Alsen mendongakkan pandangan dengan terkejut, menatap wajah Shahar yang masih tenang dan tampan namun tak mampu berkata apa-apa. Shahar, sementara itu, hanya mengangkat gelasnya dan meletakkannya di bibirnya. Diteguknya anggur itu dengan perlahan, merasakan aromanya yang pekat memenuhi mulutnya dengan warna merah.
"Tidak?" Shahar melirik Alsen dengan santai, memandang ekspresinya yang terkejut. Dia tersenyum samar.
Alsen menelan air liurnya, matanya memicing kaget. "Kalau Tuan Shahar memang menginginkannya, tidak ada masalah."
Senyuman di sudut-sudut mulut Shahar semakin lebar. Dia meletakkan gelas itu dan beranjak bangun, kemudian berjalan pergi dengan satu tangan di sakunya dan pembawaan tak acuh. Dengan segera, Alsen pergi untuk membukakan pintunya.