App herunterladen
9.6% A Boy and His Beloved Man(s) / Chapter 27: Malam terbaik

Kapitel 27: Malam terbaik

Sepulang dari rumah sakit, Reno dan Arsyad sudah kembali seperti biasa lagi. Arsyad yang masih menyayangi adiknya itu, dan Reno yang menyayangi abangnya juga. Meski begitu, Reno tetap berusaha untuk mengontrol dirinya agar tidak berlebihan berdekatan dengan Arsyad.

Mereka sedang main PS4 seperti kemarin malam, namun bedanya kali ini posisi Reno sedang dipangku dan tangan Arsyad melingkar di pinggangnya sehingga ia tidak bisa pergi ke mana-mana. Kondisi jantung Reno tentu tidak baik-baik saja, karena jantungnya berdetak jauh lebih cepat daripada seharusnya.

"B-bang? Mas Bayu sama Pak Danu pulang jam berapa ya?" tanya Reno sedikit gugup, karena ia tidak merasa tenang saat dipangku oleh Arsyad.

"Biasanya pulang jam 5 sore, paling sampe sini jam 5.30 kalo nggak macet" sahut Arsyad yang masih fokus ke game. "Kenapa emangnya?"

"Ya nanya aja Bang. Kan aku belum tau Mas Bayu sama Pak Danu kerja sampe jam berapa, hehe" jawab Reno cengengesan. Ia tidak sepenuhnya berbohong dengan jawaban itu.

Reno sedikit tidak nyaman dengan posisi begini, karena duduk di pangkuan Arsyad membuat sesuatu di balik celananya semakin menonjol dan mengeras. Keringat dingin juga sudah membasahi kening serta punggungnya itu, padahal AC sudah membuat udara di situ terbilang dingin. Tapi tetap saja Reno berkeringat, gerak-geriknya juga menandakan kalau Reno tidak nyaman.

Arsyad menghentikan game yang sedang dimainkannya, meletakkan stik PS di meja di depan mereka. Ia keheranan dengan Reno yang seperti cacing kepanasan dari tadi.

"Kamu kenapa Ren? Nggak nyaman ya Abang pangku?" heran Arsyad.

"Em, gi-gimana ya Bang..." sahut Reno bingung, ia tidak tau harus berkata apa. "A-aku duduk di sofa aja ya Bang?" pintanya.

"Nggak suka Abang pangku ya? Hm, yaudah deh." Wajah Arsyad berubah menjadi sedikit kecewa, nada bicaranya juga tidak enak didengar.

"Bu-bukan gitu" imbuh Reno buru-buru. "Abang tau aku, nggak mungkin aku nggak mau dipangku Bang Arsyad. Cuma gi-gimana ya Bang? A-aku nggak kuat" jelas Reno seadanya.

Arsyad menaikkan sebelah alisnya, menatap bingung ke Reno. "Nggak kuat gimana? Bukannya Abang yang mangku kamu?"

"A-aku..." Reno menelan ludahnya, ia ragu untuk melanjutkan ucapannya. "A-aku horny" lanjutnya penuh keraguan.

Reno tidak berbohong dengan apa yang dikatakannya, nafsunya sedang naik karena Arsyad memangku dirinya. Tubuh Arsyad yang hanya memakai celana pendek dan singlet ketat membuatnya lemah, apalagi ketika aroma tubuh Arsyad tercium. Semua pertahanannya seperti hancur, tidak berguna sama sekali.

Terdengar suara Arsyad tertawa kecil, membuat Reno yang sedang menundukkan kepalanya karena takut dan malu menjadi kembali mendongak untuk melihat pria yang sedang tertawa itu. "Masih kecil udah tau horny-horny aja kamu Ren" gurau Arsyad.

"Ish, a-aku serius tau." Reno menyikut kecil dada Arsyad, lalu bibirnya ia manyunkan karena kesal. Namun tak lama bibirnya tersenyum, ketika ia menyadari kalau Arsyad tidak marah. "Tapi kok Abang nggak marah?" heran Reno.

"Marah kenapa? Abang kan udah tau kamu suka sama cowok juga, lagian wajar aja kalau kamu horny. Abang ganteng, badan Abang bagus, siapa yang bisa nolak kegantengan Abang yang kayak pangeran negeri dongeng ini?" ucap Arsyad dengan nada yang menggoda.

"Sombong" ketus Reno.

Lalu ia menengok ke belakang, melihat wajah tampan itu. Seketika saja Reno berpikir, ketampanan Arsyad memang seperti pangeran-pangeran di dongeng-dongeng. Maklum saja kalau Arsyad sangat percaya diri dengan ketampanannya, karena kenyataannya pun dia memang tampan.

Akhirnya Reno kembali terdiam, bersandar di tubuh kekar Arsyad ketika tubuhnya ditarik oleh pemilik tubuh kekar itu. Ia hanya bisa pasrah dan menikmati ketika tubuh kecilnya sudah bersandar di tubuh Arsyad yang jauh lebih besar.

Arsyad dengan sengaja tidak melanjutkan main PS4 itu, karena ia ingin menghabiskan waktu bersama adik kesayangannya. Kedua tangan mereka sudah saling menggenggam satu sama lain, bahkan Reno memejamkan matanya menikmati aroma tubuh Arsyad yang terus tercium di hidungnya.

"Ren, boleh Abang tanya sesuatu sama kamu?" tanya Arsyad penasaran.

"Boleh" jawab Reno dengan mata yang masih terpejam.

"Tadi kamu cerita kalau kamu itu cinta sama guru kamu itu, terus kamu juga cerita kalau kamu suka sama cowok yang badannya berotot. Bukannya itu berarti kamu suka sekedar suka aja ya dan bukan cinta? Seharusnya kalau cinta, kamu juga cinta sama Abang sama Bayu sama Danu dong. Badan kita bertiga juga berotot, ganteng juga."

Reno berpikir sejenak, memikirkan pertanyaan Arsyad. Sejujurnya ia juga tidak tau bagaimana cara membedakan cinta atau sekedar suka atau mengikuti nafsunya saja. Tipe cowok idaman Reno memang yang umurnya lebih tua, sangat jantan, dan tentu badannya berotot. Maka dari itu ia berpacaran dengan Sigit yang termasuk tipenya.

"Em, jujur aja aku juga nggak paham" jelas Reno. "Tapi kalau aku nggak cinta, nggak mungkin aku cemburu kan Bang? Kalau aku nggak cinta, masa iya aku sampe pingsan ngeliat foto Pak Sigit digandeng sama perempuan? Kalau bukan cinta, berarti namanya apa dong?" tanya Reno balik.

Sekarang Arsyad yang berpikir, apa yang dikatakan Reno ada benarnya juga. Kalau ia tidak cinta kepada gurunya, tidak mungkin ia sampai pingsan begitu. Tapi Arsyad hanya penasaran, apakah benar ada cinta di hubungan sesama jenis? Entahlah, ia tidak percaya dengan cinta sesama jenis.

"Bang, sekarang aku yang tanya Bang Arsyad boleh?"

"Boleh."

"Misal suatu hari aku jatuh cinta sama Abang gimana?" tanya Reno penasaran.

Arsyad menaikkan sebelah alisnya, sedikit kaget dengan pertanyaan Reno. "Kenapa nanya begitu?"

Reno menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan lagi. Ia tidak tau mengapa ia ingin menanyakan itu, semua hanya spontan saja dengan apa yang sedang dipikirkannya.

"Kita belum ada satu hari ketemu Bang, tapi Abang udah baik dan sayang banget sama aku. Jujur aja aku juga sayang kok sama Abang, aku juga suka sama Abang. Kalau Abang memperlakukan aku baik terus, begini terus, aku yakin lama-lama aku pasti jatuh cinta sama Abang" jelas Reno.

Membuang napas pelan, lalu Arsyad menghirup lagi secara perlahan juga. Dengan mudahnya, Arsyad membalikkan tubuh Reno sehingga mereka berdua duduk berhadapan. Lalu Arsyad menarik Reno dan memeluknya, kemudian ia menyandarkan diri di sandaran sofa yang empuk itu.

"Abang bolehin kamu untuk sayang sama Abang, tapi untuk cinta Abang nggak izinin itu. Bukannya Abang jijik apa gimana, tapi Abang yakin cinta kamu ke Abang nggak akan terbalas Ren" jelas Arsyad penuh pengertian.

"Kamu udah tau gimana rasanya cinta yang nggak terbalas, sampe-sampe kondisi kamu drop dan harus dibawa ke rumah sakit. Abang nggak mau kamu begitu lagi Ren, Abang nggak mau nyakitin kamu cuma karena cinta yang belum tentu bisa Abang bales" lanjutnya.

Semua jawaban Arsyad membuat Reno secara tidak sadar menjadi sedih, semua itu seperti Arsyad sedang menolak Reno secara halus. Tapi Reno berpikir kalau yang Arsyad katakan ada benarnya juga, jadi ia bisa paham dan mengerti harus bersikap seperti apa. Meski dirinya tidak yakin kalau tidak akan jatuh cinta, namun Reno berusaha untuk bersikap biasa aja kepada Arsyad, menganggapnya seperti kakak dan tidak lebih dari itu.

Reno semakin memeluk erat tubuh Arsyad, bibirnya sedikit manyun karena ia lumayan kecewa dengan jawaban dari Arsyad. "Iya Bang, aku paham" jawab Reno seadanya.

"Tapi itu sekarang, kedepannya nggak tau gimana" ucap Arsyad pelan seperti berbisik.

Mata Reno yang hampir terpejam, seketika terbuka kembali ketika mendengar bisikan dari Arsyad. Detak jantungnya yang sudah hampir normal menjadi berdetak lebih cepat lagi.

Ia menatap Arsyad penuh tanya. "Ma-maksudnya?" bingung Reno.

"Em..." Tiba-tiba saja Arsyad memalingkan wajahnya ketika ditatap Reno yang penasaran. Jujur saja ia bingung kenapa ia berkata seperti tadi. "I-itu..." ucap Arsyad menggantung.

Tin...! Tin...!

Suara klakson dari lantai bawah mengagetkan mereka berdua, membuat mereka menatap satu sama lain.

"Kayaknya Bayu udah pulang" ucap Arsyad. Dengan segera Arsyad bangkit, menggendong Reno menuju lantai bawah.

Sementara itu Reno meletakkan dagunya di bahu lebar milik Arsyad sambil bibirnya tersenyum kecil. Entahlah, perkataan Arsyad tadi membuatnya berpikir yang tidak-tidak. Namun ia tidak bisa bohong, kalau perkataan Arsyad tadi benar-benar membuatnya bahagia.

~ ~ ~

Pukul 6.38 malam, Reno sedang makan malam bersama dengan Arsyad, Bayu, dan Danu yang sudah pulang dari kesibukan kerjanya. Baru kali ini Reno menyambut seseorang yang pulang kerja selain ayahnya sendiri, namun ia bisa merasakan kesenangan dan kegembiaraan yang sama layaknya ia menyambut ayahnya sendiri. Mungkin itu semua karena rasa sayang dari mereka yang mirip-mirip seperti ayahnya, sehingga membuat Reno teringat dengan kebiasaan di kampungnya.

"Ekhem" Bayu berdehem. "Kayaknya kamu lagi seneng Ren? Senyum-senyum terus dari tadi?" tanya Bayu sambil menyipitkan matanya karena penasaran.

"Punya abang baru yang ganteng seantero, ya jelas seneng lah" jawab Arsyad dengan percaya diri.

Tak lama kemudian sebuah sendok teh melayang dan mengenai tepat di kening Arsyad, membuat pemilik kening itu mengaduh. "Nggak nanya kamu" kesal Danu kepada Arsyad.

Danu dan Arsyad memang sahabat dekat, tapi tak jarang mereka sering berdebat tentang hal-hal sepele, seperti sekarang ini. Danu sering kesal karena ulah Arsyad, begitupun sebaliknya. Meski begitu, sebenarnya mereka berdua sangat-sangat dekat sampai-sampai sering berkelahi karena kedekatan itu juga.

Yang ditanya oleh Bayu masih melamun, menatap makanan yang ada di hadapannya sambil tersenyum sendiri. Entah apa yang remaja itu pikirkan.

"Ren..." ucap Bayu lagi dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya.

"Eh..." Reno tersentak kaget. "I-iya Mas?" sahut Reno.

