Sungguh menemui bahkan sampai menyapa musuh memang diharuskan, siapa tahu bisa kembali membangun silaturahmi, akan tetapi tolong jangan memintaku melakukan hal seperti ini lantaran kedengkian sudah mendarah daging sampai tak bisa terkendali.
"Taa! Apaan nih?!" Seruan tak jelas dari Doni barusan membuatku dan Anggita yang hendak melanjutkan obrolan pun dengan terpaksa melirik ke arahnya.
Aku ingin melemparkan batu ke kepalanya namun berujung dengan lebih dulu melirik pada Anggita. "Kamu lihat contoh itu dulu, lalu coba kerjakan karena di masa depan bisa saja yang lainnnya akan mengawasi untuk kenaikan pangkat. Nanti jika sudah mencoba menyelesaikan aku yang akan mengeceknya ulang supaya tak ada kesalahpahaman. Mengerti bukan?"
Anggita tampak linglung untuk beberapa saat, tapi setelahnya dia menjawab, "Baik, Bu! Akan saya coba untuk menyelesaikan yang bagian ini dan jika ada yang tidak diketahui akan saya tanyakan nanti. Untuk saat ini terima kasih karena sudah menjelaskan!"