App herunterladen
7.5% "Ku Tunggu Kau di Surga" / Chapter 30: Hilangnya Lea

Kapitel 30: Hilangnya Lea

Bab 30

Sementara dikamar ruangan, tinggalah Jack dan Nirmala berdua. Jack menyeret kursi dan didekatkan pada ranjang Nirmala dimana dia berbaring.

Dengan selang infus yang masih terpasang lewat punggung tangannya. Nirmala melihat cairan itu menetes dengan sangat pelan belum juga habis separuhnya.

Malam ini rasanya memang terasa berbeda dari biasanya. Seluruh tubuhnya terasa sakit. Terutama pada kepala.

Sering kali pandangan terlihat kabur, tak nampak jelas, suara-suara pelanpun tidak dapat dia dengar lagi, kadang terdengar jelas kadang tidak terdengar sama sekali.

"Apa kanker darah ini sudah menyebar keseluruh tubuhku? Ya Allah berilah hamba kekuatan dan kesembuhan. Untuk melawan penyakit ini," pintanya pada Sang Pencipta.

Jack Wilson melihatnya dengan kasihan, dia berfikir Nirmala berasal dari keluarga miskin dan tidak bisa melakukan semuanya dengan tanpa uang.

Jack menggenggam tangan Nirmala, namun Nirmala menolaknya. Dia singkirkan telapak tangan yang besar dan putih itu ke sembarang arah.

"Apa yang saat ini kau fikirkan!" Tanya Jack Wilson memulai pembicaraan, melihat Nirmala tidak bisa memejamkan mata dia menemaninya.

"Aku tidak memikirkan apapun," jawabnya datar. Dengan tidak melirik Jack sama sekali.

Jack mendekatkan wajahnya kearah Nirmala. Dia angkat dagunya untuk menatapnya sebentar.

Dengan sengaja mereka bertatapan satu sama lain. Nirmala melihat kesungguhan dan kebaikan hati Jack dari sorot matanya. Dia pria yang baik.

Sedangkan Jack melihat Nirmala dengan tatapan penuh cinta untuknya. Dia mencintai gadis itu sejak pertama melihatnya.

"Issabella, aku ingin mengutarakan satu hal padamu!" Ungkap Jack. Nirmala menerka bahwa dia akan mengungkapkan perasaanya padanya.

"Kamu jangan bicara apapun. Aku ingin istirahat," Kata Nirmala memotong ucapan Jack yang terputus.

Nirmala tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun saat ini. Dia hanya ingin sembuh.

"Baiklah jika kamu ingin beristirahat, aku akan keluar tidak akan mengganggumu," Kata Jack berdiri dan meninggalkan Nirmala yang berbaring membelakanginya.

"Perempuan itu, belum mendengarkanku bicara. Sudah memalingkan wajahnya." Gumam Jack dalam hati merasa sedikit sebal.

"Padahal dia tidak pernah ditolak sekalipun sama perempuan. Hanya dia yang berani mengacuhkanku," lanjutnya lagi dengan berjalan menuju cafetaria rumah sakit menyusul dua orang tadi.

Perasaannya berkecamuk tidak menentu. Apakah dia bisa mendapatkan hati Issabella.

Sampainya di cafetaria rumah sakit yang lumayan besar itu, dia melihat Leon dan paman Jhony di kursi paling pojok belakang. Dia segera bergabung dengan mereka.

"Dia tidur Tuan?" Tanya Paman Jhony.

"Ya Pak, dia beristirahat tidak ingin diganggu," jawab Jack. Satu writer mendatanginya menawarkan pesanan untuknya.

"Beef steak black pepper satu, sama lemon juice!" Ucap Jack pada writers.

"Baik Tuan, mohon ditunggu!" Ucap perempuan bertopi putih.

Tidak lama itu dia kembali membawa nampan berisi pesanan Jack.

"Silahkan Tuan!"

Ponsel Leon kembali berdering, dia melihatnya lagi, Lea lagi menelphone.

"Maaf Tuan saya permisi mengangkat telepon."

Leon menjauh dari kedua orang yang masih melahap pesanan mereka. Segera dia mengangkat telepon dari Lea.

"Hallo sayang!!" Sapanya mula-mula pada perempuan pujaan hatinya.

"Kamu kemana aja gak mau ngangkat telepon aku Leon!" Tanya Lea dengan nada tinggi. Seperti ingin melahap orang yang ada didepannya.

"Kamu gak lihat ini jam berapa sayang? Aku masih ngantuk!" Jawab Leon sambil menguap. Leon tidak memberitahukan kalau dia sekarang bekerja dengan Tuan Jack Wilson sebagai supir pribadinya.

