Kapitel 42: Salah

Raihan mengetuk pintu ruang kerja papanya dengan pelan. "Masuk!" jawab papanya dari dalam. Pria tersebut menghembuskan napasnya panjang. Sebelum membuka pintu itu.

"Ada apa, Pa? Sepertinya hal yang penting," tebak Raihan yang duduk di kursi depan meja kebesaran Adi.

"Apa masalah kalian sebenarnya? Apa karena gadis itu?" tebak Adi dengan tatapan tegasnya.

Raihan menghembuskan napasnya perlahan. "Pa, apa papa pernah merasakan bagaimana rasanya saat papa menyukai seorang gadis, namun belum sempat papa mengatakannya. Dia sudah menjadi milik adik papa sendiri. Itu adalah yang saat ini sedang aku rasakan. Dan Rico, dia hanya cemburu buta padaku, itu saja," jelas pria tersebut.

"Kenapa harus gadis yang sama? Kalian sungguh memalukan! Seperti tidak ada gadis lain saja. Kamu juga kan bukan anak kecil lagi, untuk apa berebut gadis yang tidak seperti selera kamu yang biasanya saja," sindir papanya tidak habis pikir dengan jawaban dari putra sulung kebanggaannya.