App herunterladen
17.43% A Boy and His Beloved Man(s) / Chapter 49: Liburan

Kapitel 49: Liburan

Siapa yang tidak tau akan keindahan Bali? Rasanya hampir seluruh orang di dunia tau akan keindahan Pulau Dewata itu.

Perihal adat istiadat yang masih kental, tempat wisata yang indah ada di mana-mana, dan tentu keindahan pantai-pantai di Bali yang memanjakan mata. Hal itu sudah pasti menjadikan Bali tempat tujuan para wisatawan dalam maupun luar negeri.

Waktu setempat sudah menunjukkan 6 sore lewat. Langit sedang menunjukkan warna oranye karena matahari baru saja terbenam, yang berarti sebentar lagi malam akan tiba. Mau pagi, siang, sore, atau malam, rasanya tidak ada beda sama sekali kalau di Bali. Setiap waktu pasti ramai dengan orang yang berjalan kaki ke tujuannya masing-masing.

Sekarang Reno sedang duduk di tepi pantai, dengan kaki yang sengaja ia posisikan di pasir yang terkena ombak. Remaja itu sedang memejamkan matanya, menikmati suasana sambil menghirup selimir angin yang mulai bertiup cukup kuat. Senyum tetap terlihat meski matanya terpejam, rasanya benar-benar damai.

"Kapan main airnya kita nih Ren? Tadi kamu mules-mules, eh sekarang ngantuk" ucap Danu yang berdiri di belakang Reno.

Tak lama Reno membuka matanya, lalu menoleh ke belakang.

Bibirnya kembali tersenyum, ketika ia menyadari kalau penampilan ketiga pria yang datang bersamanya benar-benar memanjakan mata. Mereka sama-sama memakai kemeja tipis bergambar dedaunan tropis dengan dua kancing yang dibuka serta celana pendek di atas lutut, termasuk juga Reno yang memakai pakaian yang sama.

Semilir angin membuat baju mereka seperti terbuka, sehingga memperlihatkan sebagian dada mereka yang bidang. Mata Reno tidak bisa berhenti menatap itu, rasanya terlalu sayang untuk ditolak.

"Ayo Dek, mau main air nggak nih?" tanya Arsyad yang sudah tidak sabar juga.

Segera saja Reno bangkit dari duduknya, karena sebenarnya ia juga sudah tidak sabar untuk main air bersama dengan mereka.

"Mau lah Bang, masa ke pantai nggak main air? Ayo Bang, Mas, Pak, kita main air!" Terlihat ia sangat senang, sampai-sampai menarik tangan mereka.

"Sa-sabar dong Ren. Ini Mas lagi bawa hp sama kamera, nanti kalo kena air malah rusak. Kamu sama Arsyad sama Danu main duluan aja, nanti Mas nyusul, sekalian mau fotoin kalian dari sini" sahut Bayu.

Reno mengangguk lalu berlari ke arah air, diikuti oleh Arsyad dan juga Danu. Terlihat ia menghampiri ombak yang akan datang, hingga... byur! Seketika saja tubuh Reno terhempas ke belakang karena ombaknya cukup kuat.

"Uhuk-uhuk!" Air masuk ke dalam hidung Reno, membuatnya terbatuk-batuk.

Melihat Reno terhempas, membuat mereka bertiga langsung menghampiri Reno dengan raut wajah yang panik.

"Dek?! Kamu nggak apa-apa?! Dek! Sadar!" ucap Arsyad agak keras, sambil menampar-nampar pipi Reno.

"Duh sakit Bang, jangan ditampar-tampar pipi aku."

Reno yang dasarnya tidak pingsan, tentu bisa merasakan tamparan dari Arsyad. Kembali ia berdiri dan berlari ke arah ombak lagi, namun Arsyad langsung menahan tangannya.

"Dek, jangan coba-coba lagi! Nanti kalo kamu kebawa sama ombaknya gimana?!"

"Ah, nggak Bang. Tadi aku cuma kaget karena nggak nyangka ombaknya cukup kuat. Udah ah ayo, jangan terlalu khawatirin aku."

"Oke, kita main bareng-bareng biar aman."

Reno sudah seperti anak kecil yang menarik-narik tangan Arsyad serta Danu. Sementara Arsyad dan Danu menahan tubuhnya, sehingga Reno kesulitan menarik tubuh mereka berdua. Akhirnya remaja itu menyerah karena tidak kuat, kemudian ia berjalan biasa.

"Udah di sini aja, udah selutut ini. Jangan terlalu jauh, kalo hanyut bisa gawat nanti" ucap Danu karena Reno tak kunjung berhenti menarik tangannya meski remaja itu sudah berjalan biasa.

Belum ada beberapa detik mereka di sana, tiba-tiba saja ada segenggam pasir basah yang mengenai baju Arsyad. Arsyad kaget, begitu juga dengan Reno dan Danu. Mereka melihat siapa yang melakukannya, dan ternyata itu Bayu yang sudah menggenggam lagi pasir basah di tangannya.

Plak...! Kembali pasir itu mengenai baju Arsyad.

"Bay! Baju saya kotor lah!" teriak Arsyad sambil membersihkan bajunya dari pasir.

"Bawel kamu, tinggal beli lagi nanti" sahut Bayu cuek. Raut wajahnya sudah dihiasi senyum menyeringai serta segenggam lagi pasir basah di tangannya. "Rasain nih!" ucapnya penuh kesenangan, lalu melempar pasir itu ke arah Reno.

Plak...! Pasir itu mengenai tepat di pipi Reno.

Rasanya tidak sakit, ia hanya tersentak karena kaget. Lalu tatapan tajamnya mengarah ke Bayu, terlihat Reno mulai tersenyum menyeringai juga. "Mau perang-perangan nih? Ayo, siapa takut!"

Kemudian terjadilah peperangan lempar pasir di antara mereka.

Arsyad dan Danu awalnya kebingungan, namun akhirnya mereka ikut bermain juga. Bahkan permainan itu benar-benar seperti perang sungguhan, karena mereka melempar cukup kuat untuk balas dendam.

Ketika sedang main lempar-lemparan pasir, tiba-tiba saja sebuah sandal hitam melayang dan mengenai tepat di kepala Bayu. Sontak saja ia menoleh dan melihat siapa yang sekiranya melempar sandal itu.

"Woi! Siapa tuh yang lempar sendal?!" kesal Bayu dengan raut wajah yang marah. Terlihat Danu tersenyum menyeringai, dengan sandalnya yang lain sudah berada di tangannya dan siap dilempar. Tangan Bayu otomatis berubah menjadi posisi bertahan. "Dan! Danu woi! Main lempar-lemparan pasir! Bukan lempar-lemparan sendal!"

Danu terkekeh, ia tidak peduli dengan perkataan Bayu. "Sama aja! Rasain nih!"

"Sialan Danu!!!"

Melihat Bayu dan Danu yang saling lempar, membuat Arsyad dan Reno tertawa terbahak-bahak. Aksi saling lempar mereka berujung dengan saling kejar hingga mereka berdua hilang entah ke mana.

Plak…! Kembali segenggam pasir mengenai wajah Reno, kali ini pelakunya adalah Arsyad.

"Hehe, jangan terkecoh karena ada tontonan gratis. Kita di sini musuh semua, nggak ada sekutu" ucap Arsyad yang sudah siap melempar Reno lagi.

"Oke! Siapa takut!" Kemudian terjadilah perang yang tak kalah hebat di antara mereka berdua.

Tak terasa hampir satu jam mereka main lempar-lempar pasir, tubuh mereka sudah kotor dan juga basah karena mereka terjatuh di air tadi. Senang sudah pasti, jarang-jarang ada modelan orang dewasa seperti mereka bagi Reno.

Boys will be boys, mungkin itu adalah ungkapan yang tepat untuk mereka bertiga. Meski umur mereka sudah menyentuh kepala tiga, namun mereka tetaplah laki-laki, yang sejatinya selalu suka bermain tanpa peduli umur.

Sambil berjalan menyusuri pantai dan menuju kembali ke hotel, sambil mereka tertawa cekikikan karena senang. Terlebih Reno, ia masih tidak menyangka kalau mereka bertiga bisa seasik itu ketika diajak bermain.

"Capek juga ya, padahal main lempar-lempar pasir doang" ucap Danu.

"Pasir doang matamu! Gara-gara kamu tuh, sendal kita hanyut nggak tau ke mana!" sahut Bayu penuh kekesalan.

Sandal mereka berempat memang hilang entah ke mana, semua karena Bayu dan Danu yang melakukan aksi saling lempar sendal tadi. Untung saja sandal yang mereka pakai hanya sandal jepit biasa, jadinya mereka tidak ambil pusing meski sekarang mereka harus berjalan tanpa alas kaki.

