"Asisten siapa, Ma?"
"Jae, asistennya Jae datang sejak satu jam yang lalu. Kamu main sama Naya lama bangetttt sih, Nak," dumel Mama yang sedang menyuapi Regis.
Aku meringis. "Bukan salahku lah, Ma. Dia datang tanpa membuat janji lebih dulu, bahkan tadi aku juga sempat berkomunikasi dengan kak Jae. Salahku apa coba?"
Melihat Mama mendumal masalah lain sih oke-oke saja ya. Tetapi aku tak begitu suka kalau kami membawa masalah kak Jae dalam obrolan dengan nada emosi seperti saat ini. Aku benci sekali hingga rasanya malas menemui sosok yang disebutkan oleh Mama barusan.
"Mukanya jangan gitu, sudah sana ke belakang rumah. Dia sama Kiki nggak tau lagi ngapain," ujar Mama dengan intonasi biasa.
Yah mungkin saja sekarang ini Mama sudah tahu seperti apa aku. Setelah mengangguk, aku lebih dulu mendekati Regis yang tersenyum dengan begitu polosnya. Kukecup pipi Regis dan barulah melangkah masuk.