"Aku salah, okey memang aku yang salah. Tapi bisa nggak untuk malam ini kita jangan bertengkar dan bersikap seperti suami-istri pada umumnya?"
"Terus yang kamu maksud sebagai suami-istri pada umumnya tuh kayak gimana, Joo?!" seruku sambil membalikkan badan.
Nafasku tak beraturan, dan kala menatap wajah suamiku yang babak belur bibirku langsung bungkam. Tidak ada yang lebih menyenangkan dibanding perkataan tidak masuk akalmu dipercaya.
Kini aku tahu makna dari kalimat itu. Meski sedikit malas aku tetap memutuskan untuk bangkit, langkah kakiku agak berat dan sedikit tak normal. Iya, benar demikian adanya dengan kepala yang sedikit pusing pun juga. Aku mencari kotak berwarna putih bertuliskan P3K, walaupun Joo sudah duduk tapi kentara sekali senyumnya tidak baik-baik saja.
"Astrid berbohong," ungkapnya saat aku membersihkan darah di sudut bibirnya.
"Kalian bertengkar saling lempar vas, ya?" sahutku ogah-ogahan tapi juga lega.