"Ayo buruan jalannya Rin, kamu tuh lambat amat sih, nanti kalo lukanya di lama kan lagi nantinya bakalan infeksi!"
"Duh, sayang kamu tuh bisa gak sih, berhenti untuk tidak bicara, pusing tau gak dari tadi aku tuh dengerin omongan kamu."
"Aku begini tuh karena perduli sama kamu, aku tuh takut kamu kenapa-kenapa tau gak?"
"Iya udah, udah diem tuh liat udah pada liatin aja tau gak sih, kan aku nya malu."
"Untuk apa malu, asal kamu tau aja iya, ini tuh rumah sakit milik aku, jadi mau aku teriak teriak atupun itu iya terserah aku,"
"Iya iya, terserah kamu aja lah." Karin memilih mengalah.
"Selamat pagi Tuan Alex, bisa saya bantu?" ucap suster itu ramah.
"Iya saya mau ketemu sama dokter Irwan,"
"Baik, silahkan Tuan menunggu terlebih dahulu, saya akan menghubungi beliau terlebih dahulu!"
"Cepat iya, jangan kelamaan!"
"Huts kamu ini Lex, sabar dong, orang yang luka kan aku, tapi kenapa kamu yang marah marah sih?"
"Baik Tuan Alex anda sudah bisa berhadapan dengan Dr Irwan, beliau sudah menunggu di tempatnya."
Alex pun berjalan dengan tergesa-gesa, seperti di kejar maling, sedangkan Karin iya hanya bisa mengikuti Alex saja
"Selamat siang Tuan alex, ada yang bisa saya bantu? Kira-kira siapa yang sakit?" Dokter Irwan menatap alex dan Karin bergantian.
"Pacar saya yang sakit Dok, lihat Dok tangan calon istri saya terluka." Alex mengangkat tangan Karin dan menunjukan ke dokter Irwan.
"Baik, boleh saya lihat dulu Nona Karin?"
"Boleh dok," Karin memberikan tangannya ke dokter.
"Wah, ini sih sedikit bahaya jika tidak segera di tangani," dengan wajah serius.
"Terus bagaimana Dok, apakah luka yang ada di tangan saya bisa sembuh?" Wajah Karin tegang
" Bisa, asalkan harus terutin di berikan obat, Ini saya kasih resep obatnya, jangan lupa untuk terus mengolesinya." Dokter memberikan secarik kertas.
"Bekas lukanya bisa hilang kan Dok?" Tanya Alex.
"Bisa, asalkan harus rajin di rawat saja lukanya,"
"Iya sudah Dok, kami permisi terlebih dahulu." Karin berpamitan.
"Terimakasih dokter Irwan, " Alex menjabat tangan dokter Irwan.
Di lorong rumah sakit.
"Sayang, kamu tunggu di lobi aja iya, aku akan menebus obatnya dulu, kamu jangan kemana mana!"
"Iya, aku ke lobi dahulu iya, kamu jangan lama- lama, soalnya perut Karin sudah keroncongan," sambil mengelus perutnya.
"Iya sayang, kamu tunggu iya!" Alex mengusap pucuk kepala Karin.
Setelah lama, akhirnya Alex pun menemui Karin yang sudah ada di lobi.
"Maaf lama iya sayang, tadi ngantri banget, padahal aku tuh tadi udah bilang gini, tolong pengertiannya ibu-ibu dan bapak-bapak, saya harus terlebih dahulu menebus obat, karena pacar saya sekarang sedang kesakitan dan saya adalah pemilik rumah sakit ini,"
"Terus, Bagaimana kata mereka?"
"Mereka bilang, mau pemilik ke mau apa ke, yang penting harus ngantri dulu, Kamu tau sayang, tadi tuh mata ibu-ibu yang di sana pada melotot gitu liat akunya."
"Hahahah, rasain lagian kamu tuh, lagi di rumah sakit aja pake nunjukin kuasa lagi,"
"Iya kan aku, kasihan sama kamu, aku takut kamu nungguin aku lama, katanya kan kamu laper,"
"Iya iya, ya udah sekarang kita pergi dari sini, cacing yang ada di perut Karin, udah pada demo semua!"
Alex menggenggam tangan Karin dan membawanya ke area parkir.
Di dalam mobil.
"Tuh kan, coba aja kalo gak keburu di bawa kerumah sakit, tangan kamu bisa infeksi dan nanti kalo infeksi, pasti menjalar kemana mana,"
"Iya Lex, lagian kan sekarang kita udah ke dokter, udah iya jangan cerewet lagi,"
"Karin aku tuh bukan cerewet, Tapi aku tuh sangat sangat menghawatirkan kamu, kamu ko gak paham sih,"
"Iya sayangku, udah lebih baik sekarang kamu jalanin mobilnya dan kita pergi ke tempat makan."
"Baik lah Tuan putriku."
Beberapa saat kemudai mereka telah sampai di tempat tujuannya
Tapi sedari tadi Alex selalu sibuk dengan hp nya dan tidak menghiraukan Karin.
"Kamu kenapa sih lex, ko sedari tadi diem aja, terus tumben tumbenan sibuk sama HP?"
"Ah, itu aku lagi ada chat dari rekan bisnis sayang, kamu kenapa sih, oh aku tau, kamu kemburu iya, kamu takut aku chatan sama cewe lain iya kan?"
"Dih, siapa yang cemburu coba, aku tuh cuman tanya iya." Karin menunjukan wajah lucunya.
Sedari tadi Alex memang sangat sibuk membalas chat dari anak buahnya
( Tuan, kami sudah menghabisi semua pasukan mereka)
( Bagus, kalian harus selalu menyingkirkan siapa pun itu yang berniat mencelakakan Karin)
(Siap Tuan, kami akan selalu menjalankan perintah anda)
(Terus awasi dan jaga di manapun Karin berada)
Kira kira begitulah isi pesan tersebut.
"Sayang, Karin boleh minta tolong gak?"
"Minta tolong apa Hem?"
"Karin susah pegang sendoknya, jadinya Karin susah makan." dengan menunjukan wajah imutnya.
"Oh kalo itu sih, aku sedari tadi juga udah tau, sini kamu duduknya deketan sama aku." Alex menarik kursi Karin agar lebih dekat dengan nya.
"Buka mulut nya, a a!" Alex menyuapi Karin.
"Terimakasih iya sayang," ucap Karin dengan mulut yang penuh dengan makanan
"Jangan banyak ngomong dulu, kalo lagi makan jangan biasakan bicara, nanti kalo sampe tersedak makanan, kamu juga yang repot!" dengan seketika Karin langung mengangguk kan kepalanya.
Setelah beberapa saat akhirnya makanan Alex dan Rendi pun telah habis kandas.
"Pinter, kalo kamu makannya banyak kan aku juga seneng," Alex mengelus kepala Karin.
"Emm Lex, boleh tidak kita bungkus makanan kaya gini juga?"
"Buat apa, apa kamu masih lapar?"
"Tidak, bukan untuk Karin, tapi untuk ka maya, kasihan ka Maya pasti ka Maya belum pernah makan yang kaya gini,"
"Iya sudah, nanti kita pesan yang banyak iya, buat kamu dan Kaka kamu juga,"
"Yey, terimakasih iya sayang," Karin menyenderkan kepalanya ke bahu Alex.
"Coba sini mana tangan kamu!"
"Buat apa?"
"Ini kan udah waktunya kamu pakai obat, biar luka kamu cepet sembuh,"
"Oh iya, Karin lupa, tapi obatnya ada di dalam tas Karin, dan karin gak bisa ngambil nya,"
"Mana tas kamu, biar aku saja yang ambilkan!"
"Ini di belakang aku, "sambil menunjukan tas nya.
Alex mengoleskan crim itu dengan sangat hati-hati, iya takut jika dirinya membuat Karin terluka.
"Em, Lex apakah Karin boleh tanya?" sambil menatap wajah Alex yang ada di depannya.
"Apa?" Dengan posisi masih memberikan salep di tangan Karin.
"Kamu sebenarnya benar cinta sama aku gak sih Lex, atau hanya karena terpaksa berbohong?"
Seketika Alex menghentikan aktifitasnya, dan beralih menatap mata Karin.