App herunterladen
9.34% Women Killer and Doctor / Chapter 10: Bab 10

Kapitel 10: Bab 10

Hari ini adalah hari minggu, waktu bersantai untuk Raihan dan Dyanra, setelah di padati oleh tugas yang bertumpuk, terlihat Dyanra masih bergelung nyaman di atas tempat tidur. Sedangkan Raihan sudah tidak terlihat di dalam kamar itu.

satu Jam kemudian....

"Enghh!" lenguh Dyanra terbangun, menoleh kesamping, untuk mencari Raihan tetapi dia tidak menemukan Raihan di manapun.

"Mas Raihan kemana ya," gumam Dyanra, mengambil ponsel dari atas nakas, kemudian bangkit dari kasur, menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah selesai membersihkan diri, Dyanra keluar dari kamar mandi dan berjalan ke arah meja rias, untuk merias diri sebelum turun ke bawah untuk membuat sarapan dan mencari Raihan.

Selesai berhias diri, Dyanra pun turun ke bawah dan tidak menemukan Raihan di manapun.

"Mungkin mas Raihan lagi Jogging kali ya," gumam Dyanra mengindikkan bahunya, dan berjalan menuju kulkas untuk mengambil air minum.

Di depan kulkas Dyanra menemukan sebuah note, yang ditulis oleh Raihan sebelum pergi. Dyanra mengambil note itu kemudian membacanya.

"Hai Sweety, selamat pagi untukmu, jangan lupa sarapan ya. Mas keluar sebentar, ada janji sama teman mas. Sebelum makan siang mas pulang, jadi kamu harus masak makanan special untuk mas, karena mas akan makan siang di Apartement.

Dyanra yang membaca itu bersemu merah, panggilan Raihan benar-benar manis untuknya.

Dyanra menempelkan kembali note itu di pintu kulkas, sebelum mengambil bahan makanan di dalamnya untuk membuat sarapan.

Sementara itu, di kantor Raihan sedang serius memeriksa beberapa dokumen penting dari para investor. Menghiraukan Vino yang juga ada di dalam ruangan itu.

"Rai!" Panggil Vino, karena sudah mulai jengah di acuhkan oleh Raihan. Akan tetapi Raihan masih tidak bergeming akan panggilannya, dia masih saja serius memeriksa dokumen.

"RAI!" teriak Vino di dekat telinga Raihan. Barulah setelah teriakan Vino menggema di ruangan itu menyadarkan Raihan dari keseriusannya dan menutup telingannya.

"Apa sih Vin? Gue lagi sibuk dan jangan teriak di kuping gue, budek gue lama-lama," ucap Raihan melanjutkan kembali kegiatannya.

Vino yang sudah mulai jengah, merampas dokumen itu.

"Lo bisa periksa ini di rumah, nanti gue kirimin, ada yang lebih penting yang mau gue omongin," ucap Vino.

"Lo mau ngomong apa?" Tanya Raihan tanpa basa-basi

"Lo masih ingatkan, lo suruh gue atur makan malam dengan keluarga paman Dyanra?" Tanya Vino melihat Raihan yang tampak sedang memikirkan sesuatu.

"Kapan gue ngomong gitu?" Tanya Raihan balik. Vino yang mendengar pertanyaan Raihan mendengus kesal, dia yang nyuruh, dia yang lupa dasar aki-aki batin Vino mengatai Raihan.

"Lo yang ngomong kemarin, bapak Raihan Wijaya, umur lo masih mudah, tapi ingatan lo, kayak aki-aki, mending Dyanra buat gue deh. Mana mau Dyanra dengan aki-aki kayak lo," ucap Vino.

Raihan yang mendengar ucapan Vino mendengus sebal.

"Gue ingat, tapi gue cuma mau bikin lo emosi doang, kan jarang tuh gue bisa bikin lo marah," ucap Raihan dengan entengnya. Tidak tau apa, jika di telinga Vino sudah ada asap tak kasat mata.

"Sudah lo siapin semua kan?" Tanya Raihan.

"Sudah, tapi gue curiga, si bapak tua itu, bukan hanya mau ngajakin lo kerja sama, tapi mereka punya maksud lain," ucap Vino. membuat Raihan mengerutkan dahinya tidak mengerti dengan ucapan Vino.

"Maksudnya?" Tanya Raihan penasaran.

"Lo bakal tau sendiri, sebentar malam," ucap Vino dengan senyum misteriusnya. Raihan yang melihat itu hanya merolingkan matanya.

"Lo nggak usah sok misterius deh, lo malah tambah jelek kalau begitu," ucap Raihan menistakan sahabatnya. Setelah itu berdiri dari kursinya dan keluar dari ruangan meninggalkan Vino, yang kesal karena ucapannya.

"Lo mau kemana!! Teriak Vino, melihat Raihan yang berjalan ke arah pintu hendak keluar.