"Terus abis ini kita mau ke mana Bang, Mas, Pak?" tanya Reno kepada mereka. Ia masih belum puas meski sudah senang bermain-main di pantai tadi.

"Ke pasar malem, mau nggak? Tadi di hp, Abang liat ada pasar malem nggak terlalu jauh dari sini. Katanya sih pasar malem yang biasa buka kalo liburan begini" sahut Arsyad yang menggandeng tangan Reno.

Tanpa pikir panjang, Reno menganggukkan kepalanya girang. "Mau Bang!"

"Yaudah, kita bersih-bersih dulu ya Ren, soalnya masih kotor sama basah abis main tadi. Abis itu kita berangkat ke pasar malem, oke?" imbuh Bayu.

"Siap Mas!"

~ ~ ~

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian lagi, mereka langsung pergi ke pasar malam yang dimaksud dengan naik taksi. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Pantai Seminyak, hanya memerlukan waktu kurang dari 15 menit untuk sampai ke sana dengan taksi.

Sesampainya di sana, mereka berempat cukup kaget karena pasar malamnya lebih besar dari yang mereka kira, sampai-sampai ada taman hiburannya juga. Banyak sekali orang di sana, termasuk juga bule-bule yang datang dari luar.

Tepat di depan mereka saat turun dari taksi, mereka langsung dihadapkan dengan sebuah kedai es krim yang cukup ramai sampai mengantri. Es krim adalah makanan favorit mereka, jadinya mereka rela mengantri demi makanan favorit itu. Setelah mendapatkan es krim, barulah mereka pergi untuk melihat-lihat pameran di pasar malam ini.

Bagi Reno yang notabenenya adalah orang kampung, rasanya pasar malam ini sama saja, hanya saja lebih besar dari pasar malam yang pernah didatanginya. Mungkin ini terkesan agak berbeda karena lokasinya yang berada di Bali, sehingga memberikan suasana yang sangat indah serta keramaian yang berbeda pula.

Hingga mereka sampai di sebuah tempat yang menjual pakaian-pakaian ala-ala Bali di sana. Terlihat Arsyad, Bayu, dan Danu sangat senang melihat-lihat baju di sana, hanya Reno yang malas dan kurang suka di tempat itu.

"Bang, mau ngapain sih di sini? Itu Abang juga ngapain bawa baju banyak-banyak?" tanya Reno ketika melihat Arsyad membawa setumpuk baju di keranjang yang sudah disediakan untuk pembeli.

"Ya buat kamu lah, Abang juga beli beberapa buat Abang sih..." jawab Arsyad tanpa menoleh.

"Abang beli buat Abang sendiri aja ya? Baju aku di rumah masih banyak. Dari Abang, dari Mas Bayu, dari Pak Danu, itupun belum kepake semua" sahut Reno, bermaksud menolak baju yang akan dibeli oleh Arsyad itu.

Arsyad menoleh, lalu tersenyum sambil mengelus kepala Reno. "Nggak, udah pokoknya kamu nurut aja. Ini Abang beliin khusus untuk adik kesayangan Abang."

Beberapa detik kemudian, muncul Bayu dan Danu dengan keranjang berisi tumpukan baju yang tak kalah banyaknya dari Arsyad. Reno menghela napasnya, ketika mereka berdua bilang ini baju untuk dirinya juga.

Mereka bertiga memang baik kepada Reno, malah sangat-sangat baik. Namun terkadang kebaikan mereka terkesan berlebihan, seperti sekarang ini. Bukannya Reno tidak suka atau bagaimana, ia hanya tidak nyaman ketika diperlakukan seperti ini. Bisa tinggal dengan mereka saja sudah membuatnya senang, masa iya ia harus diperlakukan begini juga? Entahlah, rasanya terlalu berlebihan bagi Reno.

Namun ia tidak punya keberanian untuk menolak barang-barang yang akan mereka beli, ia hanya mengembalikan beberapa baju agar yang dibeli oleh mereka tidak terlalu banyak. Hanya itu cara agar mereka tidak marah saat pemberiannya ditolak, pikir Reno.

Sambil menenteng barang bawaan yang mereka beli tadi, akhirnya mereka sampai di taman hiburan. Letaknya memang tidak jauh, tapi karena mereka memutar cukup lama sehingga terasa jauh dan melelahkan.

Untuk ukuran pasar malam seperti ini, rasanya cukup lengkap. Ada komidi putar, boom-boom car, permainan memancing, lempar gelang ke botol, dan masih ada beberapa permainan ala-ala pasar malam lainnya. Kedai makanan dan minuman pun meramaikan pasar malam ini. Mereka yang niatnya ingin bermain, malah tidak jadi karena mereka menghabiskan waktu untuk mencicipi satu per satu jajanan di sana.

Hingga ketika mereka berhenti di salah satu kedai makan semacam ala-ala barbecue, mereka duduk sambil menikmati makan di kedai itu. Namun tepat di hadapan mereka, ada satu wahana yang paling ditakuti oleh Reno.

"Wah ada rumah hantu nih, masuk yuk?" seru Bayu.

Reno sudah menduganya, jadi ia sudah berdiri tanpa sepengetahuan mereka bertiga. Ketika Bayu ingin menoleh ke arah Reno, raut wajahnya nampak bingung dan kaget karena ia melihat remaja itu sudah berlari menjauh dari mereka.

"Ren! Mau ke mana?!" teriak Bayu yang sudah berdiri.

"Nggak! Aku nggak mau ke rumah hantu!!!" teriak Reno tanpa menoleh.

Hingga... bruk! Tubuh Reno terpental ke belakang karena ia menubruk sesuatu yang terasa kuat dan juga kokoh. Bukan tembok ataupun tiang yang ditubruk oleh Reno, melainkan seseorang yang berperawakan mirip-mirip seperti Bayu.

"Hey, are you okay little kid?" tanya orang yang ditubruk Reno, ia mengulurkan tangannya dengan maksud membantu Reno berdiri.

Tanpa melihat ke orangnya, Reno menerima uluran tangan itu dan bangkit meski bokongnya terasa sedikit sakit.

Setelah berdiri dan melihat ke orang di hadapannya, Reno agak kaget dengan yang ia lihat. Seorang bule entah dari negara mana, sedang melihat Reno sedang senyum ramah dan penuh arti. Meski tidak setampan Arsyad, namun senyuman dari bule itu membuat Reno yang dasarnya menyukai laki-laki menjadi dag-dig-dug.

"Eum, I'm okay Sir. Sorry because udah nabrak Sir tadi" ucap Reno gugup.

"What did you say?" tanya bule itu kebingungan.

Apa aku bilang nabrak sama bule ini tadi? Pantas saja ia tidak mengerti, batin Reno.

"Eum, I mean, sorry because I don't see you walking right in front of me. Sorry for..." ucap Reno terputus, ia lupa apa bahasa Inggrisnya menabrak.

Dengan kedua tangan mereka yang masih menggenggam, bule itu kembali tersenyum penuh arti ke Reno. Bahkan dengan jelas Reno melihat bule itu melirik dirinya dari ujung kepala hingga ujung kaki, tangan kekarnya pun terasa jelas kalau bule itu mengelus lembut tangan Reno.

"Yeah it's fine, be careful next time" sahut bule itu ramah.

Setelah mengelus lagi tangan Reno, bule mengorek sesuatu dari saku celananya dan memasukkan ke dalam kantong baju Reno. Kemudian ia berbungkuk, mendekatkan mulutnya ke telinga Reno.

"Call me, we can have fun at night in the bed. Or, I can give you something more serious."

Bule itu tersenyum penuh arti, sambil berkedip ke Reno. Setelahnya ia pergi dan sesekali menoleh sambil meragakan tangan yang sedang telponan kepada Reno.

Tak lama, Arsyad, Bayu, dan Danu menghampiri Reno. Raut wajah mereka sangat khawatir karena takut Reno hilang.

"Kamu nggak apa-apa Ren?!" tanya Bayu.

"Nggak apa-apa Mas" jawab Reno, ia masih terdiam dan menatap bule tadi yang sudah menjauh.

"Kamu diapain sama bule tadi Ren?" tanya Bayu lagi, karena ia melihat dengan jelas kalau Reno berbicara dengan seorang bule.

"Ng-nggak diapa-apain kok Mas, cu-cuma nubruk aja..." jawab Reno gugup. Ia benar-benar takut kalau Bayu mengetahui apa yang bule tadi itu katakan. Bisa-bisa ia diulek oleh Bayu sampai jadi bubur.

"Kamu tau kalau Mas paling nggak suka dibohongin kan Ren?" sahut Bayu, ia yakin sekali kalau Reno berbohong.

Melirik sekilas ke arah Bayu, nyali Reno langsung ciut karena melihat wajah Bayu yang serius dan terlihat marah. Ia lupa kalau masnya itu seorang yang telah mempelajari psikologi, yang pasti tau kalau dirinya sedang berbohong sekarang. Tapi apa jadinya kalau Reno jujur soal perkataan bule tadi?

"Em, a-anu..." Reno sangat ragu untuk mengatakan kebenarannya. "Ta-tadi, bule itu mau ngajak aku have fun" ucap Reno tertunduk, jantungnya berdebar tidak karuan saat mengatakan itu.

Sontak saja Bayu menoleh ke arah bule tadi berjalan, namun sosoknya sudah tidak terlihat lagi.

"Sialan tuh bule! Berani-beraninya godain Reno!!!" kesal Bayu.

Ketika pria gagah itu akan berlari dengan maksud mengejar bule tadi, Danu dengan sigap menahan tubuh Bayu sambil membungkam mulutnya.

"Bay jangan aneh-aneh! Kita belom ada sehari di Bali!" ucap Danu agak keras juga.

Reno menundukkan kepalanya, merasa bersalah sekaligus takut ke Bayu. Tak lama tangan Arsyad mengelus kepala Reno, lalu menggendongnya dan mencium lembut pipi serta kening adik kesayangannya itu.

"Udah, nggak usah takut atau merasa bersalah gitu. Kamu tau kalau kita cemburuan Dek, jadi kesannya kayak marah kalau ngeliat kamu sama yang lain. Lagian juga yang gatel kan bule itu, bukan kamu." Arsyad tersenyum lebar, bermaksud agar Reno tidak cemberut.

"Abang nggak marah?" tanya Reno.

"Kenapa marah?" tanya Arsyad kembali. "Bule tadi tuh bukti, kalau adik kesayangan Abang ini emang ganteng, imut, lucu-lucu, menarik perhatian banget. Bule yang baru ketemu aja langsung ngajak have fun, tanda kalau aura kemenarikan kamu emang pekat banget kan Dek?" ucap Arsyad dengan nada menggoda.

Reno memalingkan wajahnya, lalu menyembunyikan wajahnya di leher Arsyad.

"Gombal..." sahut Reno yang tersipu.

Arsyad hanya menanggapi dengan senyum dan kecupan di pipi adiknya itu. Setelahnya mereka berempat berjalan lagi, dengan Arsyad yang menggendong Reno dan Bayu yang masih marah dan ngomel-ngomel kepada Danu karena telah menahannya tadi. Meski begitu, mereka tetap berjalan menuju ke salah satu cafe sebelum kembali ke hotel.

Kalau sudah ada makanan, bisa dibilang mood mereka langsung membaik. Terlebih ada es krim di menu makanan, senyum mereka tidak bisa disembunyikan kalau makanan itu ada.

Sambil makan dan ngemil-ngemil, terlihat Arsyad menengok kiri-kanan. Pria itu seperti sedang memperhatikan desain cafe yang sedang mereka datangi ini, sangat menarik dan sesuai dengan selera desain Arsyad.

"Bay, Dan, nanti kayaknya saya mau bikin cafe kayak gini deh. Kalian berdua bantuin ya nanti?" ucap Arsyad tiba-tiba.

"Hah? Kamu mau bangun cafe di rumah saya?" tanya Bayu yang kaget dengan ucapan Arsyad.

"Kemungkinan iya. Halaman kamu kan lumayan gede tuh, nanti tinggal dibangun dikit lah buat penutup biar nggak kena ujan. Boleh kan? Kalo nggak boleh ya nanti tinggal beli tanah kosong sih."

"Kenapa tiba-tiba sih Syad? Tapi ya terserah kamu. Pokoknya saya nggak mau garasi saya kenapa-napa. Saya nggak nanggung biaya 1 rupiah pun sama saya nggak mau terlibat urusan pembangunannya" jelas Bayu.

Wajah Arsyad tersenyum lebar, matanya seperti berseri-seri mendengar jawaban dari Bayu. "Aww! Kamu emang terbaik Bay!" ucapnya sambil memeluk Bayu. "Sekarang kamu Dan. Tolong bantu-"

"Nggak" potong Danu cepat.

"Ayolah bantuin Dan. Misal bangun cafe, kan lumayan dapet kerjaan baru tuh. Uang kita banyak, sayang kalo nggak dipake buat usaha" bujuk Arsyad.

Namun Danu tidak menggubris perkataan Arsyad, ia sangat tau jika Arsyad ada maunya pasti Arsyad akan terus membujuk sampai kemauannya terpenuhi. Makanya ia memilih diam daripada menanggapi sahabatnya itu.

"100 juta sebulan! Gimana?!" bujuk Arsyad lagi, ia sangat berharap banyak kepada Danu yang menekuni bidang ekonomi dan pemasaran.

Mendengar 100 juta, membuat mata Reno terbuka lebar. Ia memang tidak begitu suka dengan uang, tapi kalau gajinya 100 juta per bulan siapa yang akan menolak kan? Walau kerja 18 jam per hari, Reno yakin ia sanggup kalau kerjanya di cafe.

"500 juta baru saya mau" sahut Danu cuek.

"Kamu mau ngerampok saya? Pokoknya udah, kamu harus bantuin saya" kesal Arsyad karena Danu tak kunjung mau. Kemudian pandangannya beralih ke Reno. "Sekarang tinggal kamu Dek, pokoknya kamu sama Bayu sama Danu bakal jadi pegawai di cafe Abang. Berhubung kamu belum bisa ngitung duit dan belum bisa masak, kamu jadi waiters aja ya. Nanti Danu jadi kasir, terus Bayu bantuin Abang masak. Oke?!"

"Gajinya 100 juta kan Bang?" goda Reno.

"Ngawur. Kalo waiters gajinya 100 juta, nggak akan ada yang mau jadi koki atau kasirnya Dek. Udah, pokoknya kalian bertiga udah fiks jadi pegawai di cafe Abang" jelas Arsyad, yang berarti tidak bisa diganggu gugat lagi.

Reno menatap bingung sekaligus kaget juga ke arah Arsyad. "Semudah itukah mereka mendiskusikan pembangunan sebuah cafe?" batinnya.

~ ~ ~

Tak terasa sudah memasuki hari keenam mereka di Bali ini. Liburan yang sangat menyenangkan dan juga melelahkan karena setiap harinya mereka jalan-jalan. Selama lima hari, mereka sudah mengunjungi tempat-tempat wisata ternama di sana. Foto-foto pun sudah memenuhi memory card kamera yang mereka bawa, untuk dokumentasi yang tak terlupakan.

Waktu masih menunjukkan pagi hari, sekitar jam 10 waktu setempat. Terlihat Reno sedang tidur sambil memeluk Arsyad, dengan kakinya yang diolesi krim anti pegal-pegal. Sementara Bayu dan Danu sedang tiduran di kasur satunya, tubuh mereka cukup sakit-sakit serta pegal karena faktor umur tidak bisa bohong.

"Bay, hari ini jadi nembak Reno?" bisik Danu pelan. Ia takut Reno terbangun kalau bicara seperti biasa.

"Ya terserah kamu, kalo saya sih hari ini. Kalo belum siap ya nggak apa-apa, bisa besok kok. Tapi mau sekarang atau besok, saya yakin kamu bakal ditolak, hahaha..." sahut Bayu dengan tawa renyah.

"Jangan terlalu pede Bay, nanti ditolak uring-uringan nggak jelas. Tapi kamu beneran pas sunset kan Bay?"

"Iya, pas sunset. Kamu jadinya jam berapa Dan?"

"Sekitar jam 3 atau jam 4 kali, terlalu mepet nggak ya? Saya cuma takut Reno bingung, kenapa tiba-tiba kita nembak dia."

"Iya sih, tapi mau gimana lagi kan?"

Mereka berdua saling tatap, agak ragu namun tidak ada pilihan lain. Lalu mereka berdua menatap ke arah Arsyad, terlihat Reno masih memeluk Arsyad erat, remaja itu tertidur pulas sampai-sampai mendengkur halus. Jadinya Bayu mengirim pesan via hp ke Arsyad karena takut Reno terbangun.

"Kamu jadinya pas malem kan? Abis saya?" ketik Bayu ke Arsyad.

"Ya, sekitar jam segitu" balas Arsyad.

"Nanti pas masing-masing dari kita beraksi, jangan ada yang ganggu ya? Maksudnya jangan iseng tau ngapain lah gitu, privasi. Nanti malem kita kumpul di resto atau cafe yang deket aja buat ngasih tau hasilnya. Oke?" Bayu membiarkan Danu membaca itu, lalu Danu mengangguk. Kemudian mereka berdua menoleh ke Arsyad yang sudah memberikan jempolnya.

Terdengar helaan napas dari mereka bertiga. Karena belum pernah menyatakan cinta, sepertinya membuat mereka bingung harus mengatakan apa. Mereka sama-sama memikirkan, bagaimana cara untuk menyatakan cintanya kepada Reno nanti.

* * *


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C49
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen