App herunterladen
3.82% LIKENZO / Chapter 14: CEMBURU

Kapitel 14: CEMBURU

Chapter 14 : Cemburu.

_Likenzo_

Di kelas, Kenzo terus saja merapal do'a semoga dirinya diselamatkan dari mara bahaya. Jujur dirinya cukup tak berani mengingat kejadia tadi pagi, semoga saja juga gadis yang hampir ia tabrak dengan sepeda itu merupakan manusia biasa juga.

"Hahh.. Kenapa hatimu jadi tidak tenang begini Ken?" Monolog Kenzo.

Aryo hanya memperhatikan gerak gerik sahabatnya itu. Berbeda dengan Kenzo sendiri, Aryo menyangka bahwa temannya itu resah karena baru saja bertemu dengan masa lalu kelamnya. Iya, Arshaka adalah sosok manusia yang telah membuat hidup Kenzo menjadi kelam. Hanya itu yang Aryo tahu tentang Arsha dari Jeya.

"Kau baik baik saja?" Tanya Aryo merasa khawatir pada temannya.

Kenzo menggeleng. "Tidak, aku tidak baik baik saja. Aku harus bagaimana sekarang? Apa aku bolos sekolah saja?" Sahut Kenzo.

Aryo melotot dan 'Puk!'

Aryo memukul kepala temannya itu gemas. "Awas saja jika kau berani membolos tak mengajak ku!" Ancam Aryo.

Kenzo terkekeh sambil mengusap kepalanya, dia kira Aryo akan marah karena ide Kenzo yang jelek. Ternyata karena Aryo tidak mau jika tidak di ajak bolos olehnya, dasar prik.

"Malah ketawa, aku serius!" Kesal Aryo.

"Terserah aku, memangnya kau tahu cara membolos dari sekolah ini?" Tanya Kenzo.

"Tentu saja, aku sering membolos dari dulu. Semua sudut sekolah ini aku sudah tahu." Jawab Aryo menyombongkan diri.

"Dasar gendeng, nada bicara mu seakan bangga sering membolos sekolah." Kekeh Kenzo.

"Sesuai perkataan mu tadi, terserah aku." Sahut Aryo, julid.

Kenzo memutar bola mata malas. "Ya terserah.." Capek Kenzo.

"Hey lihat itu kekasih mu!" Tunjuk Aryo ke arah pintu.

Kenzo menoleh, terlihat Febee yang datang berjalan menghampiri mereka. "Kenapa dia kesini?" Tanya Kenzo.

Aryo menggedikan bahu tak tahu. "Sepertinya.."

"Kenzoo!"

Lengkingan suara bariton itu menulikan telinga mereka berdua, beruntung hanya ada beberapa siswa siswi yang ada di kelas. "Apa?" Sahut Kenzo.

"Katakan padaku sekarang, apa kau punya hubungan khusus dengan Lidia?" Tanya Febee dengan deru napas menggerutu.

"Tidak," Jawab Kenzo.

"Bohong! Lalu tadi apa maksudmu melambai menyuruh gadis itu duduk di kursi mejamu hah?"

"Aku hanya kasihan padanya,"

"Masih mengelak?" Tanya Febee naik pitam.

"Apasih?" Kenzo merasa risih.

"Aku tidak mau tahu, aku minta putus!" Teriak Febee menggelegar di sudut ruangan.

"Ya syukur.." Gumam Kenzo.

"Kenzooooooo! Huwaa.." Tangis Febee pecah saat itu juga.

Aryo mengusap wajah merasa prustasi dengan pasangan satu ini, mereka yang ribut, hatinya yang tidak tenang.

"Ih? Kau kenapa? Stress?" Tanya Kenzo keheranan.

"Huwaaaa.. Febee di kata stress.." Raungan tangis Febee semakin menggema.

"Aduh.. Kupingku terasa pengang, apa bisa kau menangis di lapang saja?" Pinta Kenzo.

Dan ya, dari situ tangis Febee semakin kencang memekakan telinga. Aryo dan murid yang lain hanya bisa menutup kuping pura pura tak mendengar, kasihan sekali.

**

Kenzo kabur ke tepi lapang sekolahnya, disana terlihat sepi dan hanya ada beberapa murid Karateka sedang berlatih biasa. Baru saja Kenzo kabur dari kelas karena muak dengan tangisan gadis itu, beruntung saja ia berhasil lolos.

"Huh.. Untung saja dia tidak mengejar ku," Gumam Kenzo bernapas lega.

"Kenzoo!"

Arghh.. Sepertinya usaha kabur tertunda, nyatanya Febee mengejarnya dari tadi. Kenzo ikut mengusap wajah prustasi sama halnya dengan tingkah Aryo tadi di kelas mereka.

"Apa!"

Febee datang datang sudah merentangkan tangan dan memeluk Kenzo. "Tidak boleh pergi pokoknya hiks.." Lirik Febee terisak tangis.

"Lepas!" Suruh Kenzo dengan tajam.

Febee menggeleng di sela isakannya, menyembunyikan wajahnya di dada bidang Kenzo. "Tidak mau! Hiks.."

"Lepas sendiri atau ku dorong?" Ancam Kenzo.

Febee tetap menggeleng keras di sela isakannya, tubuhnya bergetar ditambah bajunya terasa basah. Heol, gadis ini benar benar merepotkan hidup Kenzo.