"Ngelamun terus..." ujar Bayu. "Kenapa senyum-senyum terus Ren? Lagi seneng atau gimana?" tanya Bayu lagi.

"A-anu..." Reno sedikit tersipu karena ketahuan sedang melamun. "I-iya Mas, la-lagi seneng aja, hehe" jawab Reno apa adanya.

"Seneng kenapa? Biasanya sama saya nggak senyum-senyum sendiri sama cengengesan gitu" imbuh Danu yang sama penasarannya dengan Bayu.

Reno menundukkan dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia bingung harus berkata apa. Tidak mungkin kan ia bilang kalau ia sedang memikirkan bisa berpacaran dengan Arsyad? Bisa-bisa Reno diulek oleh mereka berdua sampai jadi bubur.

"Seneng aja bisa makan bareng gini Mas, Pak, aku juga seneng bisa nyambut kalian pulang kerja. Rasanya sama kayak lagi nyambut bapak aku, terus abis itu pasti aku, Bapak, sama Ibu makan bareng-bareng kayak gini. Jadi ya seneng aja, karena bisa ngerasain lagi meski bukan sama bapak dan ibu aku" jelas Reno tak sepenuhnya berbohong.

Ucapan Reno membuat Danu mengingat sesuatu, ia ingat kalau hp Reno sedang rusak dan tidak bisa dipakai lagi. Ayah dan ibu Reno pun menelpon Danu beberapa kali ketika ia sedang bekerja tadi, menanyakan bagaimana kabar Reno setelah tinggal bersama dengan mereka. Danu sudah menjelaskan, namun tetap saja ia merasa tidak enak karena lupa perkara hp Reno yang sedang rusak, yang mungkin membuat Reno sulit menghubungi orang tua dan juga teman-temannya.

"Oh iya, saya lupa kalau hp kamu itu rusak Ren" imbuh Danu. "Syad, tolong beliin hp Reno yang baru ya. Katanya kamu juga mau beli komputer kan? Sekalian aja tuh besok" lanjut Danu lagi.

"Pantes aja dari tadi Abang nggak liat kamu main hp Ren, ternyata lagi rusak..." sahut Arsyad.

"Hehe..." Reno kembali menggaruk kepalanya. "Besok anterin aku ke tukang servis aja Bang, aku mau benerin hp aku yang lama aja. Tabungan aku kayaknya udah lebih dari cukup buat servis hp, jadi aku bisa pake lagi hp aku nanti" ucap Reno.

Arsyad mengedus setelah mendengar perkataan Reno, sedikit kesal karena itu. Ternyata yang dikatakan Danu soal Reno yang tidak suka dimanjakan memang benar adanya, membuat Arsyad cukup kecewa karena itu.

Padahal Arsyad mengidamkan seorang adik karena ia ingin memanjakan adiknya itu, membeli ini itu untuk agar adiknya senang. Tapi sepertinya Reno jauh berbeda dari apa yang Arsyad pikirkan, ia tidak manja dan malah sangat mandiri.

Sejujurnya ada perasaan senang dan juga bangga setelah mengetahui Reno mandiri dan tidak manja, namun tetap saja itu tidak sesuai dengan ekspektasi Arsyad. Hingga Arsyad sudah memutuskan, kalau besok ia akan membawa sekaligus membelikan Reno hp model terbaru yang harganya bisa menyentuh belasan juta rupiah.

Sesuai makan, mereka berempat berkumpul di ruang TV untuk sekedar ngobrol-ngobrol sambil main PS4 di sana. Namun mereka lebih banyak ngobrol dibanding main game, sehingga mereka memutuskan untuk mematikan PS itu dan ngobrol-ngobrol santai untuk bercerita.

"Wih, udah mau jam 12 malem" ucap Arsyad ketika melihat jam dinding. "Perasaan pas naik tadi baru jam 7 deh, kenapa nih jam jadi cepet banget pas ada Reno ya?" bingung Arsyad.

"Hm, iya juga. Kalo kita bertiga doang di sini, nih jam paling lama muternya" sahut Danu.

Mendengar itu, tentu membuat Reno tersenyum-senyum sendiri. Secara tidak langsung mereka mengatakan kalau mereka senang dengan keberadaan Reno di situ, hingga-hingga waktu terasa begitu cepat. Itulah yang dipikirkan Reno.

