"Mmhh ... mmhh .... "
Air mata Arsena meniti semakin deras. Hari semakin gelap, namun tidak ada orang yang bisa menemukannya. Gadis itu hanya bisa terduduk lepas, dengan kedua tangan terikat dan mulut dibungkam.
Tubuhnya bersandar di bawah pohon yang entah apa namanya. Wajahnya mendongak, menatap langit malam yang tidak ditaburi bintang sama sekali. Apa malam ini hujan akan turun?
Hatinya selalu membatin, meluapkan sesak dan marah yang bergejolak. Jika hujan akan turun, lalu bagaimana dengan nasibnya?
Suara sepatu berlarian membuat wajah gadis itu menoleh pada ujung lorong yang terhubung ke arah gedung. Dia beringsut takut. Bagaimana jika yang datang adalah Celine dan Saskia?
Tidak. Arsena menggelengkan kepala berkali-kali. Tubuhnya yang masih terbungkus seragam putih abu-abu terlihat sangat kotor. Banyak sekali tanah yang mengotori lengan hingga kakinya. Rambut yang terbiasa wangi pun berubah seperti sapu ijuk yang tidak terurus. Keras, tegang, dan sangat terawat.