"Sudah hentikan, aku tidak ingin kau mengotori seragam ku!" Bentak Kenzo mendorong kasar Febee dari tubuhnya.

"Hiks.. Kenzo kenapa dorong Febee? Febee hiks.. Kenzo jahat!" Tangis Febee lagi lagi pecah dan parahnya di tempat umum.

Kenzo melirik sekitar dan ya, semua pasang mata menatapnya tajam. 'Glek' Hahh rasanya ia tiba tiba haus ingin air kelapa, dua butuh air penyegar anti seret.

"Shutt.. Kemarilah!" Kenzo menarik Febee dan memeluknya ke dalam dekapan. Berharap orang orang tak menghampiri mereka, dia hanya tidak mau dianggap orang yang jahat karena menangisi anak orang.

"Hiks.. Kenzo jahat.." Isak Febee memeluk tubuh kekasihnya.

"Iya.. Iya maapkan aku," Ujar Kenzo menepuk nepuk bahu gadis itu, sesekali melihat ke arah orang orang yang tadi menatapnya tajam.

'Heol.. Jadi begini rasanya menjadi pria? Salah sedikit sanksinya baku hantam.' Batin Kenzo. Ia menghela napas lelah, tidak ada cara kah untuk dia lari dari kondisi ini?

"Ken.." Panggil Febee.

"Apa bisa kau longgarkan pe-pelukan mu? A-Aku sesak-"

"Ah iya maap maap, aku tak sengaja memelukmu terlalu erat." Ujar Kenzo melepas pelukannya.

"Bukan dilepas tapi dilonggarkan, kau ini tidak peka sekali. Aku masih ingin kau peluk tahu!" Geram Febee.

Kenzo menggaruk garuk kepalanya bingung, entah harus apa ia sekarang tapi sejujurnya diri Kenzo ingin lari. "I-Iya maap," Hanya itu yang bisa ia ucapkan.

Febee memberenggut, dengan tidak ada manusiawinya gadis itu menarik dasi sekolah Kenzo dan membawanya pergi.

"Mau kemana?" Tanya Kenzo yang hanya bisa pasrah ditarik tarik seperti itu.

"Jangan protes, ikuti saja kataku. Pokoknya kau harus memverifikasi semuanya!" Jawab Febee dengan nada suara tegas.

"Hah?"

"Diam!"

Ok Kenzo sekarang diam, bodo amat dengan keadaannya sekarang. Terpenting nyawanya bisa selamat dari amukan gadis ini, walaupun.. Lehernya harus menjadi korban akibat tarikan dasi oleh Febee.

"Ok pasrah.." Gumam Kenzo tak perduli.

Tempat berganti, Kenzo dibawa Febee ke rooftop gedung sekolah mereka yang tertinggi. Entah apa yang akan di lakukan gadis itu, perasaan Kenzo tiba tiba tidak enak.

"Kenapa kau membawa ku kesini?" Tanya Kenzo.

Ya, Febee berhenti dan mendorong Kenzo paksa sampai duduk di tumpukan jerami berbentuk balok. Kenzo mulai was was saat Febee dengan sengaja duduk dipangkuannya.

"Eh eh!"

"Kenapa?" Tanya Febee tanpa rasa bersalah mengalungkan lengannya di leher Kenzo.

"Apa yang akan kau lakukan? Turun! Jika ada guru melihatmu mengekangku, kau bisa kena sanksi skorsing, tahu?" Peringat Kenzo.

Febee menggeleng. "Aku tidak takut soal itu, lagi pula kalaupun ia aku yakin yang diskors bukan hanya aku, tapi kita berdua Ken." Sahut Febee hampir mencium bibir ranum Kenzo.

"Stop!" Cegah Kenzo.

"Why?"

"Jangan berlebihan, aku tidak mau itu sampai terjadi lagi. Bukankah sudah ku katakan sebelumnya? Jauhi aku dan biarkan aku bebas Febee!" Kenzo.

"Tapi.. Aku mencintaimu Ken. Aku.. Aku tidak bisa melihatmu berjalan apalagi menyukai gadis lain. Lagi pula semua yang kau inginkan aku bisa memberikannya, tak perduli kau menganggapku ada apa tidak, aku akan tetap bersamamu." Jelas Febee berhasil menganbil kesempatan mengecup buah persik milik Kenzo.

"Ahh- Ken!" Febee terpekik kaget saat bibirnya sengaja digigit oleh lelaki itu.

"Kenapa menggigit bibirku?" Febbe protes.

Kenzo berdecak. "Apa dipikiranmu hanya terpokus tentang kemesuman? Jika kau mencintaiku tidak dengan seperti ini caranya. Jika kau memberikan segalanya untukku, sama saja kau menghancurkan hidupmu." Ungkap Kenzo.

"Aku tidak perduli lagi tentang harta, mahkota apalagi tahta. Yang aku inginkan hanya dirimu Kenzo. Aku hanya ingin kau mengklaimku sebagai milikmu, hanya itu." Sahut Febee.

"Cik.. Kau gadis keras kepala yang tak pernah aku temui sebelumnya, sekarang turun dari pangkuanku!" Suruh Kenzo.

Febee kekeuh, ia tidak mau turun dari pangkuan kekasihnya. "Tidak mau!" Tolaknya mengeratkan pelukan dileher lelaki itu.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C14
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen