalam mulutnya, kemudian bangkit dan berkata kepada Xiao Yinning.
"Sayang, habiskan makananmu ya. Ibu sekarang harus segera pergi untuk menghadiri pelatihan, Karena ibu tidak punya cukup waktu, jadi ibu tidak bisa menunggumu."
Setelah mengatakannya, An Ziqi mencium pipi kecil Xiao Yinning lalu mengambil tasnya dan bergegas keluar dari rumah.
Xiao Yinning mengulurkan tangan untuk mengusap air mata yang ada di wajahnya. Matanya yang besar melihat ke arah Xiao Moli dan berkata, "Di jam segini, tidak akan ada taksi yang lewat di depan apartemen."
Xiao Moli mengambil minuman di depannya lalu menyesapnya dengan anggun, dan berkata dengan dingin, "Itu bukan urusanku."
Dengan perlahan menyelesaikan suapan terakhirnya di piring, lalu bangkit dan mengambil jasnya kemudian menyusul keluar.
Di depan gerbang apartemen Grand Master, terlihat An Ziqi berdiri di pinggir jalan, dan menunggu cukup lama. Tapi tidak satupun ada kendaraan yang lewat. Memeriksa waktu dengan cemas, karena dia tidak ingin terlambat pada hari pertama pelatihan.
Sudah tidak bisa menunggu lagi, jadi An Ziqi memutuskan untuk berjalan saja. Sambil menggertakkan giginya dan baru beberapa langkah dia berjalan, tiba-tiba sebuah mobil Ferrari berwarna merah dengan suara yang sangat bising, berhenti tepat di sampingnya.