App herunterladen
2.84% Supernatural (pancasona season 3) / Chapter 6: 5. ungkapan hati

Kapitel 6: 5. ungkapan hati

Karena permintaan Wira, akhir nya aku menginap di rumah nya yang cukup besar itu. Sebenar nya aku juga senang sih bisa ada sedekat ini dengan nya. Satu atap bersama nya. Membuatku serasa bahagia.

"Aku bobo mana?" tanya ku saat berdiri di samping Wira yang sedang mengetik laptop nya di kamar.

Dia menoleh ke arahku dan menaikan sudut bibir nya.

"Terserah kamu," sahut nya bikin aku bingung.

"Kok terserah aku?"

"Ya kalau kamu mau tidur di kamarku juga boleh. Ranjang ku cukup luas kok buat kita berdua," kata nya dengan ekspresi meledek

"Ngaco!!" Aku lalu pergi meninggalkan nya menuju kamar tamu yang ada di sebelah kamar Wira.

Setelah aku menutup pintu, lalu segera naik ke ranjang.

Setelah berdoa sebelum tidur, aku mencoba memejamkan mata.

Tik tok tik tok

Bunyi jam dinding di kamar ini malah membuat ku tidak bisa tidur. Rumah ini terlalu sunyi. Benar benar menyeramkan. Bisa bisanya Wira tinggal di sini seorang diri. Dia memang aneh.

Wuuussshh

Aku merasa ada angin yang menerpa wajahku. Kubuka lagi mataku yg tadi kupaksakan terpejam.

Kok ada angin. Apa jendela kamar ini belum ditutup ya.

Saat kutengok ke jendela, aku malah kaget. Di sana ada sosok wanita berpakaian putih yang sudah lusuh.

Dia diam mematung menatap ku.

"Aahh!" teriakku histeris.

Kututup wajah ku dengan selimut. Aku bersembunyi di dalam selimut sambil menangis ketakutan. Aku ini memang sangat penakut.

Lalu tiba tiba selimut terbuka. "Jangan!!!pergi kamu!" teriak ku masih sambil menutup mata.

"Nay ... Nayla! Kamu kenapa? Hei! Ini aku, Wira," kata nya sambil menggoyangkan tubuh ku.

Saat kubuka mata, memang benar aku melihat Wira ada di hadapanku. Segera aku memeluk nya karena takut.

"Itu. Kak! Di sana. Aku takut. Aku nggak mau tidur sini," rengek ku hampir menangis.

Wira memeluk ku erat sambil mengedarkan pandangan nya ke sekeliling kamar. Lalu tiba tiba dia berhenti menatap ke sudut yang tadi ada sosok wanita itu. Kudengar dia membacakan doa yang aku tidak paham karena terdengar menggumam lirih.

"Udah, Nay. Udah nggak apa apa," kata Wira sambil membelai kepala ku.

"Enggak mau pokoknya. Aku nggak mau di sini. Aku takut nanti dia muncul lagi," kata ku masih terisak dan tidak mau melepaskan pelukan ku dari nya

"Ya udah."

Lalu Wira membopong ku keluar dari kamar ini dan masuk ke kamar nya.

Dia meletakkan ku di ranjang nya. Lalu menyelimuti ku.

"Malam ini bobok sini aja ya. Kamu nggak usah takut. Ada aku di sini," kata Wira lembut.

Aku hanya mengangguk pelan.

Wira lalu beranjak ke jendela kamar nya untuk menutup dan mengunci nya. Lalu ke pintu kamar nya juga.

Duh, kok dikunci?

"Kamu tidur yang nyenyak ya, Nay. Besok kan ada kuliah pagi? Nanti kesiangan lho," kata nya sambil naik ke ranjang dan duduk di samping ku.

Aku menutup seluruh tubuh ku hanya menyisakan kepala ku saja, dan mencoba memejamkan mata.

Wira membelai kepalaku lembut, dan lama kelamaan aku menjadi nyaman dan rasa kantuk itu datang juga. Lalu aku tertidur.

=======

Sinar matahari yg masuk melalui celah celah jendela membuat ku memaksakan diri untuk membuka mata.

Kurasakan tangan ku berada di atas tubuh seseorang. Akhirnya aku buka mataku perlahan.

Astaga, itu wira. Dia tidak memakai baju dan aku memeluk nya kini.

Segera kulepaskan tanganku dari nya. Lalu duduk dan mengecek tubuh ku sendiri.

Ah, masih utuh baju ku.

Dan wira masih memakai celana panjang. Namun kenapa dia bertelanjang dada?

Apa nggak dingin sih?

Dia sangat manis jika dalam keadaan seperti ini, bahkan perut nya yg datar, dan berbentuk menambah kesan sexy. dia pasti rajin fitnes.

Saat aku masih asyik menatap wira yg terlelap.

"Aku ganteng, ya?" tanya nya tiba tiba dengan mata yang masih menutup.

Aku gelagapan ditanya begitu.

"Kamu kok tidur gak pake baju sih?!" tanya ku sambil menggerutu.

"Kenapa? Aku udah biasa gini kok," kata nya masih malas malasan di atas ranjang.

Aku mendengus kesal.

"Bangun kak!! Ntar kita telat," kataku mencoba mengalihkan pembicaraan.

Lalu aku beranjak namun Wira berhasil menahan tangan ku dan membuat ku duduk kembali.

"Jawab dulu dong. Aku ganteng, ya?sampai sampai kamu gak bosen liatin aku,"goda nya. Dan berhasil membuat ku malu.

"Apa sih kamu kak!!" kali ini aku berusaha melepaskan tangan nya, dengan sekuat tenaga, lalu masuk ke kamar mandi nya yg ada di dalam kamar.

Aku melepas pakaian yg kupakai semalam. Memang aku mengenakan kemeja panjang Wira dan celana boxer pendek nya. Karena aku tidak membawa baju ganti.

Setelah mandi, aku lalu memakai kembali baju ku yg kemarin.

Lalu segera keluar kamar mandi.

Lagi lagi aku dikejutkan oleh Wira yg sudah ada di depan pintu kamar mandi.

"Ya ampun! Kebiasaan deh suka ngagetin!!" omel ku lalu berusaha menghindari nya. Namun dia menghalangi jalan ku terus.

"Kak," kataku pelan.

"Kenapa?" tanya nya sambil menyeringai.

"Aku lagi males becanda nih. Baru bangun, nyawa ku belum kumpul," kata ku asal.

"Emang nyawa kamu berapa?" tanya nya.

"Satu! Minggir deh," kata ku mencoba mengelak.

Namun dia tetap menghalangi jalan ku.

"Ya ampun, kak. Ituu!!'' pekikku sambil menunjuk ke arah belakang nya, dengan menunjukan ekspresi ngeri. Dia menoleh, lalu aku lari keluar kamar nya.

"Wee. Ketipu," kata ku lalu menutup pintu kamar nya.

Dan segera turun ke bawah.

Laper! Aku harus membuat sarapan. Lalau tidak,bakal pingsan nih sampai kampus.

Kubuka kulkas wira, komplit juga.aku membuat nasi goreng dengan omelet juga. Kubuatkan juga coklat hangat untuk nya. Aku tau diri juga lah, masa udah tidur di rumah nya aku nggak ada timbal balik nya.

Tak lama wira turun dengan memakai kemeja abu abu dan celana panjang coklat. Lalu tersenyum melihat ku di bawah.

"Pagi, Nay," sapa nya.

"Hai, udah mandi?" tanya ku sambil masih menyiapkan piring untujnya.

"Udah dong. Udah wangi. Nggak percaya? Nih cium," kata nya sambil menyodorkan badan nya mendekati ku.

Kugetok kepala nya menggunakan sendok yang ada di tangan ku.

"Sakit, Nay!! Kamu nih, main getok aja!!" gerutu nya.

"Masa gitu doang sakit. Kemaren ketabrak mobil aja nggak apa apa," gumam ku. Entah dari mana aku mendapat keberanian mengatakan hal itu.

Wira diam lalu memandangku.

Tiba tiba dia menggenggam tangan ku dengan tangan kiri nya lalu menyentuh pipi ku dan langsung melumat bibir ku lembut.

Aku yg kaget tidak merespon apa apa.

"I love you," kata nya setelah bibir nya lepas dari bibir ku.

"I know," jawab ku pelan.

"Cuma itu?" tanya nya sambil mengerutkan dahi tanpa melepaskan tangan nya di wajah ku.

Aku diam beberapa saat.

"I love you too, Wira," kata ku lebih ke berbisik pelan.

"Apa? aku nggak denger." godanya sambil mendekatkan telinga nya padaku.

Kucubit perut nya sekuat tenaga.

"Nay ... kamu nih kebiasaan deh. Awas ya kalau aku bales nanti jangan harap ada ampun," ancam nya.

"Hehehe. Habis kamu ledekin aku mulu," kata ku manja.

"Iya... maaf...," kata nya sambil dia membelai wajah ku dan terus menatap ku tanpa kedip.

"Kamu serius sama kata kata mu barusan? " tanya ku ragu.

"Serius. Kenapa? Kamu gak percaya kalau aku sayang sama kamu?" tanya wira.

"Mmm ... Percaya..l"

"Kok pake 'Mmmmm..' berarti gak yakin dong."

"Ya bukan gitu cuma. kok kayak nya cepet banget sih, kak?" tanya ku pelan.

"Cepet banget apanya?"

"Ya kita kan baru akrab kemaren tapi kamu udah nembak aja."

"Kamu salah ... aku udah kenal kamu lama. Aku udah jatuh cinta sama kamu sejak lama," kata nya membuatku kaget.

"Kapan??"

"Kasih tau gak ya," gurau nya.

"Mau aku cubit lagi??" ancam ku.

"Kalau kamu cubit, aku cium lagi!" ancamnya balik.

Dan akhir nya wajahku merona kembali.

Akhir nya aku mencoba berlalu dari hadapan nya dan segera duduk untum menyantap sarapan ku.

Dia ikut duduk dan makan sambil terus memandangi ku.

"Bisa gak, gak liatin aku gitu?" pintaku

"Kenapa?" tanya nya.

Pake ditanya kenapa? ya malu lah. Dasar bego!!

Dia tertawa.

"Oke ... Aku gak nanya. Aku juga gak bego bego amat kok," kata nya seperti tau apa yg kupikirkan.

"Kamu? kamu bisa baca pikiran ku??" tanya ku

"Kurang lebih nya gitu. Jadi kamu gak bisa bohong sama aku walau seujung kuku sekali pun," kata nya.

"Curang! Ajarin dong kalo gitu," pintaku.

"Gak usah, lagian buat apa. Belajar nya susah. Ratusan tahun," kata nya asal.

"Bisa aja ngeles nya!" gerutuku.

Kami segera menyelesaikan sarapan lalu berangkat ke kampus bersama sama.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C6
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen