Apa mereka?
***
“Pacaran?” tanyaku pada Reni.
Sesudah berlari-lari kecil, kami berdua membeli jus dan meminumnya sambil duduk-duduk di kursi sisi jalan. Memandangi lalu lalang para pengemudi jalanan.
Kursi yang selalu dijadikan tempat foto oleh kebanyakan para pejalan kaki yang lewat untuk sekadar melepas penat.
Reni tertawa. Dia lalu mengaduk-aduk jusnya dengan sedotan dan kembali menyedotnya dengan mulut kecilnya itu.
Aku masih bimbang menunggu jawaban yang akan dilontarkan dari bibir manis itu. Aku juga hanyut dengan segala dugaanku terkait kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi.
“Memangnya kalau aku dan Malik pacaran gimana, Mit? Cocok tidak?” tanya Reni padaku.
Tenggorokkanku rasanya tercekat. Kesat sekali.
Untungnya aku tidak sedang meminum jus punyaku. Kalau iya, mungkin wajah Reni sudah kusembur karena kaget.
Aku pura-pura biasa saja. Tidak terlalu terbawa syok dengan pertanyaan yang mengagetkanku itu.