Ya mau bagaimana pun juga aku sudah paham maksud permainan ini, padahal bisa saja kalau adik kelas yang lainnya namun dia masih saja menyuruh orang lain. Tapi otak Naya itu pun juga mudah sekali untuk di tebak, 'kan?
"Udah kak, by the way masakan buatan kakak enak banget ya."
Sungguh, caranya tersenyum dan caranya berbicara sama seperti Hasan saat kali pertama aku dekat dengan laki-laki itu. Tanpa sadar aku mengusap rambutnya, oho ini mirip dengan rambut Hasan juga.
Kasar, mirip sama sapu ijuk. Maaf, aku hanya mengatakan fakta juga memujinya sebagai seorang kakak kelas selayaknya.
"Padahal siang tadi yang makanan itu kan aku juga yang masak, jadi kenapa baru kasih pujian sekarang?" tanyaku, agaknya dia kebingungan mencari jawaban.
Melihat dia yang menggaruk kepalanya begitu maka jelas dja sedang mencari alasan. Ah sudahlah dek, itu kan bukan masalah besar dan aku juga masa bodo sih.