Jika sampai Lea mengetahui pekerjaannya saat ini, mungkin dia akan dipecat jadi pacarnya.

"Jemput aku sekarang Leon!" Pinta Lea dengan setengah berteriak suaranya sepertinya ngelantur.

"Kamu dimana?" Tanya Leon panik. Mana dini hari dia ada diluar rumah.

"Abu baru dari rumah Kannya Leon! Kita habis minum-minum. Orang tuanya lagi keluar kota. Kita minum sampai mabuk!" Ungkap Lea nada bicaranya naik turun, karena mabuk berat.

"Kenapa sering banget kamu mabuk-mabukan gini sayang? Sekarang posisi kamu dimana?" Tanya Leon khawatir.

"Anak ini. Belum seminggu jadi pacarnya, tapi kelakuannya bikin aku kesal. Apa sebelum bersamaku sudah jadi kebiasaannya mabuk-mabukan seperti itu?" Gumamnya bergegas meminta izin Tuan Jack menjemputnya.

Lea sudah mematikan panggilannya. Membuat Leon sangat khawatir. Dia menghubungi Kannya.

Kannya memberitahukan bahwa Lea sudah pulang dari tadi dalam keadaan mabuk berat.

"Leon, dia sudah pulang dari tadi, katanya kamu sudah menunggunya diluar. Jadi aku tidak mengantarnya keluar," kata Kannya

"Mengapa kamu mengajak dia minum lagi? Bukannya tiga hari yang lalu kita sudah ke Club itu untuk minum?"

"Maaf Leon, aku ingin ngajak happy teman-teman aku aja!"ucap Kannya tidak punya rasa bersalah sedikitpun. Memang teman-teman Lea tidak satupun yang beres.

"Dasar kamu! Apa kamu tahu sekarang Lea dimana? Aku dijalan sedang mencarinya belum ketemu juga," ucap Leon dengan nada tinggi. Menekan Kannya supaya menyadari kesalahannya. Namun dasar gadis bebal. Tidak akan tahu bagaimana rasanya penyesalan.

Leon mencari disekitaran rumah Kanya, dia tidak menemukan gadis itu. Hingga 3 kali putaran dia melewati kompleks perumahan Kannya namun tidak menemukan gadisnya. Fikiran Leon sudah tidak tentu. Dalam fikiran Leon pasti terjadi sesuatu terhadap kekasihnya.

"Lea, kamu dimana sebenarnya. Apa kamu sudah pulang kerumahmu. Ah, tapi dalam kondisi mabuk kamu tidak akan berani pulang," fikirnya dengan beberapa kali menghubungi nomer handphone Lea namun tidak diangkat. Di kirim pesan tidak dibaca.

"Ayo dong Lea angkat panggilan ku, Atau minimal balas pesanku. Membuatku khawatir saja," gerutu Leon sendiri dengan menoleh kanan kiri mencari keberadaan Lea. Sambil sesekali melihat ke arah ponselnya.

Tidak lama setelah itu dia melihat dua orang pria menggoda seorang wanita yang dihimpit didepan pohon pinggir jalan raya. Jalanan itu sepi meski jalan raya hampir tidak ada satupun orang yang lewat disana.

Leon menepikan mobil Tuannya. Dan menghampiri gadis dibalik pohon itu.

"Hentikan!" Teriak Leon segera menghampiri dan akan menolong gadis itu.

Dia melihat wajah gadis itu, yang tidak disangkanya adalah Lea kekasihnya.

"Lea?" Sapanya tidak menyangka.

"Leon!"

Segera dia menghajar satu persatu pria-pria itu. Dengan kerasnya dia menghantam mukanya hingga babak belur. Tanpa ampun. Perkelahian itu berdominan pada Leon. Kedua pria itu lari terbirit-birit meninggalkan Leon. Dia takut pria itu menghabisi mereka.

Leon menghampiri Lea yang menangis di balik pohon. Dengan baju yang sobek pundaknya, Leon sudah berfikir negatif padanya.

"Apa yang mereka lakukan padamu?" Tanya Leon memeluk tubuh Lea yang dingin.

"Kamu baik-baik saja kan Lea?" Lagi tanyanya menunggu Lea bicara. Namun masih membungkam mulutnya.

Leon melepaskan tubuh Lea dan menutupi tubuh Lea dengan jaket yang dipakainya.

"Lea? Apa yang mereka lakukan padamu?" Tanya Leon dengan mengoyakan tubuh Lea.

"Aku tidak apa-apa Leon," jawab Lea

"Bagaimana bisa kamu bicara tidak apa-apa, sedang keadaanmu seperti ini!" Jawab Leon melihat Lea yang bajunya sudah tidak terlihat rapi.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C30
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen