MEREKA INI ... apakah merasa waras satu sama lainnya, ya?
"Permisi bapak-bapak yang budiman? Ini lagi bahas apa, ya?" potongku agar mereka berhenti berdebat.
"Nyonya?"
Panggilan dari luar lekas membuatku menatap sosok yang tadi. Iya, entah siapa namanya tadi, yang jelas aku meminta roti padanya.
"Hem, letakkan di sana saja ya, samping Doni. Dia kelaparan katanya," ucapku ngawur.
Delikan tajam Doni jelas langsung aku abaikan. Nggak ada hikmahnya juga sih menerjemahkan tatapannya, meski terkadang saat kami bekerja dengan jarak yang lumayan jauh justru bahasa isyarat yang dibutuhkan. Tak mungkin kalau kami yang sedang sibuk-sibuknya bekerja eh malah teriak-teriak nggak jelas satu sama lainnya.
Walaupun hal demikian sih tak salah juga, toh kami bos-nya. Tapi yang namanya bos bukankah juga harus memberikan saran yang baik untuk para bawahan mereka, ya? Aku sih santai dan kalem saja kadang-kadang walaupun lebih sering meradang karena Doni mencari kesempatan untuk terus mengulang.