"Pulang, gue mau makan siang di Apartement sama Dyanra," jawab Raihan

Vino yang mendengar itu, tiba-tiba punya ide di otaknya ikut dengan Raihan, untuk makan siang, lumayan makan siang gratis, batin Vino.

"Gue ikut!!" teriak Vino berlari mengejar Raihan yang sudah di dalam lift.

Raihan yang mendengar teriakan Vino ingin ikut, dengan terburu-buru menutup lift, namun terlambat Vino sudah menahan pintul lift dan masuk berdiri di samping Raihan.

"Gue ikut ya, hehehe," ucap Vino terkekeh pelan.

"Nggak, gue mau makan siang berdua sama Dyanra, jadi lo nggak usah ikut," ucap Raihan

Vino yang mendengar itu hanya mendengus.

Mereka telah sampai di basement, tempat parkiran mobil untuk staf kantor. Raihan segera berjalan ke mobilnya. Di ikuti oleh Vino di belakang. Raihan belum sadar jika Vino masih mengikutinya di belakang, karena yang Raihan lihat tadi Vino berjalan ke arah mobilnya sendiri.

Raihan telah masuk ke dalam mobil, dan bersiap-siap untuk menyalakan mobilnya, namun di kagetkan oleh Vino yang tiba-tiba duduk disamping kemudi.

"Lo ngapain disini?" Tanya Raihan masih kaget.

"Ya kan gue mau ikut sama lo," jawab Vino dengan santainya.

Raihan yang mendengar jawaban Vino hanya menghelah nafas, jika Vino semakin dil arang dia akan semakin nekat, dan Vino memiliki banyak cara untuk merecoki Raihan.

Di tengah perjalanan menuju Apartement, Raihan mampir terlebih dahulu di depan sebuah toko kue. Dia ingin membelikan Dyanra Cake Strawberry, karena sebelum Raihan pulang tadi Dyanra sempat menghubunginya untuk di belikan cake di toko langganannya.

Vino yang melihat Raihan tiba-tiba berhenti di depan sebuah toko kue bertanya.

"Lo mau ngapain?" Tanya Vino

"Mau beli Cake untuk Dyanra, tadi dia nitip," jawab Raihan.

.............

Ting tong….Tig tong…..Ting tong….

Dyanra yang berada di ruang tamu Apartement di kejutkan dengan suara bel Apartement yang berbunyi.

"Iya tunggu sebentar!" teriak Dyanra berjalan ke arah pintu Apartement.

Kreek...

"Mas sudah pulang!" seru Dyanra membuka pintu. Melihat Raihan yang sudah pulang dengan kantong belanjaan di tangannya, dengan seseorang di balik punggungnya.

"Mas dia siapa?" Tanya Dyanra, melihat Vino yang berdiri dibelakang Raihan.

"Dia teman mas, ayo kita masuk!" ucap Raihan, berjalan masuk ke dalam Apartement, di ikuti Vino dan Dyanra di belakangnya.

Di meja makan sudah ada Raihan, Vino dan Dyanra yang sedang menikmati makan siangnya.

Dyanra yang sedang menikmati makan siangnya di buat risih oleh Vino yang dari tadi menatapnya. "Teman mas Raihan kenapa liatin aku terus ya, ada yang salah dengan penampilanku," batin Dyanra.

Raihan yang sadar bahwa Dyanra Risih, karena Vino yang terus menatapnya, menyenggol tangan sahabatnya yang sedang minum, hingga membuat Vino tersedak.

"Uhuk..uhuk..uhuk."

"Lo ngapain sih, liat istri gue kayak gitu? dia risih tau di liatin terus sama lo," ucap Raihan.

"Ya elah, gue Cuma mau kenalan sama istri lo, dari tadi kita belum kenalan," ucap Vino menyodorkan tangannya ke arah Dyanra.

Dyanra yang melihat Vino menyodorkan tangannya juga balik membalas.

"Dyanra! istrinya mas Raihan," ucap Dyanra

"Vino sahabat seperpopokan Raihan," Ucap Vino tertawa.

Di ruang keluarga sudah ada Raihan dan Dyanra yang sedang menikmati cake yang di beli Raihan sambil menonton tanyangan drama kesukaan Dyanra, dengan Raihan yang bersandar di kepala sofa sambil memeluk Dyanra dari belakang.

"Dy!" panggil Raihan

"Kenapa mas?" Tanya Dyanra

"Malam ini mas akan berangkat keluar kota, karena ada kerjaan, nggak apa-apa kan kamu sendiri dulu di Apartement?" tanya Raihan mengelus kepala Dyanra yang menyender di dadanya.

"Jangan lama-lama ya, nanti Dyanra kangen," ucap Dyanra manja.

"Cuma malam ini kok," ucap Raihan. Dyanra yang mendengar itu hanya mengangguk.

satu jam kemudian Raihan telah bersiap-siap untuk berangkat, terlihat Dyanra yang sedang membantu Raihan menyiapkan beberapa keperluan Raihan selama dalam perjalan, semua sudah di siapkan oleh Dyanra di dalam koper besar.

"Itu apa sayang?" tanya Raihan menunjuk koper besar yang ada di dekat kasur.

"Keperluan mas," jawab Dyanra.

"Mas kan cuma semalam di sana, besok pagi juga mas sudah pulang ke sini jadi nggak perlu bawa barang apa-apa, untuk keperluan mas, mas bisa beli disana," ucap Raihan memberikan pengertian kepada istri polosnya.

"Pokoknya mas harus bawa, nggak usah beli-beli di sana pemborosan tau!" ucap Dyanra dengan ketus, dan memandang Raihan dengan tajam. Raihan yang melihat itu hanya bisa menghelah nafas dan mengambil kopernya terpaksa.

"Ya sudah, mas berangkat dulu, kamu hati-hati di sini ya, kalau ada apa-apa langsung hubungi mas, ok!" ucap Raihan menarik kopernya, keluar dari Apartement.

Dyanra yang melihat Raihan sudah pergi, langsung menghubungi seseorang. Setelah itu berlari ke kamar, untuk bersiap-siap juga, Dyanra berencana menemui seseorang malam ini, seseorang yang sangat Dyanra rindukan.

Beberapa jam kemudian Raihan dan Vino telah sampai di rumah, yang dia beli beberapa minggu yang lalu. Rumah minimalis tapi terkesan mewah. Di dalam rumah, sudah lengkap berbagai perabotan rumah tangga yang di dominasi oleh warna putih/gold.

"Vin, gue mau istrihat dulu ya, gue minta tolong, lo urus semua persiapan untuk makan malam kita dengan tua Bangka itu," ucap Raihan berjalan ke arah kamar utama di lantai dua.

"Ok!"

Malam harinya, Raihan telah siap di ruang tamu, menunggu paman Dyanra yang masih belum datang. Tak lama kemudian, terdengar suara deruh mobil yang berhenti di depan Rumah. Raihan yang mendegar itu menyuruh maid yang di sewa untuk segera membuka pintu.

"Selamat malam tuan Raihan," ucap Joni paman Dyanra, bersama istri dan dua orang anaknya.

"Selamat malam, silahkan duduk," ucap Raihan, mempersilahkan Joni dan keluarganya untuk duduk.

Raihan yang melihat itu tersenyum menyeringai, sebentar lagi keluarga ini akan ada dalam kendalinya, batin Raihan.

"Hmm, bos bagaimana kalau kita makan malam dulu, baru berbicara mengenai kerja samanya," ucap Vino.

"Ok!" ucap Raihan berjalan ke meja makan. Tanpa mempedulikan tatapan kagum seorang gadis muda yang dari tadi melihatnya.

Mereka semua menikmati makan malamnya dalam keheningan, hanya ada bunyi dentingan sendok dan piring yang saling bersahutan.

Setelah selesai makan, mereka pun melanjutkan obrolan tadi, dan tak lupa Joni memperkenalkan istri dan kedua anaknya.

"Bagaimana dengan kerjasama kita tuan Raihan, saya harap tuan Raihan setuju dengan ajakan kerjasama saya," ucap Joni memandang Raihan yang masih bergeming di tempatnya.

"Saya mau-mau saja bekerjasama dengan anda, tapi apa keuntungan yang saya dapat jika saya bekerjasama dengan perusahaan anda?" tanya Raihan.

"Saya akan memberikan 50% saham perusahaan saya dan juga saya akan memberikan putri saya kepada anda, dengan begitu perusahaan kita akan bersatu," Jawab Joni tanpa berbikir panjang.

Raihan yang mendengar itu hanya tertawa dalam hati, dia berniat menjual putrinya sendiri demi sebuah kekuasaan, tapi maaf yang Dyanra lebih menggoda daripada jalang itu, batin Raihan menatap selly dengan seringainya. Selly yang di tatap seperti itu tersenyum senang dan terang-terangan menggoda Raihan, dengan mengelus kaki Raihan dengan kakinya di bawah meja, agar Raihan tergoda.

"Anda berniat menjual putri anda kepada saya, tapi maaf saya tidak tertarik, saya hanya tertarik dengan sahamnya, jadi anda tidak perlu memberikan putri anda, Deal!" ucap Raihan menjulurkan tangannya.

"Deal!!" ucap Joni

"SIAL!! Bagaimanapun caranya Raihan harus jadi milikku, kamu boleh menolakku sekarang tapi nanti lihat saja kamu akan bertekuk lutut kepadaku," batin Selly.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C10
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen