App herunterladen
18.14% A Boy and His Beloved Man(s) / Chapter 51: Menyatakan cinta (2)

Kapitel 51: Menyatakan cinta (2)

Waktu terus berjalan, matahari pun hampir kembali ke tempat asalnya lagi. Dari dalam kamar, terlihat jelas kalau langit sudah berubah menjadi agak oranye karena sebentar lagi akan terjadi sunset.

Sudah lebih dari satu jam semenjak Danu keluar dari kamar untuk menyatakan cintanya ke Reno, seharusnya mereka sudah selesai sekarang. Tapi sampai detik ini Danu belum mengabari Bayu sama sekali, telepon ataupun pesan tidak ada yang masuk sama sekali.

Pip...! Bayu menoleh ke hpnya, ketika ada suara notifikasi masuk. Dan benar saja, itu adalah pesan dari Danu yang sudah ia tunggu-tunggu.

'Saya lagi di bar deket tempat kita main pasir waktu kemarin. Reno kakinya masih sakit, jadi saya sama dia istirahat sebentar sambil minum jus. Kamu ke sini aja, takut Reno kecapean kalo bolak-balik.'

Bayu memicingkan bibirnya, ia tersenyum-senyum sendiri setelah membaca pesan dari Danu. Bagaimana ya hasilnya? Ia sangat-sangat penasaran apakah Danu diterima atau ditolak oleh Reno.

Segera ia merogoh ke dalam koper, mengambil barang yang sudah disiapkannya untuk diberikan kepada Reno nantinya. Bayu sangat percaya diri dan yakin sekali kalau cintanya akan diterima oleh Reno.

"Ekhem!" dehem Arsyad tiba-tiba. Matanya melirik-lirik ke benda yang sedang dipegang oleh Bayu. "Apa tuh?" tanyanya penasaran.

"Pengen tau aja kamu" ketus Bayu.

"Bentar lagi sunset tuh, pasti kamu mau nembak kan? Sebagai sahabat yang baik hati dan tidak sombong, saya doain kamu Bay. Saya doain supaya kamu ditolak sama Reno, hahaha." Arsyad tertawa renyah setelah mengatakan itu.

Ucapan Arsyad tidak mempengaruhi keyakinan Bayu samas sekali. Ia malah semakin tidak sabar untuk menyatakan cintanya kepada Reno.

"Yaudah saya mau ke bawah dulu Syad." Bayu membuka pintu kamar, lalu keluar setelahnya. Sebelum menutup pintu, kepalanya kembali melongok ke dalam kamar. "Oh iya, kamu jangan syok ya kalau nanti ditolak sama Reno, hahaha" balas Bayu, kemudian ia menutup pintu dan pergi ke bar yang dimaksud Danu tadi.

Dari hotel, baru berjalan santai karena jarak bar tidak terlalu jauh, mungkin hanya memakan 5-7 menit kalau berjalan santai. Ia sengaja tidak lari atau terburu-buru, karena sambil berjalan sambil juga Bayu menyiapkan kata-kata di dalam kepalanya.

Sesampainya di bar, sosok Reno dan Danu terlihat sedang minum jus sambil tertawa-tawa. Wajah Danu juga terlihat berseri-seri dan senang sekali, seakan-akan ia baru saja diterima cintanya oleh Reno. Segera saja ia menghampiri mereka berdua.

"Minum apa Ren?" tanya Bayu ketika sudah berada di samping Reno. Ia mengecup kening adik kesayangannya itu.

"Eh Mas Bayu, ngagetin aja. Ini jus mangga, Mas mau?" tanya Reno, terlihat wajahnya tak kalah berseri dari Danu.

"Ini kan bar? Emang jual jus juga?" heran Bayu, ia takut Reno minum-minum alkohol tanpa sepengetahuannya.

"Iya Bay, jual jus-jus buah juga. Kalo nggak, masa iya saya bawa Reno buat minum-minum alkohol?" imbuh Danu.

Bayu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian ia berjalan sedikit dan duduk tepat di sebelah Reno.

Ada yang aneh, pikir Bayu. Ia tidak melihat ada gerak-gerik yang aneh dari mereka berdua, yang ada wajah mereka malah terlihat sangat senang. Apa Reno menerima Danu sebagai pacarnya? Entahlah, yang jelas Bayu sangat penasaran.

Saat sedang berpikir bagaimana cara menyatakan cintanya, secara tak sengaja mata Bayu melirik ke leher Reno. Dengan jelas, ia melihat Reno memakai kalung dengan gantungan yang bertuliskan huruf R dan D yang menjadi satu. Rasa percaya dirinya menurun seketika, tiba-tiba saja ia menjadi khawatir kalau cintanya akan ditolak karena Reno sudah menerima Danu terlebih dahulu.

Nasi sudah jadi bubur, sudah terlanjur juga Bayu berada di sini. Waktu sudah menunjukkan pukul 5.30 lewat, matahari pun hampir tenggelam. Walau ragu, Bayu tetap membulatkan tekadnya untuk menyatakan cinta kepada Reno, ia tidak mau menjadi pengecut dan berhenti di tengah jalan.

"Ren, temenin Mas yuk?" ucap Bayu dengan senyum.

Reno menoleh ke arah Bayu setelah menyeruput jus mangga miliknya. "Kaki aku pegel banget Mas, suka kram kalo jalan" sahut Reno.

"Bilang aja mau digemblok kan? Ayo sini Mas gemblok kamu."

Setelahnya Bayu jongkok tepat di depan Reno, dan Reno pun langsung menurut dan naik ke punggung Bayu tanpa berlama-lama. Terasa jelas kalau Reno sedang menciumi dan mengendus bagian tengkuk Bayu, karena aroma Bayu sangat pekat dan sangat maskulin di bagian itu.

Danu hanya tersenyum meledek, seakan berkata kalau cintanya akan segera ditolak oleh Reno. Tapi Bayu tidak peduli, ia tetap berjalan ke arah pantai sambil menggemblok remaja imut di punggungnya.

Kali ini pantai terbilang ramai, karena banyak sekali orang yang melihat sunset yang indah sekarang ini. Bayu juga kesulitan karena ramainya pantai, sehingga ia harus berjalan agak jauh untuk menemukan tempat yang sekiranya cocok untuk menyatakan cintanya nanti.

Tak kunjung sampai dan tak tau Bayu membawanya ke mana, membuat Reno sedikit khawatir. Bukan khawatir kepada dirinya, melainkan kepada Bayu.

"Mau ke mana Mas? Kok jalannya jauh banget? Di sini aja kali Mas, nanti Mas capek karena jalan jauh sambil gemblok aku."

"Cuma mau ngobrol aja kok Ren. Ini Mas nyari tempat yang nggak terlalu rame aja, yang masih bisa ngeliat sunsetnya juga. Tuh di depan kayaknya pas, kita di situ aja ya."

Reno mengangguk mengiyakan saja, ia tidak mau melihat mas kesayangannya kelelahan seperti saat itu lagi. Bayu yang merasa dikhawatirkan oleh Reno mulai tersenyum, karena perhatian sekecil apapun dari Reno sangat berarti bagi dirinya.

Mereka duduk di hamparan pasir pantai, sambil melihat ke arah matahari yang mulai terbenam. Pemandangan yang indah sangat memanjakan mata mereka, jarang sekali mereka melihat ini di Ibu Kota.

"Indah ya Ren pemandangannya?" tanya Bayu memecahkan keheningan. Tangannya mulai menggenggam tangan Reno, dan untungnya Reno tidak masalah dengan hal itu. Yang ada malah Reno menggenggam erat tangan Bayu juga, seakan membalasnya.

"Iya Mas, indah banget pemandangannya" jawab Reno disertai senyum tipis. Terlihat pandangan remaja itu menatap lurus ke depan, sambil melihat matahari yang sudah tenggelam dan hanya menyisakan warna oranye di langit yang mulai menggelap.

Jujur saja, Bayu sangat gugup saat ini. Sebenarnya juga ia ingin basa-basi terlebih dahulu dengan Reno, namun entah mengapa ia tidak bisa melakukan itu untuk saat ini. Padahal untuk urusan basa-basi, Bayu adalah jagonya.

"Ren, Mas ngajak kamu ke sini karena ada sesuatu yang mau Mas omongin sama kamu" ucap Bayu to the point.

Reno menoleh, menatap teduh Bayu dengan raut wajah yang penuh tanya. "Mau ngomong apa Mas?" tanya Reno penasaran.

Tatapan Reno sukses membuat Bayu semakin gugup, sampai-sampai pria gagah itu memalingkan wajahnya untuk sesaat. Tidak biasanya Bayu seperti ini, terlebih di hadapan Reno yang sudah ia anggap adiknya sendiri.

"Em, sebentar ya Ren" sahut Bayu.

Perlahan ia melepaskan genggaman tangannya dari tangan Reno, lalu merogoh saku celana untuk mengambil barang yang akan menjadi bukti kalau mereka akan atau sudah menjalin hubungan nantinya. Ini memang syarat yang keluar dari mulutnya sendiri, tapi rasanya Bayu menyesali syaratnya itu karena merasa terlalu lebay untuk ukuran laki-laki dengan laki-laki seperti ini.

Meski ragu Bayu membuka kotak hitam kecil yang dipegangnya dan memperlihatkan isinya kepada Reno. Kotak berisi sebuah cincin perak yang tidak tebal dan tidak tipis juga, soalnya Bayu tau kalau Reno tidak suka dengan aksesoris semacam ini. Memang terlihat biasa saja, tapi harganya cukup mahal untuk satu buah cincin perak yang bertuliskan nama mereka berdua di bagian dalam cincin itu.

"Kamu tau apa ini Ren?" tanya Bayu dengan senyum simpul.

"Cin-cincin?" heran Reno.

Bayu mengangguk, seraya menghembuskan napasnya sebelum berbicara.

"Maaf kalau terlalu mendadak ya Ren" ucap Bayu. "Mas tau ini keliatan aneh, tapi semua ini karena Mas tau apa yang rasakan sekarang. Mungkin awalnya Mas emang jijik dan kaget saat tau kamu suka laki-laki juga, tapi sekarang, sepertinya Mas mengalami hal sama kayak kamu. Waktu itu kamu bilang kalau kamu cinta sama Mas kan? Dan sekarang rasanya adalah waktu yang tepat untuk balas cinta kamu itu. Kalo bisa, sebenernya Mas mau nyatain cinta Mas ke kamu kayak di film-film gitu Ren, tapi ya Mas nggak berani. Ini masih di Indonesia, bisa-bisa Mas dipenjara gara-gara melakukan itu."

"Pas pertama kita ketemu di Jakarta, pas di rumah sakit itu, jujur aja Mas seneng banget karena akhirnya Mas bisa ketemu lagi sama kamu. Walau waktu itu kamu nggak inget sama Mas, ya Mas bisa maklum. Kehadiran kamu di rumah, juga bikin Mas jadi semangat jalanin hari-hari Mas, Ren. Bahkan Mas suka nggak fokus kerja, karena mau cepet-cepet pulang dan ingin ketemu kamu untuk ngabisin waktu bersama."

"Jujur aja, Mas nggak tau gimana cara menyatakan cinta yang bener, jadi Mas minta maaf kalau omongan Mas tadi agak belepotan atau ngelantur ke mana-mana. Yang jelas, di sini Mas mau nembak kamu untuk jadi pasangan Mas. Biar sunset, orang yang berlalu-lalang, desiran ombak, semilir angin, butiran pasir, serta cincin ini yang jadi saksi cinta kita" ucap Bayu tulus.

Mata Reno terbuka lebar, seakan tidak percaya apa yang dikatakan Bayu barusan.

"Mas? Mas Bayu bercanda?"

"Mas nggak mungkin bercanda saat-saat begini Ren. Apa kamu mikirnya cinta Mas itu cuma sekedar candaan?"

"Bu-bukan gitu" potong Reno buru-buru, ia tidak mau Bayu salah paham dengan ucapannya tadi. Kembali remaja itu menatap lekat wajah Bayu, memandang penuh arti namun penuh tanya juga. "Ta-tapi, Mas Bayu bukan penyuka sesama jenis kayak aku. Jangan karena aku seorang, Mas Bayu malah berubah jadi penyuka sesama jenis. Aku bener-bener ngerasa bersalah kalo begitu."

Lagi-lagi ucapan Reno sukses membuat Bayu tersenyum dengan sendirinya.

"Kamu nggak salah apa-apa Ren. Jujur aja, Mas masih suka perempuan kok, tapi ya belum ada perempuan yang bisa narik perhatian Mas. Entah kenapa, kamu yang laki-laki malah bisa menarik perhatian Mas" ucap Bayu lembut. "Misal Mas jadi penyuka sesama jenis pun rasanya nggak masalah, karena Mas yakin laki-laki yang Mas suka di dunia ini ya cuma kamu, nggak ada yang lain."

"Kenapa harus aku sih Mas? Emang apa spesialnya aku?"

"Apa spesialnya kamu? Banyak Ren, banyak banget. Kamu anak baik, bener-bener baik di mata Mas. Kamu pinter, sopan, sederhana, ceria, dan masih banyak lagi. Mas suka kamu karena kepribadian dan perilaku kamu yang sederhana dan nggak neko-neko itu, dan jujur Mas pun nggak mandang fisik. Tapi ya, fisik sama rupa kamu dari sananya udah ganteng Ren, mau gimana lagi. Kamu menarik, menarik banget pokoknya. Mas anggap semua itu sebagai kelebihan dan spesialnya kamu."

Reno tertawa kecil, menganggap lucu ucapan Bayu karena merasa semuanya itu berlebihan.

"Orang baik? Apanya yang baik dari aku sih Mas? Aku suka sama cowok, bahkan kadang aku nggak bisa nahan nafsu aku ini. Kayak pas ada bule yang aku tabrak waktu itu, andai waktu itu Mas Bayu dateng lebih lama atau bule itu udah gandeng tangan aku, aku pasti mau dan nggak akan nolak ajakannya demi bisa ngerasain hubungan badan sama bule itu."

"Aku pinter? Pinter dari mana? Ranking satu? Rasanya ranking bukan jadi tolak ukur kepinteran seseorang. Aku yakin temen-temen di kelas aku lebih pinter, cuma ya mereka agak males aja. Misal mereka rajin aja, aku yakin ranking aku bakal terjun jauh. Terus aku ganteng? Emang banyak yang bilang begitu, tapi aku ngerasa aku biasa aja. Perbedaan aku sama Mas tuh beda jauh Mas, sampai kapanpun nggak akan bisa sama karena derajat kita udah beda."

Sedih, itu adalah perasaan yang sedang Bayu rasakan saat ini. Bagaimana tidak, ucapan Reno tadi sangat jauh dari apa yang dipikirkannya. Padahal Bayu tidak pernah menganggap Reno seperti apa yang dia ucapkan tadi, tapi kenapa Reno malah berkata seperti itu? Rasanya seperti Reno mengatakan kalau ucapan Bayu hanya kebohongan belaka.

"Jangan suka ngerendahin diri kamu begitu Ren. Kamu harus tau, kalau kamu itu sangat-sangat berharga."

Reno tidak menjawab, ia hanya menanggapi dengan sebuah senyuman yang tipis. Lalu remaja itu menghembuskan napasnya berat, terlihat jelas kalau ia sedang berkelahi dengan pikirannya sendiri.

"Maaf ya Mas, bukannya gimana-gimana. Jujur aja, aku seneng banget Mas Bayu mau nerima aku yang kelainan begini. Tapi sebenernya aku cuma bingung sama pemikiran Mas Bayu" lanjut Reno lagi.

"Bingung? Kenapa?" heran Bayu.

"Realistis aja Mas. Maksud aku, masa sih seorang Mas Bayu yang sempurna begini nembak aku jadi pacarnya? Demi apapun Mas, aku nggak akan nolak sebenernya. Tapi aku nggak mau nurut sama nafsu aku dan kelainan aku yang busuk ini. Mas Bayu ganteng pake banget, mapan, pokoknya bener-bener sempurna untuk jadi suami. Kenapa Mas nggak nyari perempuan aja sih? Sekalipun aku pacaran atau bahkan sampe nikah sama Mas Bayu, kita nggak akan punya keturunan Mas."

"Maksud kamu gimana Ren? Mas nggak ngerti? Apa maksudnya kamu nolak cinta Mas?"

"Aku nggak nolak, nggak akan pernah nolak cinta dari Mas. Aku sayang sama Mas Bayu, aku juga cinta sama Mas. Tapi maaf Mas, sekali lagi aku minta maaf. Kalau untuk jadi pasangan Mas Bayu... aku belum bisa."

Seketika saja Bayu menghela napasnya secara kasar, ia menggigit kecil bibir bawahnya sendiri. Ia tidak percaya, kalau Reno baru saja menolaknya.

Untuk seorang yang baru pertama kali menyatakan cinta, tentu ada rasa sakit dan kecewa. Bayu juga tidak menyangka, karena itu tubuhnya terasa lemas dan ia kehabisan kata-kata. Rasanya seperti seorang pecundang, karena ia tidak bisa menaklukkan hati pujaannya.

Kembali pria gagah itu membuang napasnya kasar, ia menutup kotak cincin yang tadinya akan diberikan untuk Reno. Setelah bangkit, Bayu bermaksud untuk membuang kotak cincin itu ke laut.

"Lho Mas?! Jangan dibuang!" panik Reno. Segera remaja itu ikut berdiri, sambil berusaha menahan tangan Bayu yang ingin membuang kotak cincin itu.

"Kenapa emangnya? Lagipula kamu udah nolak cinta dari Mas, Ren. Sekarang cincin itu udah nggak diperlukan lagi" ucap Bayu dengan nada serta raut wajah yang kecewa.

Tepat sesaat sebelum Bayu melempar cincin itu, Reno melompat dan mengambil kotak cincin itu dari tangan Bayu. Seketika saja remaja itu memeluk erat tubuh Bayu, seakan ia tidak mau melepaskannya.

"Mas jangan gitu. Aku bukannya nolak cinta dari Mas, aku cuma belum bisa, aku belum bisa nerima cinta dari Mas. Aku sayang banget sama Mas Bayu. Meski aku nggak ngasih tau alasannya, aku harap Mas ngerti kenapa aku belum bisa nerima cintanya Mas" lirih Reno.

"Terus kenapa kamu ambil cincin itu kalau kamu belum bisa nerima cinta Mas, Ren? Sini cincinnya, biar Mas buang" ujar Bayu.

Namun Reno tidak menurut, ia menggeleng-gelengkan kepalanya karena menolak untuk membuang cincin itu. Bayu hanya bisa diam, bahkan ia ragu untuk membalas pelukan dari remaja itu. Entah mengapa mata Bayu berkaca-kaca setelahnya.

Tak lama, Reno mendongakkan kepalanya, menatap Bayu dengan matanya yang sudah berair. "Boleh aku pake cincin pemberian Mas?" tanya Reno pelan.

"Buat apa? Kamu kan nolak cinta Mas? Kenapa kamu mau pake cincin itu?" heran Bayu.

"Mas..." lirih Reno. "Aku belum bisa nerima cinta Mas, dan itu beda artinya sama aku nolak cinta Mas. Mas orang berpendidikan, masa gitu aja nggak paham sih?" kesal Reno, lantaran Bayu terus bilang cintanya ditolak.

"Tapi Ren..."

"Anggap aja sebagai ucapan terima kasih aku, sebagai tanda kalau aku bener-bener menghargai cinta Mas tadi meski aku belum bisa nerima. Boleh ya Mas?" mohon Reno penuh harap.

Bayu ragu, ia tidak tau harus membuang benda itu atau membiarkan Reno memakainya. Tapi wajah polos serta tulus dari Reno benar-benar membuat hati Bayu yang mengeras menjadi luluh, ia tidak tega melihat remaja itu menangis karena dirinya.

Ia menghembuskan napasnya, lalu mencoba untuk tersenyum meski dipaksakan.

"Boleh, tapi Mas yang pakein ya?" ucap Bayu.

Reno mengangguk mengiyakan, akhirnya bibir remaja itu kembali tersenyum setelah Bayu memperbolehkannya.

Segera Bayu kembali mengambil kotak kecil itu dari tangan Reno, mengambil cincin itu dan memasangkannya di jari manis Reno. Kemudian ia menoleh ke kanan dan kiri untuk melihat kondisi sekitar, setelah itu Bayu mengecup pipi serta kening Reno untuk sesaat.

"Meski kamu nolak cinta dari Mas, tapi nggak masalah. Makasih karena kamu masih menerima dan menghargai pemberian dari Mas" ujar Bayu dengan senyum yang tipis.

Wajah Reno yang tadinya tersenyum, menjadi cemberut lagi. Ia jengkel, karena Bayu tidak paham juga perbedaan antara menolak cinta dan belum bisa menerima cinta.

"Mas... aku udah bilang kalo nolak sama belum bisa nerima itu artinya beda. Apa Mas marah karena aku belum nerima cinta Mas? Sampe-sampe Mas bilangnya aku nolak cinta Mas terus?" tanya Reno.

"Iya-iya, kamu belum bisa nerima cinta Mas, bukan nolak. Maaf karena Mas ngomong gitu terus..." jawab Bayu datar.

Mungkin benar apa yang dikatakan Reno tadi, mungkin Bayu memang sedang marah saat ini. Tapi Bayu sendiri tidak tau ia marah atau kecewa, atau malah ada di antara kedua itu.

Keduanya terdiam dalam pelukan masing-masing, sambil sama-sama menatap ke arah laut yang dihiasi langit yang sudah mulai gelap. Tidak ada suara atau satu patah kata yang keluar dari mulut mereka setelah itu, hanya suara keramaian dan semilir angin pantai yang terdengar di telinga mereka.

Bahkan setelah hampir 30 menit, suasana masih hening di antara mereka berdua. Bayu tidak bersuara, dan begitu juga dengan Reno.

Sebenarnya saat ini Reno sedang menangis, dadanya cukup sesak setelah ia mengetahui kalau Bayu marah karena ia belum bisa menerima cinta dari Bayu. Padahal Reno tidak menolak, ia hanya belum bisa menerima karena sebuah alasan.

Yang jelas remaja itu bingung, sedih, dan tidaj tau harus bersikap bagaimana agar Bayu paham dan tidak marah kepadanya. Ia hanya tidak mau Bayu menjauh darinya hanya karena hal ini. Reno sangat sayang kepada Bayu, maka dari itu ia terus memeluk tubuh masnya itu dan tidak mau melepaskannya.

Waktu terus berjalan, dan tak terasa sudah hampir satu jam mereka berdua diam. Suasana memang masih ramai, namun bukan di pantainya, namun di tepi pantai di resto atau cafe-cafe. Hanya ada beberapa orang yang sedang duduk berdua layaknya mereka di atas hamparan pasir sambil menikmati indahnya malam hari ini.

Semakin malam, tentu angin malam berhembus semakin kuat juga. Membuat remaja yang sedang ketakutan serta kebingungan itu menggigil, karena ia hanya memakai kaos tipis tanpa lengan dan celana setengah pahanya saja. Pelukan eratnya kepada Bayu perlahan berubah untuk mencari kehangatan.

"Maaf Mas, maaf karena aku belum bisa nerima cinta dari Mas Bayu" lirih Reno. "Mas boleh marah sama aku, Mas juga boleh kecewa sama aku. Tapi tolong Mas jangan jauhin aku karena aku belum bisa nerima dari Mas. Aku nggak mau Mas Bayu marah sama aku, aku nggak mau kedeketan aku sama Mas jadi jauh karena ini. Aku mohon Mas... jangan jauhin aku... jangan jauhin aku..."

Tatapan mata Bayu teduh melihat ke Reno, raut wajahnya sulit untuk diartikan. Dadanya memang terasa sesak setelah cintanya ditolak, namun rasa sesak itu menjadi lebih sesak lagi ketika ia melihat remaja itu menangis.

Perlahan Bayu menggerakkan tangannya, untuk membalas pelukan dari Reno. Bibirnya tersenyum tipis sambil menatap pucuk kepala Reno.

"Maaf kalau Mas marah atau ada kata-kata Mas tadi yang nyinggung perasaan kamu. Meski kamu belum bisa nerima cinta Mas, ya nggak apa-apa, yang penting sekarang Mas udah lega karena udah ungkapin perasaan Mas ke kamu." Kemudian dengan mudahnya Bayu mengangkat tubuh Reno, lalu ia mengusap air mata Reno dengan tangannya. "Udah jangan nangis Ren, Mas ikut sedih kalau kamu nangis begini, apalagi kamu nangis karena ucapan Mas tadi."

Reno menatap lurus wajah Bayu, terlihat bibirnya sedikit dimanyunkan.

"Tolong Mas janji ya sama aku? Aku nggak mau Mas marah, terus nggak bolehin aku tinggal di rumah Mas lagi. Aku masih mau tinggal sama Mas, aku masih mau tinggal sama Pak Danu, aku masih mau tinggal sama Bang Arsyad. Aku nggak mau tinggal sendiri di Jakarta..."

Bayu terkekeh sesaat, lalu ia kembai mengusap air mata Reno yang masih mengalir.

"Masa Mas ngusir kamu Ren? Ya nggak akan lah. Itu kan bukan rumah Mas, melainkan rumah kita. Mas nggak akan jauhin kamu Ren, Mas janji" ucap Bayu meyakinkan. "Yaudah, kita ke tempat Danu tadi dulu ya? Badan kamu udah dingin Ren, mungkin nanti di sana bisa pesen minuman anget kalau emang ada. Oke?"

Angin pantai memang sedang berhembus sangat kencang karena sudah malam. Reno yang hanya memakai kaos tanpa lengan tentu kedinginan, bahkan sampai menggigil. Jadinya remaja itu mengangguk mengiyakan, lalu kembali memeluk erat tubuh Bayu.

Bayu tersenyum, lalu menatap dan mencium pucuk kepala Reno. Tatapannya teduh, karena ia masih memikirkan sesuatu.

Mungkin Bayu masih tidak percaya kalau cintanya ditolak oleh remaja yang umurnya jauh di bawahnya. Tapi setidaknya, Bayu sangat lega karena sudah menyatakan perasaannya kepada Reno.

Pria gagah itu menghela napasnya, lalu menatap ke kalung yang dipakai oleh Reno. "Selamat ya Danu, kayaknya emang kamu yang diterima sama Reno" gumam Bayu dalam hatinya.

* * *


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C51
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen