"Yansen! Apa-apaan, sih?!" pekik Mayleen seraya menyingkirkan tangan Yansen yang sudah kurang ajar.
"Ayolah, Leen. Sebentar lagi kan kita nikah. Nggak ada salahnya kalau kita latihan dari sekarang."
Yansen berusaha memantik gairah Mayleen dengan kembali meraba-raba paha perempuan itu. Ia yakin, kalau sudah sama-sama tergoda, tidak mungkin perempuan itu menolaknya. Namun, di luar dugaan. Alih-alih mendesah dan menikmati gelitikan dari tangan Yansen, Mayleen justru memberontak dan terus berusaha menyingkirkan tangan laki-laki itu.
"Stop, Sen! Please, jangan kurang ajar!"
Setelah mengerahkan seluruh tenaganya untuk menghentikan aksi lelaki itu, Mayleen akhirnya berhasil menggeggam erat kedua tangan Yansen supaya lelaki itu tidak menjamahnya lagi.
"Kamu nggak punya hak apa pun atas diriku, ya! Kita belum menikah. Tolong hormati aku sebagai perempuan!"