Waktu sudah malam, mereka berempat juga sudah mengantuk namun masih bisa menahannya. Ingin bergerak ke kamar masing-masing pun rasanya malas, karena mereka sudah menggelar kasur di ruang TV dan sudah tidur-tiduran di atas kasur itu. Kalau sekarang, bisa dibilang mereka sudah mager atau pw dengan posisinya.

Begitupun dengan Reno, ia sudah mengantuk berat meski masih bisa menahannya. Jam tidurnya yang biasa sekitar 10 malam, membuatnya sedikit kesulitan menahan terus rasa kantuknya itu. Hingga Reno menguap karena sudah mengantuk.

"Udah ngantuk nih sih Reno" ucap Bayu ketika melihat Reno menguap. "Em, kalau tidur di sini bareng-bareng kamu mau nggak Ren? Kayaknya kita udah males jalan ke kamar" usul Bayu.

"Aku tidur di mana aja Mas, sama siapa aja juga nggak masalah" sahut Reno.

"Yaudah, kita tidur di sini aja ya" ucap Bayu lagi, yang langsung dianggukkan oleh Reno.

Tak lama Bayu membuka hp miliknya, membuka salah satu aplikasi untuk mengatur kecerahan lampu menjadi redup di ruang TV itu. Teknologi sudah canggih, jadi tidak ada salahnya memanfaatkan itu selagi kita malas berjalan. Ruang TV seperti berubah menjadi kamar yang sangat nyaman ketika lampu sudah redup, AC yang sudah sangat dingin membuat rasa nyaman lebih terasa.

Sebelum tidur, Bayu membuka bajunya dan melemparnya ke sembarang arah. Diikuti oleh Arsyad dan Danu yang memiliki kebiasaan yang sama dengan Bayu, yakni mereka bertiga tidur tanpa memakai atasan.

Meski lampu di sana redup, Reno masih bisa melihat jelas mereka bertiga yang membuka bajunya, bahkan lekuk tubuh mereka bisa dilihat jelas oleh mata telanjang Reno. Ia menelan ludah, ketika melihat lekuk tubuh Bayu dan juga Arsyad yang baru pertama kali ia lihat.

"Kita kalo tidur nggak pake baju Ren, udah kebiasaan dari SMA karena kegerahan di kamar kost. Nggak masalah kan?" tanya Bayu.

"Ng-nggak apa-apa kok Mas, hehe" jawab Reno.

"Yaudah tidur Ren, besok kamu harus sekolah. Nanti kesiangan kalo nggak cepet-cepet tidur" imbuh Danu yang sudah tiduran dan matanya sudah terpejam.

"Iya Pak" jawab Reno lagi.

Tak lama mereka semua sudah tiduran di tempat masing-masing. Bayu berada di pojok kiri, Reno di tengah, dan Danu di pojok kanan. Sementara Arsyad tidur di sofa, karena kasur hanya bisa menampung tiga orang saja.

Baru saja Reno ingin terpejam, tiba-tiba saja jantung Reno terasa seperti mau copot. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja Bayu memeluk Reno dan menarik Reno hingga wajahnya menempel dengan dada bidang milik Bayu. Yang membuatnya semakin lemas, karena ia merasakan Danu juga memeluknya dari belakang.

Sesuatu di balik celana tipis Reno seketika saja bangun, ketika ia menghirup aroma yang sangat-sangat nikmat dari dada Bayu yang menempel di wajahnya. Reno memejamkan matanya, meresapi aroma khas dari tubuh Bayu yang aromanya jauh lebih nikmat dari aroma tubuh Arsyad yang ia hirup tadi.

Satu jam, dua jam kemudian, Reno belum bisa memejamkan matanya. Rasa kantuknya tiba-tiba saja hilang entah kemana. Reno juga tidak bisa menahan diri, ia sudah memeluk Bayu dengan satu tangan yang sudah melingkar di punggung Bayu dan satu tangannya lagi memegang tangan Danu yang melingkar di perutnya.

Rasanya seperti tersiksa, Reno kesulitan bernapas karena dihimpit oleh Bayu dan juga Danu. Meski tersiksa, tapi bagi remaja itu ini adalah malam terbaik dalam hidupnya.

* * *


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C27
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen