App herunterladen
8.36% Diriku dan dirinya / Chapter 23: BOLOS SEKOLAH

Kapitel 23: BOLOS SEKOLAH

"Ayo Sey," ajak Vino supaya Seina menaiki sepeda motornya.

"Besok aku bawa motor sendiri, kamu nggak usah jemput aku," lanjut Seina mengatakan apa yang ingin ia sampaikan pada Vino.

"Kenapa gitu? Kaki kamu kan belum sembuh?"

Motor melaju dengan kecepatan standar, meskipun begitu suara Vino menjadi tak begitu terdengar bersamaan dengan suara angin.

Seina tak menggubrisnya lagi, rasa kecewa masih ia rasakan. Elan tak mengejar apalagi mencoba mendapatkan hati Seina sepenuhnya, padahal Seina sudah melambung tinggi khayalannya didekati oleh Elan, namun ia hempaskan lagi dengan kerasnya.

**

Sebuah penasaran menjadi hilang tiba-tiba, Elan tak menghubungi Seina, mungkinkah ia lupa? Lupa bahwa ia sedang berlomba dengan Vino untuk merebut hati Seina? Jika terus begini Seina bakalan luluh dengan Vino dan tak mencari Elan lagi.

Drrr...

Ponsel Seina berdering, terlihat nama Elan di layarnya. Seina mengangkatnya.

"Halo," pekik gadis itu.

"Seina...." jawab Elan.

Seina menghembuskan nafasnya dan dengan cepat menjawab, "Paswordnya?"

Terdengar suara tertawa kencang dari mulut Elan yang cukup keras di ponsel Seina.

"Luwak white coffee," ucap Elan dengan cekikikan.

"Mau apa?" Seina masih ingin marah namun ia tahan setelah mendengar Elan dengan mudahnya tertawa.

"ada yang mau aku sampein ke kamu, kan tadi siang belum sempat?"

Seina sudah menebak Elan akan menjelaskan mengenai apa yang ingin ia ucapkan tadi pagi.

"Kamu ingat?" Seina masih memancing Elan, tak ingin langsung terbuai oleh jawaban Elan yang membuat Seina tergesa-gesa sehingga terdengar seperti anak kecil.

"Tentu. Maaf ya yang tadi aku tinggal ikut ekstrakurikuler, sebenarnya aku ingin anter kamu pulang, tapi... Lain kali aja ya?" ucapnya terdengar santai.

"Iya, lagian aku udah pulang dianter Vino."

"Hah! Bukannya si cowok lebay itu sudah pulang?" sungguh diluar dugaan, Elan sangat terkejut dan hilang sudah semua ekspetasi Seina terhadap Elan yang biasanya keren dan sangat dingin.

"Iya Lan, emang kenapa?"

Tak terdengar dari suara Elan, mungkinkah jaringan sedang bermasalah, namun saat seina melihat ponselnya tak ada masalah pada jaringannya dan ponselnya terus terhubung.

"Lan....?" panggil Seina pada cowok yang tak terdengar suaranya lagi.

"Elan?" Seina mulai panik, ia belum sempat mendengar penjelasan lebih dari Elan, namun Elan bak menghilang ditelan badai.

"I−Iya Sey," pekik Elan mulai terhubung kembali.

"Aku kira kamu ngilang."

"Iya aku tadi lagi dipanggil ibun," ucapnya dengan beralasan, meskipun Seina sendiri tahu tak ada suara ibunnya Elan yang terdengar di telepon.

"Aku perlu bicara panjang lebar deh sama kamu, besok aku jemput ya?"

"Besok aku bawa motor."

"Kenapa? nggak usah, tenang aku antar jemput aja."

Seina terus berfikir alasan apa yang akan ia keluarkan, sedangkan Seina sudah mengatakan pada Vino bahwa ia akan membawa kendaraan sendiri untuk pergi sekolah. Entah apa jadinya jika Vino tahu kalau Seina tak membawa kendaraan sendiri hanya demi membonceng pada Elan.

"Aduh gimana ya Lan? Kayanya aku bawa motor sendiri deh," tolak Seina setelah ia berfikir ulang.

"Jangan dong? Pokoknya besok aku jemput kamu, nanti ku hubungi lagi kalau sudah sampai depan kostan kamu."

"Eh tap..."

Tut... Tut... Tut...

Sialnya Elan buru-buru mematikan teleponnya tanpa aba-aba, Seina tak bisa mengontrol dirinya, sekarang ada dua lelaki yang terus mendekatinya, meskipun Seina menginginkan Elan, namun Vino selalu mendekatinya juga dan terkadang Vino yang lebih selalu ada disamping Seina ketimbang Elan. Jauh berbeda dengan Elan yang dulu.

**

Meskipun Seina sengaja tak menghubungi Elan supaya Elan lupa, justru Elan semakin bersemangat, buktinya Elan sudah ada didepan kostan Seina dan menunggunya lama, padahal Seina tak mengingatkan dan tak beniat untuk membuat Elan ingat.

"Jadi.. Jalan sekarang?" pekik Seina maish tak percaya Elan mengingatnya untuk bertemu dengan Seina.

"Hari ini temenin aku yuk?" ajak Elan supaya Seina menaiki sepeda motornya dengan cepat.

"Iya kesekolah kan?" tanya Seina yang jelas-jelas ia sudah paham dengan jawabannya.

Dan rupanya Elan menggeleng dengan senyuman, Seina bingung apa yang Elan rencanakan.

"Kita pergi kesuatu tempat ya? aku ingin ngejelasin sama kamu, banyak. Jadi kayaknya ngga leluasa kalau di sekolah, apalagi ada cowok tengil itu!" pekik Elan.

"Tengil? Siapa? Vino? Kemarin kamu bilang cowok lebay, sekarang tengil. Kenapa sih?"

Seina makin tak mengerti dengan jalan pikiran Elan, sebab tak biasanya Elan mengajaknya bolos sekolah, Elan yang cukup pintar dan sudah beberapa kali Seina mengetahui Elan bolos dengan alasan yang menurut Seina tak begitu penting sangat disayangakna. Apalagi Seina menyukai Elan karena tertarikannya yang terkenal pintar.

"Kamu beneran ngajak aku bolois?" Seina masih tak percaya dengan Elan yang semakin hari semkain banyak berubah.

"Iya, kenapa?"

Tiba-tiba saja Seina menjawabnya tanpa berfikir, "Kamu sudah banyak berubah. Buat apa bolos Lan? Kamu seperti bukan kamu yang dulu. Udah beberapa kali ini loh kamu bolos?"

"Kapan?"

Seina teresenyum pelik, seina tak menginginkan Elan yang banyak berubah.

"Aku nggak masalah jika kamu berhubungan dengan Elina, tapi jangan banyak berubah begini Lan, aku semakin sulit mengartikan hati aku," ucap Seina tak mampu berfikir lagi dengan tindakan Elan yang semakin semaunya sendiri.

"Sey denger, aku hanya ingin kita ngobrol leluasa, tanpa Elina dan Vino," pekiknya.

Elan tetap meyakinkan Seina, dengan terpaksa Seina menurutinya dan ikut membolos hari itu juga.

"Ayo cepet naik," ajak Elan memberikan helmnya pada Seina.

"Sabar kali, nggak usah buru-buru," gerutu Seina yang masih sedikit kesal.

"Aku kaya gini juga supaya Vino nggak tiba-tiba datang dan melihat kita, kalau dia lihat kan bisa kacau semua rencanaku ngajak kamu," gerutu Elan.

Meskipun Seina kesal dan cemberut, namun sikap Elan yang terkadang dingin terkadang hangat membuatnya ingin tersenyum. Mungkin Seina sudah tergila-gila dengan Elan, jelas sudah dari dulu Seina tergila-gila dengan Elan, tetapi Elan yang sekarang terlihat seperti orang lain.

"Kita mau kemana Lan?"

Seina masih bertanya-tanya saat Elan melajukan motornya.

"Ke taman," pekiknya.

"Taman? Taman mana?" Seina masih menimang-nimang dan menebak taman mana yang akan Elan tunjukkan.

"Ya yang ada cafenya," pekiknya.

"Tapi Lan? Kita pake baju sekolah loh, keliatan bolos. Nanti kalau ada razia gimana?"

"Tenang Sey, dulu waktu aku bolos juga kesitu dan aman aja nggak ada apa-apa."

"Ya sudahlah terserah kamu!"

Ada rasa was-was dalam benak Seina, meskipun Seina jauh dari kerabat dan keluarganya, tetapi Seina sempat takut jika ia ketahuan bolos sekolah dengan Elan, apa jadinya jika Elina dan Vino tahu. Meskipun begitu, tak mungkin juga Elina dan Vino sampai tahu bahwa mereka sedang berada disebuah taman.

Tak ada siswa lain disitu, selain Seina dan Elan.

**Bersambung...


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C23
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen